(3). Ada apa lagi?

100 33 9
                                    

"Reza, kamu ngapain di sini?" tanya Nayara dengan sedikit kerutan di dahi. Dia merasa heran, kenapa mantan kekasihnya itu tiba-tiba datang menemuinya lagi?

"Aku ... aku mau minta maaf," jawab Reza lirih.

"Minta maaf? Bukannya masalah kita udah selesai? Jadi, kayaknya kamu gak perlu minta maaf lagi deh sama aku."

"Aku minta maaf, karna aku tahu apa alasan kamu tiba-tiba mau pindah. Ini semua karna aku 'kan?"

Reza menaikkan kedua alisnya. Tatapan pria itu sangat lekat, hingga membuat Nayara canggung dan mengalihkan pandangan sambil tersenyum miris.

Rasanya semenjak hubungan mereka berakhir, Nayara jadi rikuh untuk bertatapan dengan Reza lagi. Entah karena masih kecewa atau takut nantinya tidak bisa move on. Namun, yang jelas dalam hati gadis itu mengiyakan pernyataan sekaligus pertanyaan Reza barusan.

"Enggak. Aku emang udah ada niatan kok dari dulu. Aku ingin kuliah di tempat impian aku, dan tempatnya tentu bukan di sini," sangkal Nayara seraya menatap Reza. Senyum tipis di wajahnya belum pudar. Nayara enggan menunjukkan dirinya yang payah dan menyedihkan di hadapan pria itu.

Reza terdiam. Bibirnya terkatup rapat-rapat seakan tidak ada tanda kalau ia akan berbicara lagi. Pemuda yang bermata agak sipit itu malah terpejam sembari menunduk. Menarik napas dalam mengisi rongga paru-parunya yang sedikit sesak.

Beberapa saat kemudian, Reza perlahan membuka mata dan mengangkat wajahnya kembali.

"Nay, kita udah bersama bukan hanya sehari dua hari. Mata kamu gak bisa bohongin aku. Tapi ... apa pun pilihan kamu sekarang, aku akan selalu mendukungnya," tutur Reza pasrah.

Reza memang tidak percaya dengan bantahan Nayara. Ekspresi gadis itu yang seolah baik-baik saja tidak bisa membohonginya. Ditambah, Reza ingat betul kalau dulu Nayara pernah berkata ingin lanjut pendidikan di kota tersebut bersamanya.

Akan tetapi, ia juga tidak bisa melakukan apa pun. Selain menerima dan mendukung semua keputusan gadis itu yang bermula karna kesalahannya.

Nayara mengangguk pelan. "Aku juga mendukung semua pilihan kamu. Termasuk pilihan kamu untuk menikah dengan Irina."

"Nay, untuk masalah itu aku-"

"Mmm ... kayaknya aku harus pergi sekarang," potong Naraya cepat. Lantas berbalik badan sambil melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. "Selamat tinggal, Za," ujarnya.

Melihat itu Reza hanya mematung. Sampai akhirnya Nayara berhasil masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. Sebelum mobil tersebut benar-benar pergi, Reza mengerjapkan mata beberapa kali untuk mengembalikan fokusnya.

Kemudian pemuda itu gegas berlari menghampiri mobil sang mantan kekasih. Berdiri di samping pintu belakang dan mengetuk jendelanya berulang kali.

Tentu saja, hal tersebut membuat kerutan samar terbit di kening Nayara. Ada apa lagi? Pikirnya. Padahal dia sudah tidak ingin berlama-lama berurusan dengan pria itu. Karna hanya akan menambah beban di hati dan pikiran.

Mau tidak mau, Nayara pun menurunkan jendela mobil hingga terbuka sepenuhnya.

"Ada apa?"

"Tunggu, Nay! Aku mau kasih ini buat kamu." Reza menyerahkan paper bag yang tadi dibawanya untuk gadis itu.

Nayara melongo sejenak, lalu buru-buru menggeleng. "Enggak usah repot-repot, Za. Kamu gak perlu kasih apa-apa buat aku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret MeetingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang