Enam Belas

351 57 2
                                    

SelamatttttTTTTtTtTTTTTTT membacaaaaaaAaaAAAAAAAA <333333333

Semoga sukakkkk!

●●●●●●●●

Chenle membuka mata —merasa silau dengan sinar matahari yang memasuki kamarnya.

"Huh, aku tidak ingin bertemu Jisung," gumam nya lesu sesaat kemudian.

Pria itu yang kini menatap lurus ke arah jendela kamar, berujar pelan. "Aku ingin kabur." 

"Kabur dari ku maksudmu?" Suara yang begitu dihindari nya hari ini sejak ia membuka mata, muncul dari balik pintu kamar mandi.

Pria yang masih berada di kasur melotot. "KAU?! KENAPA BISA DI DALAM SINI?!" 

Yang diteriaki terkekeh ringan sambil mendekati si pemilik kamar. "Kau pikir aku akan membiarkanmu menghindariku begitu saja, heh? Tentu tidak, Zhong Chenle." kata Jisung dengan wajah menyebalkan.

Chenle semakin dirundung perasaan dongkol. "Terserah mu. Aku ingin ke dapur. Menyingkirlah dari jalan ku." ketusnya.

Bukannya menyingkir, Jisung diam ditempatnya menghalangi Chenle seraya menatap wajah putih didepannya dengan begitui intens. "Jadi begini wajah bangun tidurmu setelah menangis cukup lama?"

"Menyingkir. Dari. Jalanku!" ucap Chenle penuh penekanan.

"Sungguh menggemaskan. Aku tidak pernah meli-"

"AKU BILANG MENYINGKIR, SIALAN!" teriak Chenle penuh emosi. Matanya berapi-api. Dagunya terangkat naik dengan wajah mendongak lantaran Jisung yan berdiri menjulang dihadapannya.

Ia tidak suka perasaannya dimainkan seperti sekarang dan sebelum-sebelumnya.

Jisung terdiam. "Aku t---"

"KAU PIKIR HANYA KAU YANG MEMILIKI HAK UNTUK MEMBENTAK KU HAH?!"  Tanya Chenle murka. "TIDAK! AKU JU-"

Pergerakan Jisung begitu cepat. Ia bahkan sampai menghentikan kalimatnya karena pergerakan itu hingga ia sudah berada di kukungan Jisung.

"Katakan!" ujar Jisung pelan namun dalam. Mata hitam nan tajamnya, menuntut sebuah luapan emosi yang Chenle tahan sejak kemarin.

"...."

Tidak ada suara apapun dari Chenle yang menunduk. Bibirnya bungkam.

"Luapkan emosi mu disini Chenle-ya."

Meneguk ludahnya, Chenle berujar hal lain. "Bukankah hari ini kau harus bekerja? Jika kau kemari, siapa yang akan mengurus pekerjaanmu?"

Jisung menghembuskan nafasnya keras. Bukannya murka, Chenle malah bertanya hal demikian. "Kenapa kau bertanya demikian alih-alih melanjutkan ucapanmu sebelumnya? Soal kantor kau lupakan saja karena ada orang kepercayaan ku yang mengurusnya."

Pikiran Chenle langsung tertuju pada seseorang. "Taeil Sunbae ...." gumamnya tanpa sadar. 

Kukungan Jisung mengendur. "Bagaimana bisa kau mengetahuinya?" tanya Jisung tak percaya.

Bagaimana cara Chenle menjelaskan bahwa ia tahu karena dirinya lah yang membuat karakter itu. Chenle ingat sempat menulis bagian dimana Jisung memiliki trust issue dan ingin balas dendam kepada seseorang melalui kesuksesannya sehingga memutuskan untuk merahasiakan orang terpercaya-nya. Lagipula, Chenle juga pernah diajar olehnya. Jadi bukan hal yang tidak mungkin Taeil adalah tangan kanannya.

"Aku ... hanya teringat dia karena pernah mengajariku."

Jisung memicing curiga. "Apa kau mulai memata-matai ku?"

A Novelis  Transmigration [CHENJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang