Hembusan angi terus menerpa rambut silver seorang pemuda yang tengah mencak-mencak di sebuah bangku taman.
Umpatan demi umpatan meluncur tiada henti dari belah bibirnya.
"Aish ... sialan! Apa Echan-hyung kira menulis semudah itu?!" ujarnya kesal pada angin.
Puk
"Akh ...." ringisnya tatkala sebuah kerikil kecil mengenai belakang kepala.
Matanya menatap seorang pemuda tinggi yang berdiri beberapa meter dibelakang tubuhnya dengan nyalang.
"KAU--- " Geramnya tertahan. "Dasar tiang kurang ajar!" makinya kembali. Tungkai kakinya bergerak cepat menghampiri orang kurang ajar tersebut dan menendang tulang keringnya.
"OUCH! Ini sakit Chenle-yaa."
Chenle tertawa puas. "Kalau begitu, jangan memancing emosiku. Sudah tau mood ku sedang buruk."
"Baiklah tuan emosia-- Ah, eh maksudku tuan tampan." Sungchan buru-buru meralat ucapannya sebelum kembali dihadiahi sebuah tendangan.
"Ngomong-ngomong kenapa kau kemari? Bukankah banyak tugas untuk divisimu saat ini?" Chenle berjalan menuju kursi usai bertanya.
"Sekedar informasi, sembilan puluh persen dari tugasku sudah selesai aku kerjakan."
"Aku tidak peduli pada tugasmu."
"Oh, yaa? Chenle-ya, apa kau mendengar sesuatu?"
Chenle memfokuskan pendengarannya dan menggeleng. "Tidak. Tapi kalau yang kau maksud adalah suara dari deru mesin mobil yang begitu bising, aku mendengarnya."
"Suara hatiku yang kau retakkan tidak terdengar?"
Seketika raut wajah Chenle berubah datar. "Kau ingin aku pukul?" ancam Chenle menyeramkan. "Mana bisa aku meretakkan hati seseorang yang berada didalam tubuhnya. Itu terdengar konyol."
"Itu artinya, kalau kau menjadi kekasihku, barulah tidak terdengar konyol. Benar, kan?" Sungchan mengerling genit.
Chenle menggeleng. "Tidak. Itu malah terdengar gila. Kalau kau menjadikan Shotaro-hyung kekasihmu, barulah bukan hal yang konyol ataupun gila," celetuk Chenle santai dengan seringai.
"Shotaro? TIDAK MAU! Aku ing--"
"YAK! CHENLE! MASUK DAN LANJUTLAH MENULIS, SIALAN!" teriak seorang pemuda bersurai pink dari balkon yang mengarah langsung ketempatnya kini.
"TIDAK MAU! HYUNG MENYEBALKAN!" balas Chenle dengan berteriak. Wajahnya mendongak kearah balkon.
"MASUKLAH KE DALAM DAN MARI BICARAKAN INI LAGI DENGAN KU!"
Chenle mendesis. "TETAP TI--"
"HITUNGAN KE-10 KALAU KAU BELUM ADA DIDEPANKU, JANGAN HARAP ADA KELONGGARAN!" potong Haechan membuat Chenle berteriak frustasi dengan Sungchan yang masih setia menutup telinganya.
"SATU ...."
"Aku masuk dulu, Chan. Semoga telingamu baik-baik saja se--"
"TIGA ...."
"HYUNG! DUA NYA BELUM DIHITUNG!" protes Chenle kesal sembari mendongak.
"EMPAT ...."
Melupakan kecurangan yang Haechan lakukan, Chenle berlari cepat memasuki gedung berlantai 5 didepannya hingga tiba didepan pemuda berkulit tan dengan surai pinknya yang memukau.
"Hah.. huh.. hahh.."
Haechan tersenyum puas melihat Chenle yang muncul didepannya dengan ngos-ngosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Novelis Transmigration [CHENJI]
FantasyIni tentang Wong Chenle, seorang novelis terkenal yang masuk ke dunia novel yang dibuatnya. Siapa sangka kalau sebuah perasaan nyaman menyusup hadir seiring ia berada disana dalam kurun waktu yang cukup lama. Sebuah perasaan yang orang sebut sayan...