05.

29 5 2
                                    

Mereka memasuki sebuah goa di lereng gunung tinggi yang jauhnya 2 km dari desa. Lorong besar itu tidak dijaga siapapun sehingga Franklin dan yang lainnya dengan mulus memasuki portal. Portal yang berbentuk Blackhole dengan gumpalan asap gas dipinggir portal. Semuanya memasuki dengan perlahan. Pertama Franklin masuk hingga terakhir Steven memasuki portal.

"Lagi?" Jake menghembuskan napas lelah.

"Rasanya hanya berputar-putar di satu wilayah." Joy berucap dan disetujui oleh Silvan dan Franklin.

"Kenapa tidak coba menghubungi kelompok Kevin atau Alex?" tanya Joy.

"Tidak bisa, saat diperjalanan ke portal ini aku sempat mengirim pesan suara kepada Alex dan Luhan. Tidak ada yang membalas." Jawab Franklin.

"Kalau begitu kita lanjutkan saja perjalanan." Silvan berseru.

"Tunggu." Steven menghentikan langkah mereka. Langkahnya menuju ke arah Jake. Membuat orang yang dituju menoleh heran. Seperti ada yang tidak bisa ia pendam.

"Kau menyembunyikan sesuatu." Jelas Steven dengan suara pelan.

Jake membulatkan kedua bola mata. Ia terkejut atas penyataan Steven. Bahkan lawan bicaranya, Steven menatap penuh selidik. Tidak dipungkiri jika reaksi Jake seperti itu, maka benar Jake menyembunyikan sesuatu dari mereka semua. Franklin menghampiri tapi Steven menahan langkahnya seakan mata itu akan membunuhnya di detik itu juga. Kembali melihat Jake yang terdiam dan malah menatap Steven dengan berani. Sebenarnya ia takut dengan Steven yang begitu dingin dan tidak pernah menunjukan aura bersahabat sejak dulu.

Jake menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menyembunyikan apapun."

"Dari pada mencurigai satu sama lain, lebih baik kita berjalan untuk mencari pintu portal selanjutnya." Utus Franklin.

"Aku lapar."

Joy mengeluh perutnya merasa lapar minta di isi, sementara yang lain mulai menatap gadis itu. Tangannya memegang perut yang terasa lapar. Silvan yang melihat itu menyadari, mereka adalah manusia. Karena selama perjalanan sebelumnya mereka tidak merasakan lapar. Dan tiba-tiba saja Jake ikut menyeletuk.

"Kenapa tiba-tiba aku merasa haus?" Jake mulai terlihat gelisah karena kali ini merasa jalur tenggorokannya kering.

"Frank." Steven memanggil Franklin yang hanya terdiam.

"Aku baru tersadar selama kita berjalan melewati beberapa portal. Kita tidak merasakan kelaparan dan haus. Ada apa ini?"

"Joy apa kau ingin memakan jamur?" tanya Silvan yang mendekati Joy.

Steven menoleh sebentar saat dua gadis itu bercengkrama. Melihat jamur yang dikeluarkan dari kantung kecil milik Silvan. Ia ingat, di portal sebelumnya memang terdapat beberapa tanaman yang tumbuh. Itu adalah jamur Enoki yang tentu saja bisa dimakan mentah.

Joy memakan jamur yang telah dicuci dengan air mengalir dari salah satu keran yang terbuka. Seperti orang kelaparan jamur enoki itu sudah tertelan semua oleh Joy. Franklin yang mendapati hal itu terdiam memikirkan sesuatu. Mereka mulai sekarang harus mencari stok bahan makan mentah dari lingkungan sekitar. Kemungkinan besar mereka juga akan merasakan lapar di portal-portal berikutnya.

"Silvan." Panggil Franklin.

"Ya, apa kau juga merasa lapar?" Silvan menoleh dan menawarkan enoki yang tersisa sedikit kepada Franklin.

Franklin tentu saja menggelengkan kepala.

"Kau ahli dalam mengetahui segala jenis tumbuhan yang bisa dimakan 'kan?" tanya Franklin.

"Ya." Jawab Silvan mengangguk penuh semangat.

"Baiklah kalau begitu," Franklin berpikir sejenak lalu melihat kelingkungan sekitar, "Aku pikir lingkungan ini memiliki perlengkaan yang kita butuhkan. Kita membutuhkan makanan kalengan dan air untuk minum selama melakukan perjalanan berikutnya. Jika tidak menemukan persediaan bahan makanan, sepertinya kita perlu menggunakan ilmu pengetahuan milik Silvan untuk bahan makan mentah."

L I B E R T È < On Progress >Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang