Day 5

55 45 152
                                    

Jangan senang berlebihan, siapa tahu itu hanya sebentar saja.


[ Mayra Pov ]

Grup whatsapp berdering ramai malam itu, terlalu banyak yang mengirimkan pesan di sana membuatku sangat penasaran.

Ku berniat untuk membuka grup kelas yang sudah beratus-ratus pesan di dalamnya untuk mengetahui ada hal apa yang terjadi sebenarnya.

Mataku membaca satu persatu pesan yang di kirimkan oleh mereka. Grup itu membahas sesuatu yang membuat jantung ku berdegup kencang.

Mereka membahas tentang kecelakaan yang menewaskan seorang pengendara motor di daerah yang sangat rawan oleh begal.

Ujarnya, korban sudah di bawa ke rumah sakit terdekat untuk di otopsi. Namun, dari hasil yang di beri tahukan adalah korban kecelakaan itu tidak meninggalkan dikarenakan begal.

Sebenarnya sebelumnya temanku menelpon ku semuanya baik-baik saja. Perasaan cemas itu sudah hilang, tapi setelah aku menerima panggilan itu semuanya hampa.

Roy meneleponku malam itu, entah apa tujuannya intinya hal yang ia lakukan membuatku cemas.

Aku mengangkat panggilan darinya tapi, panggilan itu Roy ubah menjadi panggilan Vidio dan mengarahkan kamera handphone nya kearah korban kecelakaan.

Aku melihatnya dan itu Edzar. Seseorang yang menyatakan perasaannya beberapa jam lalu kini sudah terbaring kaku di atas ranjang rumah sakit.

Wajahnya pucat dengan luka robek di keningnya. Air mata ku tidak mampu menampungnya, hingga tanpa sadar air mataku menetes begitu saja dari pelupuk mataku.

"datang ke bawah, kita di rumah sakit mu." ucap Roy sebelum mematikan panggilannya.

Panggilan itu terputus dan seketika keadaan malam itupun hening. Tak ada satu pun bunyi yang menemani.

Nafasku tercekat setelah melihat korban kecelakaan yang tak lain adalah kekasih ku sendiri.

Pikiranku melayang, aku melepaskan infus di tanganku dan segera berlari keluar dari ruangan putih tempatku di rawat.

Langkahku berlari menuju ruangan tempat Edzar dan yang lainnya berada.

Langkah ku terhenti ketika tubuhku berada tepat di depan ruangannya. Air mataku terus menetes dari mataku, tubuhku memanas, emosi ku tidak setabil dan aku masih berharap ini semua hanyalah mimpi buruk.

Ku melangkahkan kakiku untuk memasuki ruangan berbau anyir darah. Orang-orang yang berada di sana menatapku dengan tatapan sayu.

Mereka membuka ruang untukku agar bisa melihat keadaan Edzar dengan jelas. Kaki ku lemas seperti seakan-akan aku tidak bertenaga sama sekali.

"Zar, itu bukan kamu kan?" tanya ku dengan langkah tertatih.

Tubuhku kini berada tepat di samping jenazah Edzar. Tubuhku lemas, kepalaku pusing dan air mataku tak bisa terbendung lagi.

Aku menangis sejadi-jadinya malam itu. Aku menggerakkan tubuh Edzar dengan harapan ia akan terbangun dari tidurnya.

"kalau gini kau jahat, Zar!" ucapku sambil memeluk tubuh kaku Edzar.

5 DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang