Epilog

1.4K 74 8
                                    

Malam minggu, Wira main ke kamar Freya lewat balkon kamarnya. Sambil membawa cemilan dan jus, Freya menghampiri Wira yang sudah duduk dengan remot DVD di tangannya. Ya, mereka akan menonton film malam ini.

Ditengah-tengah film, mereka mengobrol mengenai kejadian pembullyan Freya.

"Kenapa lo bisa di bully?" tanya Wira.

"Ah Freya males jelasin, Freya pernah jelasin tapi waktu Wira tidur. Hehe." Jawab Freya sambil nyengir.

"Tau nggak? Waktu itu gue nggak tidur, gue masih bangun. Tapi gue kira lo bohongan, nggak tau nya bener."

"Wira jahat!" kata Freya sambil manyun.

Freya mengerucutkan bibir seperti itu membuat Wira tidak tahan. Fantasi liar nya sudah berpetualang sampai kemana-mana. Sadar Wir, batinnya dia.

"Freya sering dibully, tapi Freya nggak bilang sama Wira. Karena Freya tau, Wira nggak akan pernah peduli. Freya sedih waktu Wira marahin Freya dikantin. Freya ke toilet dan dibully sama Michelle. Freya dikunciin sampai sore. Wira nggak tahu kan?

"Michelle lebih berani karena Wira udah nggak sering sama Freya lagi. Dan klimaksnya itu ya kejadian kemarin-kemarin itu. Freya nangis terus sebelumnya. Freya takut sendiri, tapi Wira malah marahin Freya. Freya sedih." Jelas Freya yang matanya mulai berkaca-kaca.

Wira yang mendengarnya mulai merasa sedih dan merasa bersalah karena sikapnya pada saat itu.

Wira merentangkan tanggan memberi kode kepada Freya untuk memeluk. "Sini, nggak mau?" goda Wira.

Freya tersenyum dan mendekatkan diri kepada Wira, dan berhambur kepelukannya. Freya malah tambah menangis di bahu Wira. Wira mengeratkan pelukannya lagi, "Ssst.. Maafin gue ya Frey." Kata Wira.

Freya melepas pelukannya, "Nggak mau!"

"Yakin nggak mau?" tanya Wira sambil menghapus air mata di pipi Freya.

Freya mengangguk. Imut, pikir Wira.

Wira menarik dagu Freya supaya menghadap kearahnya, "Gue emang bego, gue terlalu bego buat lepasin lo."

Freya makin menangis, "Ssst. Jangan nangis terus dong Freya. Gue bingung harus apa." Kata Wira cemas.

Freya tertawa sambil menangis, "Iya maaf. Oiya, Freya suka sama Wira."

"Eh?" Kata Freya keceplosan. Freya menunduk.

Wira mengangkat dagu Freya, "I love you," lalu Freya merasakan bibir Wira menempel di bibirnya. Hangat.

Wira menyelesaikan ciumannya, dan menatap wajah Freya yang sudah merah seperti udang rebus. Wira tertawa dan memeluk Freya kembali.

Stalker (Edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang