•CHAPTER 11_ (END)

27 5 0
                                    


"Cessa?"
"Nama yang indah." Ucap Cenzie yang masih fokus pada sosok kecil yang tertidur pulas tersebut.

"Cessa ya? Lucu seperti singkatan nama kita berdua."

"Eh bener juga, gw baru nyadar."

Matanya berbinar saat menatap bayi tersebut seakan ada tali penghubung diantara mereka berdua.

"Saya menemukan Cessa tepat didepan panti ini." Ucap seorang wanita yang sudah berumur tapi masih tetap cantik dengan hijab yang terpasang cantik di mahkotanya.

Angkasa menemani Cenzie disampingnya. Ia eratkan tautan jari keduanya. Cenzie yang menyadarinya langsung mengalihkan pandangannya pada Angkasa.

"Lo gak papa?" Tanya Cenzie.

"Gw gak papa, cuma gemes aja liat bayi-bayi didepan kita."

"Andaikan tuhan ngasih kesempatan hidup gw lebih lama, pasti seneng banget kalau salah satu anak disana bisa jadi anak gw nantinya."

Hari sudah mulai gelap dan ini waktu keduanya untuk pulang. Kunjungan dipanti asuhan hari ini akan menjadi salah satu kenangan indah nantinya bagi mereka.

Kini keduanya sama-sama hanyut dalam suasana malam saat salah satu dari mereka menyetir mobil.

"Adopsi anak yuk Sa." Ucap Cenzie semangat.

Ia masih mengingatnya betapa indah dan nyamannya rumah panti tersebut.

"Jangan ngigo gw bentar lagi mau mati malah ngadopsi anak, nanti siapa yang bantu ngurisinnya."

Plak

Cenzie langsung memukul lengan Angkasa, kenapa bicaranya ngelatur sekali pikirnya.

"Omongan Lo terlalu ngelantur tau gak, males gw jadinya." Ucap Cenzie merenggut kesal.

Cenzie tak suka, benar-benar tak suka arah pembicaraan Angkasa. Ia tak ingin memikirkan hal itu.

"Sorry, gw gak maksud buat Lo marah."

Angkasa menghentikan mobilnya saat sudah didepan rumah Cenzie.

"Kalaupun gw udah ga ada itu udah takdirnya yang diatas, gak ada yang bisa melawan hukum takdir Cenzie."
"Gw bahagia kalo Lo bahagia, itu cukup untuk gw."

Air mata Cenzie turun tanpa ia sengaja. Kata-kata Angkasa sangat menyesakkan.

"Jangan nangis, gw gak suka." Ucap Angkasa tersenyum manis.
"Gw sayang sama Lo zie, untuk itu ijinin gw buat selalu jagain Lo disaat jantung ini masih berdetak."

Bukannya tenang, tangis Cenzie malah semakin kencang. Ah apa pembicaraan Angkasa salah? Tapi Angkasa hanya ingin mengeluarkan isi hatinya saja.

"Lo bulshit banget mana ada rasa sayang seperti ini Angkasa, mana ada!"
"Gak usah hapusin air mata gw!" Ucap Cenzie menyentak tangan Angkasa yang mendekati pipinya.

Angkasa hanya menggeleng gemas, Cenzie itu keras kepala ternyata.

"Jelek banget pikirannya, lagipula..."

Tangan Angkasa kembali mendekat pada wajah Cenzie.

"Sudah jadi tugas laki-laki untuk menghapus air mata wanita yang dicintainya."

•••

Angkasa mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke kamarnya. Sudah 2 hari sejak kunjungan Angkasa dan Cenzie ke panti asuhan, dan selama itu pula ia harus rela tak bertemu Cenzie secara langsung. Karena Cenzie sudah kembali keluar kota.

"Bu Angkasa berangkat dulu." Ucap Angkasa saat sudah siap dengan kaos hitamnya.

"Mau kemana to mas, pagi-pagi kok udah pergi. Mbok obatnya diminum dulu."

"Cuman keluar bentar kok Bu nanti Angkasa minum pas udah pulang."

"Yo uwes hati-hati."

Angkasa mengangguk sebagai jawaban dan langsung mengambil kunci motor nya dan berangkat.

Masih ingat kalian dengan lahan yang penuh dengan rerumputan dan dekat dengan danau? Sekarang Angkasa ingin kesana.

Ia merindukan tempat tersebut. Sesampainya disana Angkasa langsung mendudukkan dirinya diatas rerumputan dan memandang danau dengan tenang.

Suasananya menjadi sendu dan dingin, entahlah apa karena ini masih pagi atau mungkin karena yang lainnya.

Tangannya perlahan memegang dadanya tepat dimana letak jantungnya berdetak.

"Tolong bertahan sedikit lagi."

Ia tersenyum, pikirannya berkelana saat kemarin Cenzie menceritakan ingin menikah dengannya dan mengadopsi Cessa bersama-sama melalui sua telepon. Dan ia juga berjanji untuk melakukannya suatu hari nanti.

Tapi Angkasa sadar tidak ada kata 'suatu hari nanti' untuknya dan itu hanya sekedar angannya belaka yang terucap melalui janji.

"Maaf untuk mengingkari janji kita untuk kedua kalinya Cenzie,... Maafkan aku." Ucapnya frustasi.

"AKHHH...LO PENGECUT ANGKASA, LO PENGECUT! GW BENCI SAMA DIRI GW SENDIRI!"

Sesaat ia lupa akan dirinya sendiri dan mengerang frustasi. Ia sudah jatuh kali ini, Angkasa sudah lelah.

Dilain sisi Cenzie terdiam dibelakang sana. Niatnya ia ingin memberikan kejutan untuk Angkasa kalau dia berkunjung kembali. Tapi sekarang yang ia temukan adalah sisi Angkasa yang rapuh.

Besar rasa untuk berlari dan mendekap Angkasa saat ini tapi Cenzie tak sanggup. Ia takut, Angkasa terlihat sangat rapuh didepan sana.

"Angkasa..."

•••

••••[MENATAP ANGKASA]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





[MENATAP ANGKASA]

MENATAP ANGKASA || NA JAEMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang