Tepat hari ini adalah hari terakhir diadakannya acara classmate di sekolah. Tenaga ku pun sudah banyak terkuras untuk membantu kelancaran acara.
Beberapa dari pihak osis pun ada yang jatuh sakit dikarenakan kelelahan yang berlebih. Tapi, aku akan bertahan sampai acara ini benar-benar selesai.
Sampai hari ini pun keadaan Mayra belum juga pulih dari penyakitnya. Sampai-sampai ia harus melepaskan tanggung jawab mengurus perlombaan dan memberikan tanggung jawabnya ke dalam diriku.
Ga mudah untuk mengurus prokja osis kali ini. Karena, jika satu saja ada kesalahan maka acara-acara selanjutnya juga akan ikut dalam kesalahan tersebut.
Sebenarnya ingin menyerah saja untuk kali ini. Tapi, jika aku menyerah sekarang maka mereka akan kekurangan orang untuk membantu jalannya acara.
Pagi [ 9.25 ]
Mataku terpaku pada seorang wanita cantik yang sedang mengikuti perlombaan estafet di sana. Ia memiliki rambut coklat panjang persis seperti Mayra. Wanita itu benar-benar sama seperti nya, hanya saja di hadapanku kali ini ia lebih tinggi.
Lamunanku dipecahkan oleh kedua pasang insan yang akhlaknya minus di bawahku, mereka adalah Roy dan Ray.
"beh! Cam cantik pula tu cewe kau tengok, Zar." celetuk Roy tiba-tiba.
Ray tertawa geli karena melihat Roy memergoki diriku saat melihat wanita tadi.
"Edzar keciduk. Cepuin Mayra ah," ejek Ray menyambung perkataan Roy tadi.
Aku tidak bisa mengkondisikan wajahku saat ini, ku benar-benar malu dibuatnya.
"orang lagi liatin lombanya." ucapku yang berusaha untuk mengalihkan pandangan mereka.
"liatin lombanya atau pemainnya nih," lanjut Roy yang tiada hentinya mengejek ku.
Sebenarnya batinku ingin sekali memotong mulutnya agar terdiam sesaat. Tapi, ku urungkan niatku dikarenakan terbayang jika ia benar-benar hidup tanpa mulut pasti akan lebih menyeramkan
"Zar, nanti pulang sekolah nongkrong di tempat biasa gimana?" ujar Ray sembari mendudukan dirinya di pembatas taman.
Ku tolehkan kepalaku sebelum emosiku memuncak kembali dikarenakan celotehan Roy.
"sabi. Roy traktir kan?" balasku disertai tawaan kecil.
"aku pula kena!" sentak Roy tak terima.
"Ka Roy kan baik," lanjut Ray yang berusaha membujuk kembarannya sendiri.
"Yaudah, iya." balas Roy yang sedikit tertekan dengan bujuk rayu adiknya.
Entah berapa kali Ray berhasil membujuk kembarannya sendiri untuk melakukan hal yang ia mau. Walau diawali dengan perdebatan kecil tapi, pada akhirnya Roy tetap mau mengikuti kemauan adiknya.
Sejenak terlintas dipikiran ku mengenai keadaan Mayra yang belum juga membaik. Dibalik keinginan ku untuk berkumpul bersama teman-teman sekolah ada satu sisi yang membuatku ingin menggagalkannya.
Mayra belum pulih dan aku harus menjaganya agar bisa secepatnya keluar dari ruangan berbau obat yang dikelilingi oleh tembok putih.
"eh sorry, kayaknya aku ga jadi ikut." ucapku.
Keduanya menoleh secara bersamaan. Mereka memandangi ku seakan tak terima dengan keputusan ku barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 DAY
HumorSepasang sahabat yang memilih menyimpan rasa antara satu sama lain. Tapi, tak ada satupun yang berani mengungkapkan nya dikarenakan bisa merusak arti persahabatan itu sendiri. Namun, di hari yang seharusnya menjadi hari dimana Edzar mengungkapkanny...