Doyoung dan Junghwan sudah bangun. Tapi malas beranjak dari kasur. Mereka menginap di rumah Doyoung. Junghwan dan Doyoung masih berpelukan.
"Aku minta maaf." Ucap Junghwan membuka pembicaraan.
Doyoung mengusap lengan Junghwan yang berkalung di lehernya. "Untuk apa lagi? Berhenti meminta maaf." Ucap Doyoung.
"Aku minta maaf karena telat menyadari perasaanku. Andai saja aku lebih cepat sadar, kau akan menjadi yang pertama dalam setiap hal untukku. Aku menyesal ciuman pertamaku adalah orang seperti Arin." Ucap Junghwan.
Doyoung tertawa. "Kau berbicara seolah-olah kau adalah ciuman pertamaku." Kata Doyoung.
Junghwan langsung bangkit, meski tidak bisa sepenuhnya karena tangannya dijadikan bantal oleh Doyoung.
"Aku memang yang pertama kan? Aku tidak pernah melihatmu berkencan." Kata Junghwan.
"Sebenarnya aku dan Yedam sudah berciuman." Kata Doyoung santai.
Junghwan mengeratkan tangannya di leher Doyoung. "Kau berciuman dengannya? Kapan?" Kata Junghwan.
Doyoung memukul tangan Junghwan. "Apa kau mau membunuhku?" Protesnya.
"Kau tidak akan mati hanya dengan kuncian ini. Jika ini membunuh, aku sudah banyak membunuh orang sekarang. Jawab dulu pertanyaanku baru ku lepas." Kata Junghwan.
"Aku lupa kapan. Yang paati saat aku marah padamu." Kata Junghwan.
Junghwan mencium bibir Doyoung lalu melonggarkan tangannya. "Oh, berarti dia bukan yang pertama." Katanya lalu membaringkan dirinya lagi.
Kali ini Doyoung yang bangkit. "Apa maksudmu?" Tanyanya.
Junghwan menceritakan kejadian malam terakhir dia menginap di rumah Doyoung, sebelum mereka bertengkar. Saat itu Junghwan mengancam akan mencium bibir Doyoung. Lalu saat Doyoung tertidur, dia benar-benar mencium bibir Doyoung. Entah kenapa, dia malah jadi penasaran saat itu, karena ucapannya sendiri.
Doyoung tertawa terbahak-bahak. "Jika hal seperti itu di hitung. Berarti ciuman pertamamu bukan Arin!" Kata Doyoung.
"Apa maksudmu?" Tanya Junghwan menaikkan satu alisnya.
Doyoung membaringkan kepala di dada Junghwan. "Ingat malam pertama kau menginap di sini?" Tanya Doyoung.
Junghwan mengangguk.
Doyoung menceritakan bahwa pada hari pertama Junghwan menginap di rumahnya. Dia diam-diam mencium bibir Junghwan. Saat itulah dia sadar bahwa dia menyukai Junghwan. Saat itu juga Doyoung ketahuan ibunya, besoknya saat Junghwan pulang dia di marahi habis-habisan. Tapi setelah itu, orang tuanya jadi sadar bahwa Doyoung 'istimewa' dan mau tidak mau harus menerima keadaan Doyoung.
Setelah menceritakan semuanya, mereka berdua tertawa. Sadar bahwa ternyata kelakuan mereka bedua sangat konyol.
Tapi dipenuhi cinta satu sama lain.
.
.
.Junghwan dan Doyoung pergi ke rumah Junghwan. Mereka baru saja pulang dari tempat bermain game bersama Yedam tadi. Mereka akan ke rumah Doyoung lagi. Tapi Junghwan mau ganti pakaian terlebih dahulu. Saat masuk, mereka berhenti di ruang tengah.
"Mau apa kau ke sini?" Tanya Junghwan saat melihat Arin sudah duduk bersama kedua orang tuanya.
"Ibu yang harusnya bertanya. Mau apa pria gay menjijikan ini datang ke rumah kita?" Tanya ibu Junghwan menunjuk Doyoung.
"Apa maksud semua ini!" Tanya ayah Junghwan, sambil melempar lembaran foto Doyoung dan Junghwan sedang bermesraan.
"Jelaskan juga ini!" Ucap ibu Junghwan sambil memutar rekaman suara yang dia terima dari Arin.
Arin ternyata mereka suara saat pertemuan mereka di taman beberapa hari yang lalu. Selama berhari-hari dia juga membuntuti Junghwan dan Doyoung, memotret setiap aktivitas mereka.
"Bibi aku bisa jelaskan—"
Junghwan menghentikan Doyoung. Sudah cukup menutupi semua ini. Toh, mereka juga sudah ketahuan, pikir Junghwan.
"Kami memang berpacaran!" Ucap Junghwan tegas.
"Junghwan..." ucap Doyoung pelan.
Junghwan menggenggam tangan Doyoung. "Lalu apa masalahnya?" Tanya Junghwan.
Ayah Junghwan maju dan langsung menampar Junghwan. Semuanya kaget. Suara tamparan itu benar-benar besar. Ibu Junghwan bahkan khawatir, rahang Junghwan patah. Tapi ibunya juga tidak bisa berbuat apa-apa, dia sama marahnya dengan ayah Junghwan.
Junghwan memegang pipinya. "Tamparan ini tidak akan berpengaruh. Bahkan jika ayah mengusir atau membunuhku hal ini tidak akan pernah berubah." Kata Junghwan santai.
"Putuskan dia atau keluar dari rumahku dan bawa semua barangmu keluar dari sini!" Teriak ayah Junghwan mengancam.
Junghwan santai. Dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk ini. Dia sudah tahu bahwa ini akan terjadi.
"Baiklah, aku hanya akan mengambil medaliku, beberapa baju dan pakaian dalam. Selebihnya ayah bisa mengambilnya." Kata Junghwan santai lalu menarik Junghwan ke kamarnya.
"Sayang apa perlu melakukan ini?" Tanya ibu Junghwan panik.
Orang tua Junghwan tidak menyangka bahwa Junghwan akan berkata demikian. Junghwan paling takut jika sudah di ancam soal harta. Tapi sekarang dia bahkan terlihat begitu tenang.
Di sisi lain Doyoung berusaha meyakinkan Junghwan bahwa dia tidak perlu melakukan semua ini. Dia ingin bahagia, tapi tidak begini caranya.
"Bagaimana sekolah dan semua biayamu? Kita juga akan berkuliah tahun depan." Tanya Doyoung.
"Dengar! Aku sudah bilang padamu, aku tidak masalah dengan orang tuaku, yang terpenting adalah dirimu dan orang tuamu. Masalah uang aku bisa bekerja." Ucap Junghwan lalu menarik Doyoung keluar dari sana.
Doyoung menahan diri. "Tidak semudah itu berkerja Junghwan." Ucap Doyoung.
Junghwan menghela napas. "Dengar! Aku sudah menerima beberapa tawaran menjadi guru taekwondo di beberapa sekolah. Gajinya lumayan. Jika tidak cukup aku bisa menunda kuliah dan bekerja. Tapi kupastikan itu tidak akan terjadi, aku bisa meraih beasiswa dengan jalur prestasi. Percaya padaku. Ok?" Ucap Junghwan, lalu benar benar keluar dari kamar itu.
Mereka singgah di ruang tamu.
Junghwan meletakkan kunci mobilnya. "Aku pergi sekarang. Aku tidak bisa membawa terlalu banyak pakaian karena medaliku. Pialaku juga belum bisa ku ambil. Aku tidak masalah jika kalian ingin membuang pakaianku, tapi tolong kirimkan aku pialaku. Kalian tahu seberapa keras aku berlatih untuk meraih piala itu. Aku juga tidak akan megganti nomor ponselku, hubungi aku jika mau." Ucapnya lalu keluar.
Tapi sebelum benar-benar keluar. Junghwan menghentikan langkah kakinya, ada sesuatu yang dia lupakan.
Dia mendekati lalu menatap Arin dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Mengenalmu adalah hal yang terburuk di hidupku. Dengan melakukan ini hanya membuat posisimu semakin jelas di hidupku." Ucap Junghwan lalu benar-benar pergi.
.
.
.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend? Remake || Hwanbby/HwanYoung ✔️✔️
FanfictionPictures by Pinterest Edit by myself Bercerita tentang rumitnya hubungan antara dua sahabat yang saling menyukai? Start : June 23, 2022 End : June 29, 2022 Tidak masalah jika ter-inspirasi, tidak masalah jika tidak vote atau komen, tapi akan jadi ma...