Day 2

110 109 251
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Para burung sudah berkicauan, semilir angin membuat suasana pagi itu semakin dingin dan sang mentari pun masih malu untuk memunculkan dirinya.

Segera ku gerakan tubuh ini untuk bersiap berangkat ke sekolah dan membawa file data poster yang belum tercetak serta lembaran-lembaran skema rangkaian kegiatan tersebut.

Diriku meninggalkan Mayra di ruangan berbau obat sejak kemarin malam. Perasaan gelisah selalu menghantuiku.

Mayra tidak bisa menghadiri acara classmate hari ke dua dikarenakan kondisinya yang masih bisa di bilang lemah. Jadi, aku yang menggantikan tugasnya di sekolah.

Jarak antara rumah ke sekolah hanya mencapai 1,5km dan aku sampai ke sekolah lebih awal dari hari biasanya.

Ku parkiran motorku di parkiran biasa dan menurunkan semua barang bawaan yang ku bawa tadi.

"untung aja poster udah ke print tadi subuh," ucapku sedikit lega.

Ku langkahkan kakiku menuju ruangan kelas untuk menyelesaikan rangkaian bendera untuk di pajang sebagai hiasan lapangan sekolah.

"tumben rajin. Mana Mayra?" tanya Rey.

"paling dah di lapangan, kan bestie nya tuh anak osis," ketus kembarannya, Roy.

"daripada tanyain Mayra, bantuin napa ah," lanjutku berdecak kesal.

Keduanya pun menarik kursi dan menempatkannya di meja ku. Tangan Roy mengambil sebuah helaian bendera segitiga dan memfokuskan pandangannya.

Aku yang melihatnya pun bertanya-tanya apa yang dilakukan Roy sebenarnya.

"ka Roy galau?" tanya Ray sembari menyiapkan tali-temali.

Bergegas Roy menoleh kearah Ray dan mengangkat sebelah alisnya.

"galau? kenapa?" ujar Roy membalikan pertanyaan pada Ray.

"gara-gara crushh nya ga ada di kelas," jawab Ray di iringi dengan tawanya.

"ku tampol kau! Diam aja, aelah." ketus Roy.

Sejenak ku hentikan kegiatan ku dan menoleh kearah mereka berdua yang sedang saling mengejek.

"crushh? punya crushh juga kau Roy?" tanyaku dengan nada sedikit mengejek.

wajah Roy tidak bisa berbohong. Kini, wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus.

"kan ku ambilkan tangga." ucapnya yang bergegas pergi meninggalkan kelas.

Sekarang mataku dengan mata milik Ray saling melirik antara satu sama lain dengan di akhiri gelak tawa kami.

"emang siapa crushh nya?" tanyaku sembari membawa beberapa barang-barang.

"loh, Zar? Gatau?" jawab Ray heran.

Ku hanya menggeleng sembari melangkahkan kaki menuju lapangan upacara di ikuti oleh Ray di belakangku.

"ituloh Mayra, sahabat mu." lanjut Ray.

Langkahku terhenti sejenak setelah mendengar nama Mayra keluar dari mulut Ray. Begitupun dengan langkah milik Ray, ia ikut terhenti ketika melihatku menghentikan kakiku.

"ada yang ketinggal?" tanya Ray.

Sejenak ku menghela nafas lalu melanjutkan langkahku menuju lapangan.

"tak ada. Ayo lanjut," jawabku yang masih memikirkan perkataan Ray tadi.

Perasaan cemburu menghantam pikiranku kala itu. Entah kenapa aku tak mengukai perkataan Ray saat ia mengatakan bahwa Roy menyukai Mayra.

5 DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang