13

390 8 0
                                    

SELAMAT MEMBACA...

***



[JAKARTA, 2012]


"Sejak kapan dia berhubungan sama pelacur itu?" tanya Haya sambil menahan kemarahannya.

"Jangan sebut cewek itu pelacur. Ranggadewa bisa murka." Respon Jodi.

"Jawab!" paksa Haya dengan keras.

Jodi menghela napas. "Sejak dia memperkosa cewek itu."

"Berhenti bohong bikin alasan memperkosa. Bukan memperkosa kalo sama jalang kayak cewek itu." Sambar Haya dengan emosi.

Jodi mendesah kesal lalu memberi Haya sebuah diska lepas.

"Ini bukti atas pemerkosaannya. Berhenti sebut cewek itu pelacur, jalang, cewek murahan, atau sejenisnya." Jodi memberi peringatan.

Haya memandangi diska lepas itu sambil menahan kemarahannya.


^^^


"Lo bener, ini bukan kerjaannya cowok itu?" tanya Nando.

"Iya, mantan tunangannya yang bikin luka ini." Jawab Dihani.

"Butuh gue beresin itu cowok?" Nando menawarkan.

"Nggak usah. Sampein ke Bang Giri kalo gue punya hutang sama dia."

"Iya."

Dihani segera turun dari mobil menuju tempat tinggalnya. Ketika itu, Lala keluar membuang sampah. Melihat mata Dihani sembab dan ada luka di kening Dihani, Lala buru-buru menghampiri.

"Ini, siapa yang bikin lo begini? Pelanggan?"

Dihani menggelengkan kepala lemah sambil memasuki kamarnya.

Lala ikut masuk ke dalam.

Dihani menjatuhkan tubuh di kasur lalu menangis. Lala jadi bingung dan memilih diam menunggu Dihani menyelesaikan tangisnya sambil menepuk-nepuk punggung Dihani pelan. Waktu terus berlalu. Satu jam berlalu. Dua jam berlalu. Akhirnya Dihani bangkit duduk dengan mata yang merah, sembab, dan bengkak. Lala memberikan tisu dan segelas air minum.

"Udah tenang?" Lala memulai pembicaraan.

"Hmm."

"Ada apa?" tanya Lala perhatian.

"Gue juga nggak tahu kenapa. Cuma, rasanya sakit aja."

"Terus itu luka di jidat lo kenapa?"

"Mantan tunangannya datang mergokin kita lagi mau... saking marahnya dia lempar sesuatu dan bikin jidat gue jadi begini."

"Ngeselin. Udah mantan, nggak tahu diri pula." Lala jadi kesal mendengarnya.

"Tapi dia ada benernya. Gue emang cuma pelacur. Cewek murahan. Jalang." Dihani kembali menitikan air mata.

"Dia yang jalang. Omongannya nggak disaring. Jangan sedih lagi. Lupain omongan yang nggak penting." Lala mencoba menenangkan Dihani. "Pantas aja jadi mantan, nggak bisa jaga mulut, sih." Lanjutnya ikut emosi.

CINTA PADA SEKS PERTAMA [REPOST-ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang