.
.Jam menunjukkan pukul 9 malam. Berhubung Jian berada di shift malam. Dia harus bekerja lebih keras dan pulang lebih malam. Apa mau dikata, karna semua pekerjaan pasti ada lelahnya.
Bahunya masih sakit karna jatuh dari tangga. Ceroboh sekali memang manusia itu. Menyebabkan memar di tubuhnya menjadi bertambah.
Sedari tadi dia melihat beberapa teman kerjanya berbisik. Ntah apalagi yang sedang digunjingkan sekelompok manusia tak punya kerjaan itu. Hey, bahkan mereka sedang bekerja sekarang, tapi mereka masih bisa mengurus hal hal yang tak penting itu. Pada awalnya Jian tak terlalu peduli, tapi tatapan mereka mengarah padanya. Melihat ke arah Jian lalu kembali mengisi obrolan. Itu lah yang sudah mereka lakukan dari tadi sore.
Jian tak ambil pusing dengan hal itu. Ia hanya bekerja , ambil gajinya , dan pulang. Tak ada basa basi atau niat ingin menjadi bagian dari mereka. Meskipun tak tau dan tak mau tau apa yang mereka gunjingkan. Tapi Jian yakin bahwa ia menjadi salah satu tokoh, atau bahkan tokoh utama dalam fitnah itu.
Ternyata malam ini tak terlalu banyak pengunjung. Hanya beberapa yang datang dan itupun hanya sebentar. Mungkin karna cuaca yang tak mendukung untuk berada di luar rumah malam ini. Cuaca malam ini mendung, sepertinya awan hitam akan menumpahkan bebannya ke bumi malam ini. Dengan udara dingin yang menusuk tulang membuat beberapa orang menjadi semakin enggan untuk keluar dari huniannya.
Kecuali pria itu. Yup, dia datang lagi. Dion bilang dia sering ke restoran ini. Tapi anehnya baru akhir akhir ini Jian melihatnya. Pria dengan wajah bak dewa yunani itu memang sedikit familiar. Tapi ntah kapan dan ntah dimana Jian pernah bertemu dengannya. Atau mungkin dia model disalah satu agensi besar. Atau Dia adalah model dari majalah dewasa yang sering Jian lihat.
Merasa diperhatikan pria itu menoleh ke arah Jian. Sedikit tersentak, Jian menoleh ke arah lain karna ia sudah tertangkap basah. Jian melirik dengan ekor matanya, berharap pria itu sudah tak melihat ke arahnya lagi. Dan benar saja, pria itu sudah tak berada di sana lagi.
"Nyariin saya mbak ?"
Tanya seseorang di belakang Jian. Sontak kaget dengan suara yang berada tepat di belakang nya itu, Jian menoleh ke belakang. Jantung Jian berhenti berdetak sejenak. Apakah ini akhir hidupnya? . Jian membeku selama beberapa detik sebelum kesadarannya kembali lagi. Pria itu ada di hadapannya. Ternyara dia jauh lebih tampan jika dilihat dari jarak sedekat ini.
Pria dengan mata indah itu menganggkat salah satu alisnya. Bingung karna Jian masih diam setelah ditanya. Lalu pria itu tersenyum, seolah melihat suatu hal lucu dihadapannya."Didn't hurt ?". Tanya pria itu dengan senyum yang masih terukir jelas di wajahnya.
"Hah ????"
"When you fall from heaven ?" Gombalan itu membuat Jian cengo sejenak. Tak menyangka Jika penampilan yang menyedihkan ini tampak seperti bidadari di mata pria ini. Atau mungkin karna dia belum memakai kacamatanya.
"Sorry sir. Im from hell."
Jian bergegas meninggalkan pria itu. Jawaban Jian sukses membuat pria itu terdiam, lalu tertawa tak jelas. Jian masih tak habis pikir masih ada pria yang mau mengeluarkan kata kata manis untuknya. Setelah bertahun tahun ia menutup diri dari lawan jenis. Membangun benteng yang sangat tinggi sehingga mereka tak bisa masuk kedalam kehidupan Jian. Kecuali Dion, kalian pasti tau alasannya.
Waktunya closing. Jian bergegas merapikan dan membersihkan restoran dengan beberapa orang yang bekerja dibagian yang sama. Tak sabar untuk beristirahat dan menonton anime favoritenya.
♡♡♡♡
Hujan masih enggan untuk berhenti. Jian memutuskan untuk berdiam diri di dalam restoran menunggu hujan reda. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Udara diluar sana semakin dingin. Dan ada beberapa pengendara sepeda motor yang berteduh di depan restoran.
"Jian. Hmmm emang rumor itu bener ya?". Tanya Tulip.
Diruangan ini hanya ada beberapa orang yang tersisa. Dan Jian memilih untuk menunggu dipojok restoran. Diikuti oleh Dion, dan Tulip yang menghampiri mereka.
"Lu percaya banget sama gituan. Emangnya rumor apalagi si ? Heran gua kena mulu."
Jian membalas sekenanya. Meskipun tak peduli, tapi Jian tetap risih ketika orang lain membawa namanya nya.
"Hmmm . Kata anak anak lu kemaren abis ngapain gitu sama pak Rahul di hotel. Soalnya ada yang lihat. Trus tadi lu juga ngomong sama pengunjung cowo kan." Ucap Tulip menjelaskan.
Mata Jian terbelalak, tak percaya dengan perkataan yang terlontar dari mulut Tulip. Siapa yang membuat rumor sebodoh itu. Sedangkan Jian berada di Kost Dion sampai malam. Dan anehnya , mereka bilang dengan pak Rahul?!. Padahal sudah sangat jelas dari perilaku Jian yang terang terangan tak suka pada pak Rahul. Dan mereka percaya ?!. Sepertinya bumi akan lelah menampung manusia manusia bodoh ini.
"Gua ga peduli lu percaya ato engga. Tapi gua di kost Dion ampe malem. Gua gatau tuh orang ngelihat si Rahul ama cewe mana. Dan yang pasti itu bukan gua."
"Bener, Jian kemaren ama gua kok seharian. Yang bikin rumor bodoh banget si." Dion membela .
Seketika tulip tampak shok, lalu tersenyum kecut. Lalu dia pamit ingin pulang lebih dulu. Karna hujan sudah mulai reda. Menyisakan dua makhluk tuhan yang masih protes dengan gunjingan yang sangat menyebalkan itu.
"Bisa bisanya dia lihat gua ama si Rahul. Yang cakepan dikit napa. Harga diri gua berasa rendah banget. Goblok." Celoteh Jian yang membuat Dion tampak sedikit shok.
"Goblok emang. Gua kirain lu kesel karna rumor lu ke hotel ama laki orang. Taunya lu kesel karna rumornya ama si rahul. Sialan."
Dion melenggang pergi meninggalkan Jian yang masih menggerutu. Namanya akan semakin jelek nantinya. Orang orang akan berfikiran apa nantinya. Padahal sudah susah payah ia bangun nama ini agar tampak baik. Sialan emang.
###
.
.
Hai guys. Jangan lupa vote dan komen ya.
Satu vote dan komen kalian akan sangat berharga bagi author.
.Makasiii
KAMU SEDANG MEMBACA
RUE.JIAN - Part of her life
Teen FictionCermin itu menampilkan sosok perempuan cantik namun berantakan. Dengan kantung mata yang kian menghitam dan kulit yang kusam. Tak ada cahaya yang tersirat dari wajahnya. Dia tersenyum sangat lebar, tapi tak ada ketulusan yang tersirat di senyumnya...