Cermin itu menampilkan sosok perempuan cantik namun berantakan. Dengan kantung mata yang kian menghitam dan kulit yang kusam. Tak ada cahaya yang tersirat dari wajahnya.
Dia tersenyum sangat lebar, tapi tak ada ketulusan yang tersirat di senyumnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Hari ini jian bekerja seperti biasa. Bekerja disalah satu restoran membuat ia tak mempunyai banyak waktu untuk beristirahat. Dengan setelan semi formal serta sneakers membuat penampilannya elegant. Dengan rambut ikal coklat tua yang dia cepol ke atas. Serta lip cream bewarna nude membuat wajahnya terlihat manis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu berhenti di halte, setelah menempuh jarak selama dua puluh menit menggunakan busway. Jian harus berjalan lagi menuju tempat kerjanya. Meskipun tak terlalu jauh, tapi cukup untuk membuat nafasnya terengah engah. Sekarang waktu nenunjukkan pukul 8.50, masi ada waktu sepuluh menit untuk mengganti seragam dan mengelap beberapa meja yang tersisa. Karna restoran akan buka pukul 9.00.
Harusnya jian datang dua puluh menit lebih awal. Sehingga ia bisa melakukan setiap tugasnya tanpa harus dicerahami oleh SPV-nya. Dan juga beberapa tatapan tak suka yang ditunjukkan secara terang terangan oleh rekan kerjanya. Toh lagian jian tak bisa menghadapi macetnya jalanan ibu kota.
Jian baru bekerja disini selama tiga bulan. Setiap shift hanya ada 9 waitres. Dan shift pagi dimulai dari jam 8.30 s/d 16.00, sedangkan shift malam dimulai dari jam 16.00 s/d 23.30. Dan dia mendapatkan jatah libur satu hari setiap pergantian shift, yaitu setiap 8 hari sekali.
Tak bisa dipungkiri lagi jika persaingan di dunia kerja itu sangat kotor dan sakit. Makanya tak jarang bila ada seseorang yang resign padahal mempunya gaji yang lumayan, mungkin karna pikiran serta mental nya sudah lelah karna harus dibanting setiap hari. Untungnya ada Dion, rekan kerjanya yang membuat ia tak terlalu muak dengan banyak drama di restoran ini. Pria gondrong yang rambutnya selalu diikat bak Eren yeager, serta kulit tan yang eksotis membuat beberapa teman kerja Dion menaruh hati padanya. Karna Jian dan Dion tampak begitu akrab, sehingga itu bisa menjadi satu dari banyak alasan mengapa rekan kerja Jian tak menyukainya. Padahal mereka tak mengetahui rahasia yang begitu disimpan rapat oleh Dion. Dan yup, hanya Jian mengetahuinya.
Semuanya berjalan lancar, Jian melakukan pekerjaannya dengan baik. Serta Moodnya sedang bagus hari ini, sehingga iya bisa bekerja dengan nyaman. Waktu menunjukkan pukul 13.00 waktu nya untuk empat dari sembilan waitres beristirahat. Termasuk Jian dan Dion.
Jian memutuskan untuk duduk di halaman belakang restoran, ada kursi tua dan beberapa benda rongsokan yang terletak disana. Sehingga membuat lingkungan yang sangat tak aesthetic itu sepi, berbeda dengan bagian dalam sana yang sangat tertata rapi. Tapi itu menjadi keuntungan bagi jian karna ia tak perlu bersusah payah menghindar dari lingkungan toxic itu. Hanya sebungkus roti isi dan apel membuat perut Jian sudah terisi. Dia tak perlu makan nasi serta lauk pauknya karna memang ia tak terlalu suka makanan berat.
Masi ada waktu sepuluh menit lagi sebelum jam istirahat berakhir. Pikiran jian melantur entah kemana. Saat pertama kali menginjakkan kaki disini, semua orang tampak begitu ramah dan baik padanya. Sehingga makan siangnya tak akan terasa sehambar ini. Dulu mereka saling bertukar makanan serta membicarakan hal hal konyol tak masuk akal. Sehingga jam istirahatnya tak akan terasa sesunyi ini. Sebelum akhirnya bencana datang, ketika seorang kepala koki bernama Rahul menaruh hati pada Jian. Jian risih karna Rahul sudah berkeluarga, dan ia tak ingin dan tak akan pernah merusak rumah tangga orang lain karna ia juga seorang perempuan. Sehingga terjadi sebuah kesalah pahaman yang membuat gunjingan datang tanpa henti. Sudah berkali kali jian menyangkalnya, tapi mereka tak menggubris sama sekali. Toh manusia hanya percaya dengan apa yang ingin mereka percayai. Jadi Jian tak ambil pusing lagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekotak susu stawberry terpampang di depan wajahnya. Jian mendongak untuk mengetahui tangan siapa yang menyodorkan sekotak susu itu. Ternyata Dion.
"Ngapain si lu ngelamun bae. Kesambet mampus dah lu." Oceh Dion
"Paan si. Lagian susu apaan ini coba. Tumben banget lu beli ginian." Timpal Jian
"Tadi pagi gua mampir beli roko. Trus gua liat nih susu kotak. Karna gua inget lu ga punya susu alias tepos. Makanya gua beliin biar lu punya dikit."
"Si Anjing !." Geram Jian . Ingin rasanya ia membuang Dion ke dalam kerak bumi terdalam.
Jian berjalan mendahului Dion. Terdengar gelak tawa Dion dibelakang sana, seolah dia telah memenangkan lotre berjumlah ratusan juta.
Tanpa mereka sadari sepasang mata menatap Jian dengan murka. Seolah tak suka dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya. Dan sepertinya telinga jian harus siap siaga mendengar gunjingan yang menyakitkan di hari berikutnya.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 15.40, sebentar lagi Jian akan pulang dan ia sudah tak sabar ingin sampai di kostnya. Menonton anime Hunter x Hunter menjadi rutinitasnya sepulang kerja beberapa hari terakhir ini.
Jian tersenyum memperhatikan pelanggan yang sibuk dengan hidangan di depan mereka. Serta sesekali menguping pembicaraan segerombolan gadis gadis yang sedang bergunjing tentang teman mereka. Huft, bahkan sistem pertemanan memang sekotor itu. Tak heran lagi jika kasus bullying dan bunuh diri remaja semakin marak akhir akhir ini. Dan jian bersyukur karna sudah lepas dari lingkungan toxic itu setahun terakhir.
Pandangan Jian beralih ke sesosok pria yang sedang bertopang dagu, dan tatapan pria tersebut tepat mengarah padanya. Pantas saja dari tadi jian merasa diperhatikan oleh seseorang. Bukannya mengalihkan padangan, jian malah mengubah posisi tubuhnya menghadap pria tersebut, serta menajamkan pandangannya. Pria itu tersenyum tipis. ooh bukan, lebih tepatnya tersenyum sinis.
"Wei, lu ga mau pulang apa. Betah banget dari tadi . Ayok." Ajak Dion menarik pergelangan tangan Jian sehingga pandangan mereka terputus.
Tapi pikiran jian masih terpaku pada pria tersebut. Takut jika khayalan nya menjadi nyata. Takut jika pria itu adalah pembunuh berantai , atau penyihir yang sedang mencari tumbal untuk sesembahannya atau mungkin penculik yang ingin menjual organ dalam Jian, karna memang cuma itu yang bisa dijual dari tubuh teposnya. Memikirkannya saja membuat bulu kaki jian berdiri.
Jian memukul kepalanya sendiri, menghilangkan pikiran konyol yang terlintas di benaknya. Inilah alasan kenapa jian harus mulai bersosialisasi lagi, sibuk menonton anime membuat sistem otaknya menyimpang.
Dion terpana melihat jian memukul kepalanya sendiri. Untuk sesaat dia takjub dengan keanehan jian tapi tak ingin menghentikannya juga, seolah itu hal biasa. "Goblok emang." Gumam dion. . . ###
Makasiii guys Jangan lupa vote dan komen ya Hehehhe .......