2. Dumb 멍청한

978 138 5
                                    

Junghwan melangkah masuk ke dalam restoran itu. Doyoung di telepom ibunya, dia akan menyusul masuk. Dari kejauhan, Arin sudah melambaikan tangan. Junghwan janjian dengan Arin untuk makan malam bersama. Junghwan langsung pergi dan duduk ke meja Arin.

"Oh, ada Doyoung juga?" Tanya Arin pada Junghwan begitu melihat Doyoung masuk ke dalam restoran.

Junghwan hanya mengangguk lalu memanggil Doyoung untuk duduk dengan mereka. Sumpah demi apapun Doyoung rasanya ingin lari dari sana, tapi dia sudah terlanjur masuk. Dia tidak tahu kalau akan ada Arin di sana.

Arin itu pacar Junghwan. Arin dan Junghwan pacaran setahun lalu, mereka berbeda sekolah tetapi ketemu di perlombaan, karena Arin juga adalah atlet taekwondo. Hubungan Arin dengan Doyoung agak sedikit canggung karena rumor tentang Doyoung dan Junghwan sudah sampai ke telinga Arin.

"Ha-halo Arin." Sapa Doyong canggung.

"Hai." Sapa Arin balik.

"Maaf mengganggu, aku tidak tahu kau ada di sini." Kata Doyoung.

"Hei, apa maksudmu. Kau sama sekali tidak mengganggu." Ucap Junghwan.

Arin hanya tersenyum canggung, mengiyakan perkataan Junghwan.

.
.
.

"Dasar bodoh!" Ucap Doyoung saat Arin sudah masuk ke rumahnya.

"Hei, apa-apaan?" Kata Junghwan bingung.

"Kalau bukan bodoh apa lagi? Bisa-bisanya mengajakku saat makan malam bersama Arin." Kata Doyoung.

"Apa yang salah?" Tanya Junghwan.

"Bayangkan saja, Arin mendapat rumor kencan dan dia mengajak orang itu makan malam bersamamu." Ucap Doyoung. "Ini juga, kenapa belum jalan?" Lanjutnya.

"Kau belum pindah ke depan. Lagipula apa salahnya, toh rumornya tidak benar." Ucap Junghwan.

"Tidak mau, aku duduk di sini saja." Ucap Doyoung.

"Ya sudah, kita di sini saja." Ucap Junghwan.

Doyoung memutar bola mata, menghela napas, lalu pindah ke depan. Bayi tetaplah bayi, dia sama sekali tidak mengerti situasi. Benar-benar berada di antara polos dan tolol.

.
.
.

"Aku nginap di rumahmu ya?" Tanya Junghwan begitu sampai di depan rumah Doyoung.

"Tidak, terima kasih. Sampai jumpa." Ucap Doyoung buru-buru ingin turun dari mobil.

Tapi begitu ingin keluar dari pintu mobil, tangannya di tahan. "Kau tidak takut sendirian?" Tanya Junghwan.

Sekedar informasi, Doyoung asli orang Iksan. Tapi ayahnya dipindah tugaskan ke Seoul saat Doyoung masih SMP. Doyoung tidak ingin ikut, jadi dia tinggal sendiri mulai saat itu.

"Takut apa? Aku sudah bertahun-tahun tinggal sendiri." Jawab Doyoung.

"Tapi aku takut." Ucap Junghwan.

Junghwan memang punya asisten rumah tangga. Tapi asisten rumah tangga-nya tidak tinggal di rumahnya. Orang itu hanya datang saat pagi dan pulang saat sore atau malam hari.

Doyoung menatap Junghwan dengan tatapan mencibir. "Badanmu besar begini, takut dengan apa?" Tanya Doyoung.

"Aku takut ada yang manyakitimu. Tapi, kalau tidak di izinkan aku akan pulang." Ucap Junghwan tersenyum jail. "Kalau ada maling, dengan tubuh kecilmu ini apa kau bisa melawan?" Junghwan berusaha menahan tawanya.

Doyoung langsung mengetuk kepala Junghwan. "Ahh, bocah sialan. Masuklah. Aku mengizinkanmu, tapi hanya untuk malam ini." Ucap Doyoung.

Doyoung tidak takut dan bahkan tidak percaya hal mistis. Tapi jika sudah menyangkut kejahatan manusia, itu adalah skenario yang paling buruk. Terlebih beberapa minggu yang lalu ada rumah warga sekitar yang kemalingan.

Junghwan tersenyum penuh kemenangan. Rencananya berhasil, meski mendapat ketukan yang lumayan sakit. Tapi dia tidak peduli, sahabatnya ini memang sedikit menutup diri. Jadi harus pintar-pintar jika ingin bersamnya.

.
.
.

Doyoung merasa kesal. Junghwan terus mengikutinya sejak tadi. Seperti anak ayam yang selelu mengikuti ibunya.

"Ada apa ini, kenapa terus mengikutiku." Protes Doyoung sambil mengambil handuknya.

"Tidak apa-apa. Hanya ingin mengikuti pangeran kelinciku." Ucap Junghwan.

"Berhenti memanggilku begitu!" Protes Doyoung sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Tidak mau! Perjanjiannya hanya di lingkungan sekolah, sekarang kita ada di rumahmu." Ucap Junghwan sambil mengikuti Doyoung.

Doyoung mendorong tubuh Junghwan keluar dari kamar mandi. "Apa yang kau lakukan. Aku mau mandi." Ucapnya.

"Aku juga!" Ucap Junghwan lalu memasuki kamar mandi lagi.

"Ya, nanti saja, setelah aku." Ucap Doyoung sambil menutup pintu.

Junghwan menahan pintu. "Kenapa tidak mandi bersama saja?" Ucap Junghwan.

"Apa maksudmu?" Ucap Doyoung masih berusaha menutup pintu.

"Sudah lama tidak mandi bersama. Terakhir saat SMP, sekarang sudah SMA. Jadi mumpung aku di sini ayo mandi bersama." Ucap Junghwan berusaha membuka pintu.

"Tidak! Apa kau gila. Kita sudah dewasa." Ucap Doyoung, ia lalu menginjak kaki Junghwan yang menahan pintu. Begitu ada kesempatan dia langsung mengunci pintu kamar mandi.

Doyoung menghela napas. Bisa gila dia jika mandi bersama Junghwan. Sementara Junghwan masih mengetuk-ngetuk pintu.

"Apa salahnya menjadi dewasa dan mandi bersama. Orang di Sauna juga mandi bersama, mereka bahkan lebih tua dari kita." Kata Junghwan di balik pintu.

"Ya, ke sauna saja jika ingin mandi bersama!" Teriak Doyoung dari dalam kamar mandi.

.
.
.

Begitu keluar dari kamar mandi. Doyoung mendapati Junghwan sudah tertidur. Doyoung mengeringkan rambutnya terlabih dahulu.

"Bayi besar. Geser sedikit." Ucap Doyoung pelan, sekarang dia sedang berjongkok di depan Junghwan.

Tubuh Junghwan sangat besar, memenuhi kasur Doyoung yang memang hanya untuk satu orang. Mau bagaimana lagi? Mereka harus tidur di ranjang yang sama. Tidak mungkin Doyoung atau Junghwan tidur di lantai. Kamar orang tua Junghwan juga tidak dibereskan karena bayi ini tiba-tiba ingin menginap.

"Bayi besar geser sedikit." Ucap Doyoung mulai sedikit jail, sekarang dia sesekali memencet hidung Junghwan, membuatnya kesulitan bernapas.

Saat ingin menyentuh hidung Junghwan lagi, tangan Doyoung ditahan. Dalam sekalgi gerakan, Junghwan menarik tubuh Doyoung naik ke kasur dengan mudahnya. Sekarang posisinya Doyoung membelakangi Junghwan yang sedang memeluknya, erat.

"Hei, lepaskan."

"Bayi besar lepaskan."

"Hei lepaskan!"

Protes Diyoung tapi tidak di gubris sama sekali.

"Bayi besar lepaskan!" Ucap Doyoung.

"Diam." Ucap Junghwan.

"Lepaskan dulu." Kata Doyoung.

"Diam atau ku cium." Ucap Junghwan.

"Tapi—"

Muachh

Junghwan mencium pipi Doyoung, memotong ucapan Doyoung.

"Hei—"

"Sekali lagi berisik, aku akan mencium bibirmu." Ucap Junghwan.

Hening. Doyoung sudah tidak berani bersuara. Tidak berani, karena Junghwan akan benar-benar menciumnya jika dia bersuara. Jadi, mau tidak mau dia harus tertidur di dalam pelukan Junghwan. Sementara Doyoung berusaha tertidur, Junghwan malah sedang tersenyum lebar.

Merasa senang menjahili sahabatnya itu.

.
.
.

Bersambung.

Best Friend? Remake || Hwanbby/HwanYoung ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang