Kopi

16 2 0
                                    

klakson motor berbunyi, membuat pria berseragam hitam putih layak nya seorang satpam berlari membuka pagar. Membiarkan motor vespa memasuki pekarangan rumah bernuansa coklat

lelaki tersebut melepaskan helmnya, tersenyum ke arah satpam sebelum memasuki rumah yang ia anggap sebagai rumah terbaik. Bahkan lebih baik dari rumah dimana isi nya hanya suara gaduh antar kedua orang tuanya

pintu terbuka. Pemandangan yang pertama kali di lihatnya adalah kedua orang tua beserta satu anak perempuan sedang makan dengan gelak tawa di meja makan. Ia meringis, sedikit iri rasanya

"loh? River?"

"halo Om, Tante"

"kamu kesini kok nggak kabarin Tante?"

River cengegesan "nggak sempat"

"terus? kamu ngapain berdiri di sana? ayo sini.. kita makan sama-sama"

River mengangguk. Ia segera berjalan ke arah meja makan, memberikan keranjang yang berisikan buah-buahan kepada wanita paruh baya di samping nya lalu mendudukkan bokongnya dengan santai, seakan rumah yang ia kunjungi sekarang adalah rumahnya sendiri

"buah-buahan?" tanya nya

"oleh-oleh.. udah lumayan lama juga kan River nggak berkunjung ke sini"

"makasih loh River, tapi lain kali nggak usah bawa-bawa kayak beginian lagi, kamu datang ke sini aja Tante udah seneng kok"

"nggak boleh dong, River kan juga mau bawain kalian oleh-oleh"

"dih.. sok manis banget lo"

River menatap sinis gadis di depan nya "gue nggak ada ngomong sama lo ya! bocil diem deh"

"siapa bocil? gue?"

"iya"

"heh! nggak ada yang bocil di sini, lo sama gue itu seangkatan. Jangan berlagak seolah lo itu kakak kelas gue deh"

"apa? jangan berlagak seolah gue kakak kelas lo? nyonya Anya Algibran, lo lupa atau pura-pura lupa kalau gue lebih tua satu tahun di atas lo"

"ck! beda setahun doang nggak usah belagu deh"

"tetap aja gue lebih kakak kebanding lo, jadi otomatis gue itu kakak kelas lo. Bocil mah bisa apa sama kakak kelas"

Anya tidak lagi menimpali, berdebat dengan River itu terlalu sulit baginya, terlebih jika River telah mendapatkan jawaban yang tepat dalam pertengkaran nya. Sebenarnya ia juga merasa bodoh karena lupa kalau River lebih tua di banding dengan nya

tetapi mengingat interaksi mereka berdua, wajar membuat Anya lupa, mereka terlalu non formal dalam berbicara, sehingga membuat Anya menganggap seolah ia dan River itu seangkatan

♧♧♧

"coklat panas?"

"thank's"

Anya mengangguk, ia ikut duduk di samping River, memandangi awan gelap menghiasi langit di sore hari, cuaca hari ini sedang mendung. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan

sepulang dari mengantar Adishla. River berinisiatif mengunjungi rumah Anya, terlalu malas untuk pulang kerumah, apalagi hanya untuk mendengar pertengkaran kedua orang tua nya yang tidak ada habisnya

"lo nggak pulang?"

"maleman aja"

"Adishla?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdishlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang