UL ~ F

178 29 1
                                    

Pemberkatan berjalan lancar. Stacy sampai merasakan kegugupan luar biasa saat Armando mengucap serius janji suci di hadapan Pendeta. Bahkan ia ikut larut sampai menikmati ciuman lembut Armando setelah mereka dinyatakan resmi sebagai suami istri.

Stacy baru tahu jika Armando memiliki satu adik laki-laki. Dan anehnya, laki-laki yang dikenalkan dengan nama Aldeo Thompson itu jauh lebih sopan dan manis sikapnya dibandingkan dengan karakter Armando yang penuh kepercayaan diri dan arogan. Stacy sampai mengira jika kedua saudara itu berasal dari alam yang berbeda.

"Wajar dia low profile. Karena misinya mengejar wanita yang stratanya di bawa kami. Simpan kekagumanmu. Karena Deo tidak akan terpikat olehmu yang sudah lebih dulu terikat denganku," desisnya saat keluar gereja dan membimbing Stacy masuk ke dalam mobil pengantin.

Sampai akhirnya malam tiba. Sebuah pesta pesta pengantin digelar mewah. Stacy dibuat kagum oleh semua hasil kinerja owner wedding yang mengerjakan persiapan. Ia seperti layaknya seorang Ratu yang dinikahi pangeran tampan dengan setulus hati. Selama pesta tangan Armando tak lepas menggenggam jemari tangannya. Bahkan jika ia melepas, pinggang ramping Stacy yang selanjutnya dijadikan sasaran posesif.

Usai pesta adalah hal yang ditunggu-tunggu Stacy sejak tadi. Banyaknya tamu undangan membuat Stacy lelah dan ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya di busa empuk.

"Apa kau tidur dengan pakaian itu?"

Stacy berjengit kaget seseorang sudah ada di sampingnya dengan hanya memakai celana piyama tanpa atasan. Sengaja memperlihatkan otot bisep dan perut tanpa lemak bagian atas tubuh atletisnya.

Armando menyentuh lengan bathrobe yang dikenakan Stacy. Berbahan handuk dengan panjang yang sampai menutupi betisnya.

"Sekalian saja kau pakai helm agar tampak seperti astronot yang mau ke bulan," lanjutnya mengejek.

"A-aku belum siap," jawab Stacy gugup.

Sesaat Armando menatap rinci tubuh Stacy dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rambutnya yang dibiarkan tergerai karena masih basah mampu membuat pria itu tak berkedip menatap wajahnya yang telah bersih dari make up tebal.

"Kalau aku mau kau sudah kupaksa membuka selangkanganmu lebar-lebar untuk kujilati sebagai menu pembuka. Tapi aku menahannya karena itu janjiku." Armando membelai lembut satu pipi Stacy dengan punggung tangannya. "Aku masih mampu menahannya menunggu kau siap."

"La-lu kenapa juga kau masih ada di sini jika aku belum siap?" hardiknya terbata. Tak bisa disembunyikan jika pipinya telah merona oleh ucapan vulgar pria yang telah resmi menjadi suaminya.

"Come on, kita pengantin baru. Tidak mungkin tidur dalam kamar berbeda. Untuk hal itu jangan harap aku akan mengabulkannya. Kita tidur di sini. Dalam kamar yang sama, satu ranjang, dan satu selimut." Armando menjauh menuju lemari pakaian. Membukanya lalu mengeluarkan kain berbahan sutra warna krem. "Pakai ini agar tidurmu lebih nyaman. Aku menolak kau memakai pakaian astronot itu!"

Tak ingin berdebat untuk hal tidak penting karena tubuh Stacy benar-benar butuh istirahat. Ia menerima gaun tidur pilihan Armando lalu hendak beranjak menuju bathroom.

"Mau ke mana?"

"Kau pikir aku akan memakainya di depanmu?!" ketus Stacy sebal.

"Aku malah mengharapkannya."

"Dalam mimpimu!" Stacy berjalan cepat masuk ke dalam bathroom. Tapi sebelum pintu tertutup rapat, teriakan Armando mampu membuat dirinya ketar-ketir.

"Tak lama lagi impian itu akan terwujud. Kita akan menyatu dalam gairah!"

Sialan! Kenapa pria ini semakin tak beradab setelah sepuluh tahun berlalu.

.
.

Cerita sudah lengkap di KaryaKarsa. Koleksi Pdf juga tersedia. Yuk, kepoin di sana sampai tamat ✅

Unlimited Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang