koridor SMA Pelita tampak sangat menyeramkan di malam hari, walau jam masih menunjukkan pukul 19 : 00 malam, tapi sekolah tetaplah sekolah, dan sekolah akan tetap terlihat menyeramkan pada malam hari
Adishla berjalan seorang diri disana, berusaha menepis rasa takutnya demi menghampiri River di rooftop, perasaannya tidak tenang ketika menerima telepon dari River jika ia sangat membutuhkannya sekarang. Adishla membuka pintu besi yang tidak begitu berat, matanya terus melirik ke kanan dan ke kiri, berharap segera menemukan keberadaan River
"Adishla.."
Adisha menoleh ke samping, mendapati River dengan mata merah sedang menatapnya, tatapannya sendu bercampur lelah. Adishla berjongkok, memeluk River yang terlihat begitu kacau malam ini, walau tidak ada setetes air mata, tapi Adishla tahu jika River sedang menahan tangisnya untuk tidak terlihat lemah di depannya
"maaf telat" bisik Adishla
River sama sekali tidak menggubris, dia hanya diam dengan pandangan kosong menatap langit malam, setidaknya keberadaan Adishla sudah bisa mengobati rasa lelahnya
Adishla masih betah memeluk River, memberi kekuatan agar River tidak terlalu larut dalam kesedihannya, ia juga dapat merasakan rasa sakit yang River rasakan, terlalu sakit sampai membutuhkan orang lain sebagai obat penenang
"Sha, capek .."
"hust.. ada aku River"
"aku capek denger mereka berantem terus, pusing Sha.. rumah bener-bener berantakan tadi, Ayah bahkan nggak segan-segan mecahin gelas Sha"
Adishla tidak menjawab. Dengan posisi memeluk, ia menepuk pelan bahu River
River mendongak, melihat penyemangatnya selama ini "Sha, aku nggak mau pulang"
"River.."
"nggak apa-apa, tenangin diri dulu yaa" lanjutnya
River mengusap pergelangan tangan Adishla "maaf lagi-lagi repotin kamu"
"ngomong apa sih, kamu nggak ngerepotin sama sekali menurut aku"
"maaf karena gara-gara aku, kamu harus samperin aku ke sini.. maaf banget, Sha."
"udah River, nggak usah minta maaf terus.. selagi kamu butuh bantuan, aku pasti akan datang"
"makasih"
Adishla ingin melepas pelukannya, tapi niatnya ter-urungkan kala River menahan untuk tidak melakukan hal tersebut
"jangan di lepas dulu" sendu River
"iya, nggak"
Adishla menepuk pelan punggung River, berusaha untuk tetap selalu berada di sisi lelakinya hingga beberapa menit berlalu, Adishla mulai merasa pelukan River melonggar
"pelukannya udah boleh aku lepas?" tanya Adishla
"hmm"
Adishla melepaskan pelukannya, melihat River yang sudah tidak se-kacau tadi "em.. makan yuk"
"nggak lapar"
"terus kapan laparnya? kebetulan aku juga lagi lapar berat sih.. belum makan seharian ini" cengir Adishla
"ck! kebiasaan"
River berdiri, menggandeng tangan Adishla pergi meninggalkan rooftop SMA Pelita "ayo makan"
♧♧♧
"ini kenapa?"
River menyentuh sudut bibir Adishla kala melihat memar di ujung sana. Adishla meringis, tamparan Ayahnya ternyata begitu kuat sampai meninggalkan bekas
KAMU SEDANG MEMBACA
Adishla
Fiksi Remajamenceritakan tentang gadis cantik bernama Adishla Manveer, nama yang sangat indah. Tapi tidak dengan kehidupannya. made on wednesday, 22-june-2022 (22:04)