Happy Reading!
---
6 hari sudah Chenle berada di Singapura bersama Jisung untuk urusan pekerjaan.
Besok adalah hari terakhir mereka disini dan memutuskan untuk pergi ke toko oleh-oleh. Usul yang Chenle ajukan kepada Jisung sebenarnya.
Di balkon kamarnya yang langsung menghadap jalanan Singapura dengan langit yang menunjukkan bulannya yang indah. Chenle tersenyum kecil memikirkan segala yang dia dan Direkturnya lakukan disini. Selain urusan pekerjaan.
Jisung tidak seburuk itu jika ia kembali mengingatnya. Pria tinggi itu diktator, namun juga bisa terlihat konyol di waktu yang bersamaan.
"Hei! Apa yang kau pikirkan hingga tersenyum aneh begitu?"
Sebuah suara tak asing terdengar dari balkon sebelah. Siapa lagi pelakunya kalau bukan si bos.
Melirik sekilas ke arah balkon tetangga, Chenle memutar bola matanya jengah. "Bukan urusanmu. Jadi, aku tidak perlu menjawabnya." Lelah berdiri, ia kemudian duduk di sofa kecil yang ada disana.
Hening
Pemuda yang lebih pendek tidak terlalu memikirkan keheningan yang dirasanya. Kini, ia fokus pada pemandangan yang ia lihat.
"Chenle-ya ..."
Chenle menoleh dan beradu tatap dengan pria tampan yang biasa ia panggil 'Direktur' itu.
"Setelah aku memikirkannya, sikap mu terlihat berbeda dengan sebelumnya."
Deg
"Sebelum tenggelam di kantor waktu itu, kau begitu serius dan sangat dewasa jika bersamaku. Begitu sesuai dengan umur mu yang sudah hampir menginjak kepala 3."
Chenle hampir menjatuhkan rahang mendengar itu. Kepala 3? Bagimana bisa umur raga ini sudah setua itu? Jika dibandingkan dengan Wong Chenle maksudnya hehe.
"Jika aku boleh bilang, lebih baik kau tidak memikirkannya, karena itu hanya pikiranmu dan sama sekali tidak benar." Chenle menyahuti setengah panik.
Jisung menggeleng. "Tidak! Setelah itu, kau menjadi kekanakan dan tidak dewasa lagi. Bahkan, sikap mu menunjukkan kau lebih muda dari diriku dan adikmu."
Tentu saja. Wong Chenle adalah pemuda kekanakan yang berusia 22 tahun. Seumuran dengan Ning-Ning jika ia tidak salah mengingat.
"Mmmm ... begitulah. Aku memiliki sisi lain yang aku sembunyikan sejak lama dan memutuskan mengeluarkannya."
"Kau juga bisa memasak. Kau tidak bisa berenang. Kau semakin aneh. Apa betul kau adalah orang yang sama?"
"TENTU SAJA!" Chenle berteriak secara spontan. Ia lantas terkekeh, berusaha terlihat meyakinkan untuk menundukung kalimat selanjutnya. "Bagaimana bisa aku ini orang yang berbeda? Kau kira ini adalah dunia fantasi?!"
Yang bertanya nampak terkejut. Mungkin karena tidak berpikir bahwa Chenle akan berteriak.
Jisung lantas mengangguk dan membiarkan keheningan mengambil alih sementara waktu.
Menemukan sesuatu yang mengganjal di pikirannya, Chenle bersuara dan memecah keheningan yang ada. "Sebelum kemari, kenapa kau terburu-buru dan memajukan jadwal penerbangan usai menemui adikku?"
Desahan nafas lelah terdengar dari balkon seberang kamar Chenle.
"Dia pergi lebih dulu karena ada bimbingan mendadak."
"Lalu?"
"Dia pergi bersama teman prianya dan menolak ku yang ingin mengantarnya."
Meskipun ada getaran aneh yang mengganggu, kakak dari kekasih Jisung kembali bertanya. "Jadi, kau tidak percaya padanya? Kau marah karena itu? Kau marah karena Ning-ning lebih memilih temannya dibanding dirimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Novelis Transmigration [CHENJI]
FantasyIni tentang Wong Chenle, seorang novelis terkenal yang masuk ke dunia novel yang dibuatnya. Siapa sangka kalau sebuah perasaan nyaman menyusup hadir seiring ia berada disana dalam kurun waktu yang cukup lama. Sebuah perasaan yang orang sebut sayan...