•CHAPTER 8_

15 6 0
                                    


"Gak gini caranya Angkasa."

"Udah lo liat aja darisana, bener ya caranya."

"Terserah Lo deh." Cenzie menyerah.

Ia lelah, berapa kalipun Cenzie berusaha membantu dengan nasehat hanya dianggap angin lalu oleh Angkasa.

Daritadi mereka berdebat menentukan bagaimana cara merajut yang benar. Kalian tak salah dengar kok memang benar mereka merajut tapi masih dengan bantuan video dari Imtube dan mungkin naluri Angkasa seorang.

Ngomong-ngomong Angkasa sedang membuat boneka kelinci kecil sedangkan Cenzie membuat boneka stroberi kecil yang sudah jadi dari tadi tapi tidak dengan Angkasa.

Sebenarnya mereka hanya ingin membuat 1 boneka tapi karena Cenzie tetap ingin membuat stroberi sedangkan Angkasa sangat membenci buah itu akhirnya mereka membuat 2.

"Nih jadikan." Ucap Angkasa bangga dengan karyanya sendiri.

"Pftt... Lo gak bercandakan buat kek gini, kelinci tuh kupingnya panjang kalo pendek tuh panda noh pendek telinganya."

"Namanya juga kelinci mini zie yakali telinganya gak ikut mini."

"Terserah Lo deh, sebahagia Lo aja gimana."

Cenzie akhirnya menyerah juga. Tatapan Cenzie tak luput dari Angkasa yang masih memandang karyanya bangga. Sekarang ia merasa seperti menjaga anak kecil. Cenzie tersenyum kecil ia tau hal seperti ini takkan bertahan lama.

"Ngapa Lo senyum-senyum sendiri, gak kesurupan kan?" Ucap Angkasa sambil melihat kanan kiri karena ia merasa tempat ini tak seram sama sekali masak ada hantunya.

"HAHAHA."
"Dasar bodoh." Ucap Cenzie tak habis pikir dengan Angkasa, sebenarnya apa yang dipikirkan anak itu sampai berpikir tak masuk akal seperti ini.

[MENATAP ANGKASA]

"Jangan terlalu dekat dengan Angkasa nak." Ucap ibu Cenzie sambil menatap anak semata wayangnya itu.

"Hm? Apa maksud ibu." Cenzie bingung ia merasa daridulu tak ada pembicaraan Angkasa dalam keluarganya tapi kenapa kali ini ibunya malah menyinggung soal Angkasa.

"Ibu hanya ingin anak ibu bahagia."

"Jujur Bu, sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba?"

"Kamu akan mengetahuinya sendiri nanti."
"Mungkin untuk persahabat ibu tak akan melarang tapi untuk memulai suatu hubungan ibu tak setuju."

Cenzie langsung menghentikan kegiatan melipat bajunya dan menatap ibunya dalam, ada banyak pertanyaan dikepalanya saat ini.

"Cepat lanjutan kenapa hanya diam, oh ya nanti kue dikulkas itu nanti kasih ke Vanan ya."

Cenzie mengangguk, selain 'Apa' dan 'mengapa' tapi ada satu pertanyaan dikepalanya saat ini 'kenapa Vanan' yang harus dekat dengannya nanti. Kenapa orang tuanya terobsesi dengannya.

[MENATAP ANGKASA]

Kita dekat tapi kenapa terasa jauh, kita bersenang-senang tapi kenapa masih ada torehan rindu yang ada di hati. Dan kenapa selalu namanya yang tertanam di hati.

"Angkasa."

Nama yang indah untuk seseorang yang begitu indah juga keberadaannya.

Dia 'Angkasa' sahabatku selamanya.

"Lama sekali, gw sampai bosan nunggunya." Ucap Angkasa yang terlihat kesal tapi sebenarnya ia bahagia.

Dan Cenzie,
"Gak akan bosen kalo yang Lo tunggu itu gw, iya kan."

Dan keduanya tersenyum, memang hanya senyuman kecil tapi itu terasa begitu dalam.

"Lo selalu tau apa yang gw pikirin."

"Gw cenayang soalnya." Cenzie membuka percakapan dengan candaan yang dibalas tawa renyah oleh Angkasa.

Tawa yang menghiasi wajah Angkasa akan selalu menjadi favorit untuk Cenzie. Sudah kukatakan Angkasa itu indah. Ia jatuh cinta dengan lelaki dihadapannya saat ini.

"Indah banget tawa Lo." Cetusnya yang membuat tawa Angkasa lenyap.
"Sampai pengen gw pukul tu mulut rasanya." Lanjut Cenzie, ia tak ingin Angkasa berpikir hal yang menjadi suatu harapan nantinya.

Angkasa memajukan wajahnya pada Cenzie yang sudah duduk didepannya. Ia memandang sebentar wajah sahabatnya itu. Ia akui Cenzie memang cantik, mungkin setelah ibunya?

"Pukul aja."
"Pake bibir Lo tapi."

•••

••••[TO BE CONTINUED]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





[TO BE CONTINUED]

MENATAP ANGKASA || NA JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang