6

745 73 0
                                    

"Mau nyoba dimana?" Ucap Cio pada Shani yang terduduk dikursi roda.

"Ke taman aja om" saran Aran disetujui oleh Cio.

"Emang disini ada taman bang?" Ucap Shani.

"Ada bun" jawab Aran yang mengekori Cio yang mendorong kursi roda Shani menuju lift pasien. Kini mereka sampai dilobby rumah sakit, Cio keluar dan dia berhenti sejenak dan berdiri tegap untuk menghirup udara sore.

"Oke yok lanjut" ucap Cio kembali mendorong kursi roda Shani.

"Cio kamu ngapain bawa gitar" heran Shani pada temannya ini.

"Aku mau nyanyiin lagu aku, buat kamu" jelas Cio membuat Shani menengok keatas menghadap dagu Cio, karna saat ini Cio yang mendorong kursi rodanya.

"Kenapa kamu" tanya Cio tanpa melihat ke arah Shani, Shani memposisikan pandangannya seperti semula.

"Gapapa sih, penasaran aja, sama lagu kamu" ucap Shani antusias.

"Semua masih sama Shan" ucap Cio menatap lurus kedepan.

"Engg?"

"Masih tentang kamu" ucap Cio, Shani berusaha memahami kata-kata Cio namun, konsentrasinya buyar dengan teriakan Aran yang senang dengan hijaunya rumput dan sungai yang mengalir tenang dihadapannya.

"AHAHAHAHA SERUUUU" kira-kira inilah satu dari beberapa kata yang keluar dari mulut Aran.

"SUKA KAMU RAN?" tanya Cio sambil berteriak dan melepas genggamannya pada pegangan kursi roda milik Shani. Dia berlari menyusul Aran.

"SUKA BANGET" seru Aran yang kini menjatuhkan tubuhnya dirumput.

"Ahahaha" tawa Cio yang mengikuti Aran.

"Indah ya om" ucap Aran menatap langit-langit.

"Iya"

"Kayak bunda" lanjut Aran membuat Cio terdiam sejenak.

"Iya kamu bener" balasnya lalu tersenyum dalam pejaman matanya.

"Om" panggil Aran yang menengok ke arah Cio disampingnya.

"Iya" balas Cio matanya masih setia terpejam.

"Om...semangat" ucap Aran lalu mengikuti Cio yang memejamkan matanya, namun Cio malah membuka matanya dan menatap Aran dari samping.

"Kamu juga" ucap Cio lalu duduk dan menompang tubuhnya menggunakan kedua tanganya yang ia posisikan kebelakang. Shani yang melihat interaksi mereka berdua hanya tersenyum tipis, dia mendorong kursi rodanya menggunakan tanganya. Shani akhirnya menyamakan posisi pada kedua laki-laki ini.

"Bun" panggil Aran yang yakin bahwa ibunya ada didekatnya, karna harum wangi dari Shani yang begitu melekat dan semerbak difikiran dan penciuman Aran.

"Iya" lembut Shani, Cio berdiri untuk membantu Shani. Cio menggendong Shani, dia dudukan wanita ini disamping putera sulungnya.

"Kakak mau es krim?" Tawar Shani yang mengusap kepala Aran.

"Iya mau" balas Aran yang menatap Shani.

"Aku beliin" sigap Cio beranjak dari tempatnya dan membelikan Aran es krim.

"Abang capek?" Tanya Shani menatap putranya tulus.

"Iya" balas Aran yang kini memeluk perut Shani.

"Kamu anak pintar Ran, anak pintar, kamu gapernah mengusik tentang papi kamu" batin Shani menatap nanar Aran.

"Bund" panggil Aran yang membuyarkan lamunan Shani.

"Iya bang?"

"Bunda tau ngga kenapa om Cio itu bisa jadi dokter"

Ku Temukanmu Lewat Seni MusikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang