Day 3

69 68 92
                                    

Hari ini adalah tepat hari dimana tiga hari classmate berjalan. Dikarenakan penyakit hepatitis yang di deritanya, Mayra kembali izin untuk hari ini.

Kembali ku datangi ruangan berbau obat ini pagi - pagi buta untuk memberikan sarapan pagi Mayra. Langkahku berjalan melewati kerumunan orang di lorong Rumah Sakit tempatku berada.

Mayra, gadis itu memintaku untuk membawakan sebuah pie apel dengan dua strawberry di atasnya.

Ku raih gagang pintu ruangan tempat Mayra berada menggunakan tangan kanan lalu memasukinya. Terlihat ada Mayra yang sedang berdiri seorang diri menghadap kearah jendela.

Perlahan ku letakkan pie apel di atas laci dan berjalan mengendap-endap menuju ke arah Mayra.

Ku letakan kepalaku tepat di samping kepalanya untuk memecahkan lamunannya.

"liat apa, mbak?" ujarku.

"ehh‽" ucap Mayra terkejut dengan refleks yang memukul keras kepalaku.

Ku meringis kesakitan dikarenakan kepalaku yang terpukul olehnya Barusan.

"yaudah, gada pie aple." ketusku yang masih mengusap bekas pukulannya.

Mayra terdiam sesaat setelah melihatku kesakitan karena tamparannya. Sesegera mungkin ku melihatnya meraih tanganku dan menggenggam nya sangat erat untuk mengucapkan kata maafnya.

"Edzer, maafin Mayra..jangan marah," pintanya dengan sedikit memasang wajah memelas.

Tubuhku memanas di buatnya. Wanita cantik di depanku dengan bola mata birunya masih menggenggam erat tanganku menggunakan kedua tangannya.

"siapa juga yang bisa menolak permintaan maaf dari wanita secantik ini?" tanyaku pada diri sendiri.

Tapi, sebuah ide licik baru saja terlintas di pikiranku. Aku memiliki ide untuk berpura-pura marah dengan Mayra dikarenakan kejadian tadi.

Perlahan tanganku melepaskan genggaman Mayra yang sedari tadi belum terlepas. Langkahku berjalan menjauhinya dan mendudukkan diriku di kursi yang tak jauh dari posisi Mayra berdiri.

"Edzar.." ucapnya sembari menghampiriku.

"kamu marah?" tanya Mayra dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Melihatnya membuatku tak tega untuk melanjutkan ide licik ini. Namun, jika tidak seperti ini rencana ku kedepannya tidak akan berhasil.

Diriku menghela nafas kasar lalu menunjuk pie apel di atas laci yang mulai mendingin.

"kau minta pie apel kan kemarin. Sekarang makan." ketus ku tanpa menjawab pertanyaan Mayra tadi.

Mayra menundukkan kepalanya lalu meninggalkan ku yang masih duduk di kursi kayu. Ia mengambil pie apel yang ku bawa tadi dan mendudukkan dirinya di tepi kasur.

Mayra hanya menatap kosong pie apel tanpa menyentuhnya sedikitpun. Hingga tanpa sadar air mata nya menetes dan membasahi pipi halusnya Mayra.

Ku berdiri dan menatap Mayra dengan tatapan bersalah kearahnya. Badanku membeku saat melihat wanita ini meneteskan air mata nya. Jarang sekali ia meneteskannya tapi, kali ini Mayra  benar - benar menangis di hadapan pie apel nya.

Bergegas ku berlari kecil kearahnya untuk merebut pie apel di tangan Mayra dan meletakan kembali ke atas laci brangkas.

Tanganku sigap mendekap erat tubuh Mayra disertai mengusap rambut panjangnya.

"maaf, Edzar ga bermaksud buat Mayra nangis.." ucapku sembari menenangkan nya.

"Mayra ada salah apa, bilang aja." balasnya yang mulai kesulitan untuk berbicara.

5 DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang