Bel masuk sudah berbunyi. Tetapi Freya masih memikirkan seseorang yang ada disampingnya.
Wira, bola mata nya yang berwarna coklat madu mampu membuat ia sanggup menatapnya lama. Rambut hitam pekatnya mampu membuat Freya ingin merapikannya saat berantakan. Hidungnya yang pas, membuat Freya ingin terus mencubit dikala gemas.
Bahunya yang lebar mampu membuat Freya ingin hanya sekedar merebahkan kepalanya yang terlalu lelah. Badan nya yang tegap membuat Freya ingin terus memeluknya untuk menyalurkan rasa rindu dan lelah yang bersamaan datang.
Terakhir, bibirnya yang seksi itu mampu membuat Freya ingin-hey! Otak mu kotor!
"Wira nggak boleh baca komik kalau ada guru, Wira harus hargain." Kata Freya menceramahi Wira. Yang ditegur tidak menoleh, justru lebih mendalami bacaannya.
"Tidak terlihat, selalu." Kata Freya pasrah.
Istirahat sekolah pun, Freya lebih memilih mengikuti Wira ke kantin. Biarkan orang berkata dia Stalkers atau apalah. Tapi kenyataan nya memang seperti itu. Freya rela dimarah-marahi oleh Wira asalkan bisa dekat.
"Wira mau makan apa? Freya pesenin ya?" tanya Freya.
"Bayarin juga deh?" tanya Freya lagi.
"Kaya biasanya ya Frey." Jawab Wira singkat.
Freya sudah biasa menraktir Wira kalau makan siang. Setidaknya, Freya tahu kalau Wira selalu makan siang. Karena biasanya, Wira sangat jarang makan siang. Tidak apa-apa ia kehabisan uang, daripada kehabisan akal untuk mendekati Wira? Itu lebih kejam.
***
Makan malam kesukaan Wira adalah ayam bakar. Wira selalu makan itu setiap malam, karena katanya -menjawab nya setelah dipaksa, ayam bakar itu enak dan manis. Jadi Freya berinisiatif untuk membawakan Wira makan malam. Mama dan Papa Wira sedang bekerja dan biasanya belum pulang kalau jam 8.
"Wira?" panggil Freya dari lantai bawah.
"Wiraaaaaaa?"
"Eh Freya, kamu mau mau ketemu Wira?" tanya Tante Feby.
"Loh tante biasanya pulang malam? Tumben sudah pulang tante?" kata Freya yang langsung mencium tangan Tante Feby.
"Tante kurang enak badan sayang, jadi tante pulang duluan. Wira ada diatas Frey," kata tante Feby.
"Oh iya tan, Freya keatas dulu ya?" pamit Freya.
"Ya sayang," kata Tante Feby sambil senyum.
Freya melangkahkan kakinya keatas dan masuk ke kamar Wira. Dia sudah sering bolak-balik kamar Wira. Kamar yang bernuansa hitam dan putih itu memang menyeramkan, tetapi kalau sudah masuk ke kamarnya berasa nyaman. Sangat nyaman.
"Wira udah tidur ya?" tanya Freya.
Tidak ada sahutan jawaban. Freya mendesah pasrah, usaha nya selalu ditolak secara terang-terangan oleh Wira.
"Padahal Freya bawa ayam bakar kesukaan Wira loh," ucap Freya tetap ceria.
Hening lama, mungkin 10 menit. Freya sudah mendudukkan dirinya disamping ranjang tempat tidur Wira yang tidur membelakangi Freya.
"Walaupun Freya seperti orang gila karena berbicara sama Wira yang udah jelas-jelas tidur, biarin deh. Freya mau curhat sama Wira. Tau nggak kenapa Freya deket-deket Wira terus? Karena kalau Freya lagi sama Wira, Freya merasa tenang entah kenapa. Freya tau, Wira nggak suka sama sikap Freya yang kayak gitu.
"Pertamanya, Freya mau dekat dengan Wira karena Freya emang nggak punya teman. Tetapi anak di sekolah tau kalau Freya tetanggaan sama Wira. Mereka nggak suka sama Freya. Wira nggak tahu kan kalau Freya sering di bully? Mereka sering bully Freya saat pulang sekolah atau kapanpun waktu Freya nggak lagi sama Wira."
Freya bernafas dalam-dalam. Freya mulai sedih mendapat penolakan dari Wira.
"Makanya Freya sering ikut-ikut Wira kemana-mana. Freya nggak kenal siapa-siapa lagi disekolah. Freya mau berteman tapi nggak ada yang mau. Katanya mereka takut sama Freya." Jelas Freya menyudahi.
"Freya mau pulang dulu ya Wir,"
Freya melangkahkan kaki nya keluar dari kamar Wira, tanpa tahu kalau Wira belum tidur. Ya, Wira mendengar semua penuturan Freya.
"Tidak menyangka, gadis polos itu bisa berakting sedemikian bagus. Good job, Freya." Wira bermonolog.
***
Wira sudah siap dengan ransel nya dan motor ninja kesayangannya, seperti biasa Freya akan menumpang Wira untuk sampai di sekolah. Sebenarnya Wira malas sekali, tetapi karena masih dirumah jadi dia terpaksa mengantar Freya sampai sekolah. Tetapi lebih sering mengantar Freya sampai depan kompleks.
Motor sudah berjalan sampai depan kompleks hingga Freya membuka suaranya, "Wira jangan turunin Freya didepan kompleks ya? Kaki Freya sakit kalau harus jalan sampai sekolah. Wira tahu sendiri kan nggak ada kendaraan umum?" Wira memilih tidak menjawab dan melanjutkan perjalanan nya sampai sekolah.
Freya mengikuti Wira ke kantin bermaksud ingin melihat Wira makan siang dengan lahap. Itu satu-satunya momen paling jarang. Karena Wira akan makan tanpa beban dan paksaan walaupun ada Freya. Biasanya kan, setiap ada Freya, Wira terlihat menahan marah.
"Wira, kenyang?" Freya tersenyum cantik, kelewat cantik.
"Wira, Freya seneng deh bisa liatin Wira gini." Freya lagi-lagi berbicara sendiri.
"Wira, jangan terus-terusan galak sama-" Omongan Freya diinterupsi oleh Wira yang sudah bangun dari tempat duduknya. Kemudian ia mengeluarkan kata-kata yang amat pedas, bagi Freya.
"Lo tau nggak kalau lo ganggu hidup gue? Gue terima-terima aja selama ini. Tapi sekarang, gue berubah pikiran. Mulai detik ini lo nggak usah ganggu hidup gue lagi. Jalanin hidup lo sendiri, tanpa melibatkan gue!" seru Wira kencang dan meninggalkan Freya yang masih terpaku ditempat.
Penolakan itu memang hadir, akhirnya hadir dengan sangat sadis.