Prolog
Siang itu, pemuda yang bernama Wira sedang menikmati makan siang nya setelah 4 jam pelajaran menguras otak—Matematika dan dengan guru yang sangat menguras tenaga juga. Bagaimana tidak? Belajar matematika yang notabene pelajarannya sudah susah ditambah cara mengajar guru nya yang makin membuat Matematika tambah susah. Sebenarnya, Wira ingin tidur di perpustakaan sehabis makan siang karena istirahat masih tersisa setengah jam lagi.
"Hai Wir!" Sapa seorang gadis dengan suara khas nya.
"Elo lagi," kata Wira malas.
Gadis itu mendengus kesal tapi tidak dihiraukan wajah lelaki pujaan hatinya itu, "Kenapa sih?"
"Hidup gue tuh ga pernah tenang tau nggak!" seru Wira yang langsung meninggalkan Gadis itu ditempat.
"Ih Wira kok Freya ditinggal sih?" ujar gadis itu kesal dan kemudian mengikuti Wira pergi.
Sesampainya di perpustakaan, Wira langsung memposisikan dirinya di pojok rak jurnalis dan merebahkan dirinya dengan kepala beralaskan jaket yang ia kenakan. Freya yang melihatnya langsung mendekati Wira. Tanpa disuruh, Freya langsung tidur di dekat Wira. Sampai akhirnya mereka terlelap bersama.
Wira mengerjapkan matanya untuk memaksimalkan penglihatannya yang minim. Kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar. Mata nya terbelalak kaget karena keadaan perpusatakaan sudah sepi dan langit sudah mulai gelap.
Karena panik, Wira pun berdiri, "Awwww."
Tanpa sengaja, Wira menginjak jari tengah Freya yang masih tertidur disampingnya.
"Lah lo ngapain disini?" tanya Wira kesal.
"Ngikutin kamu tidur lah." Jawab Freya sambil mengerjapkan matanya.
Wira bergegas menuju pintu perpustakaan berada. Dan sesampainya dia bergumam kasar karena kesal pintu sudah dikunci olehpetugas perpustakaan. Wira pun kembali lagi ke tempatnya tidur tadi lalu duduk dan memejamkan matanya. Karena bingung, Freya pun ikut bangun dan duduk di sisi Wira.
"Kenapa Wir kok nggak jadi keluar? Kok udah malem sih?" tanya Freya.
"Liat aja sendiri," jawab Wira kesal.
Penasaran, Freya pun berlari kearah pintu perpustakaan dan kaget karena pintu telah dikunci. Sebesit rasa senang karena bisa bermalam dengan Wira dan rasa takut karena takut ada kejadian aneh-aneh yang berhubungan dengan 'makhluk halus'.
"Udah dikunci Wir, handphone aku ditinggal di kelas. Kamu bawa handphone?"
"Oiya! Tunggu." Jawaban Wira membuat Freya tersenyum karena baru kali ini omongannya didengar Wira. Kan jarang-jarang.
Setelah merogoh semua kantong, Wira pun mengeluarkan nafas berat..
"Sama."
"Yaudah," kata Freya pasrah.
"Kok lo seneng sih dikunciin? Dimana-mana kan panik," kata Wira.
"Asal sama Wira sih enggak." Wira pun mendengus kesal mendengar jawaban Freya.
Hening.
"Ueeeeeek (re: orang muntah)"
"Lo kenapa? Gue ga macem-macem kan tadi Frey?" tanya Wira.
"Wira perhatian banget sih sama Freya?" Freya balik nanya.
"Nyesel gue nanya." Wira mendengus.
"Iya iya maaf, Freya mual. Masuk angin deh kayaknya, duh maaf ya soalnya kan tidur di lantai nya lumayan lama. Terus itu diatas ada AC. Ueeeek" jelas Freya panjang.
"Nyusahin aja sih,"
Selang waktu 5 menit, Freya sudah menggigil sambil memeluk lutunya sendiri. Dan perut nya terasa sangat mual. Merasa aneh, Wira menolehkan kepalanya ke arah Freya dan memperhatikan Freya intens.
"Lo menggigil? Yang lo rasain apa?" tanya Wira yang sudah mendaratkan tangannya di dahi Freya.
"I-iya. Freya uh—Freya kedinginan terus perut nya mual pengen muntah terus juga kepala Freya pusing." Jelas Freya.
"Sini sini."
"Nga..paain?"
"Elah berisik banget sih." Kata Wira yang merentangkan tangannya.
"Huh?" kata Freya kaget.
Yang punya tangan hanya memandang ke arah lain tidak tahu kalau Freya sudah senyum-senyum sendiri. Badan Freya menjadi hangat. Tidak sadar, mereka tertidur sampai pagi.
Keduanya pulang kerumah setelah pintu perpustakaan dibuka, dengan modal mengendap-endap mereka berhasil keluar dari sekolah.
"Kita bolos?" kata Freya manyun.
"Emang lo bawa buku pelajaran?" tanya Wira malas.