appease

310 263 21
                                    

---

Bel sekolah yang sedari tadi ditunggu para murid akhirnya terdengar berdering sangat kencang, ditambah dengan suara sorakan beberapa siswa yang terlalu riang dengan waktu istirahat pertama ini. Para guru hanya bisa menghela nafasnya saat melihat kelakuan muridnya yang hanya mengharapkan waktu istirahat ketimbang pelajaran.

Seketika ruangan yang tadinya sepi dan hanya tercium bau makanan kini penuh tanpa sisa bangku yang bisa Mala duduki. Gadis itu hanya berdiri di pintu utama kantin dengan pandangan yang sedih saat tubuhnya berkali-kali bertubrukan dengan siswa lain. Ditambah lagi beberapa makanan yang sudah ia incar sedari tadi kini sudah lenyap, habis dibeli.

"Udah penuh, ya?" Tiba-tiba ada seseorang yang mendesah kecewa di sebelahnya, Mala menoleh dan mendapati Bumi dengan ketiga temannya tengah menatap lesu ke arah kantin yang penuh.

Mala menunduk enggan melihat teman-teman Bumi yang menurutnya sangat menyeramkan. Bahkan beberapa kali saat menatap Bumi, Mala merasa jika tatapan lelaki itu terlalu mengintimidasi, sempat takut juga. Namun, saat melihat senyuman manis yang bisa terlihat menggemaskan, Mala tidak takut dengan Bumi lagi.

"Ke Bi Lastri aja nggak sih?" ujar seseorang dengan suara beratnya. Mala kenal dengan lelaki itu, yang bernama Abiel Sagara, sosok yang selalu berada di peringkat dua paralel, selalu di bawah Bumi.

"Ayo gass!" Lalu yang bersemangat itu namanya Hegan, lelaki yang sangat terkenal karena ketampanannya.

Dan yang terakhir, yang menyeret lengan Bumi, namanya Lean, lelaki yang selalu menempel pada Bumi dan mengikuti semua kemauannya. Mala sempat berpikiran negatif tentang Lean dan Bumi yang terlihat seperti sepasang kekasih terlarang, namun Lean kini sudah mempunyai pacar, dan pacarnya itu adalah perempuan. Mala langsung menepis semua pikiran buruknya terhadap kedua orang tersebut.

"Ayo ikut!" Bumi yang tangannya ditarik oleh Lean rupanya sudah menggandeng jari Mala.

Ketiganya diam tanpa protes saat Mala ikut. Bumi menggandeng jari jemari Mala erat, seakan tidak ingin gadis itu kabur dari genggamannya. Sedangkan Mala hanya diam saat ditarik begitu saja, mengikuti kemana empat lelaki yang berjalan menuju gerbang belakang sekolah.

Ada dua perempuan lain yang ternyata sudah duduk sembari melambaikan tangan kepada mereka, di tempat yang berada di luar sekolah dan berdempetan dengan dinding sekolah terluar. Mala tidak tahu pasti tempat itu adalah warung atau hanya penjual kaki lima yang mendirikan tenda.

Tidak ramai, hanya ada beberapa pelanggan yang duduk di bangku sejajar dengan makanan dan minuman dingin di hadapannya. Mala ikut duduk di sebelah Bumi yang sedikit menjauh dari teman-temannya, padahal mereka semua berkumpul bersama dengan dua perempuan yang tadi melambaikan tangannya.

"Kenapa duduk di sini?" tanya Mala setelah menoleh dan melihat teman-teman Bumi sudah sibuk dengan makanan yang mungkin telah dipesan sejak tadi oleh teman perempuan lainnya.

"Mereka berisik," Bumi mengaduk sepiring bakso yang barusan diantar oleh seorang wanita dengan celemek berwarna pink. Mala ikut mengambil sendok dan beberapa bumbu tambahan yang sudah disediakan di hadapannya.

"Emang kamu nggak ikut berisik kalau sama mereka?" Mala mulai mengikuti gerakan Bumi yang menyuap mie dalam kuah yang masih mengepul.

Sambil mengunyah, Bumi tampak berpikir kecil dengan tangan yang menyentuh bahu dan mata yang seakan melihat ke atas, "Nggak deh kayaknya, aku malah kelihatan kayak orang bodoh yang diam terus di tengah-tengah mereka."

"Bohong!" Mala terkekeh dengan penuturan Bumi yang tidak masuk akal, "kamu yang paling pintar."

Bumi terlihat tersenyum melihat senyum manis milik gadis cantik di depannya, senyuman yang mampu membuat dia terbungkam sejenak dan menatapnya lama. Sekitar beberapa detik kemudian baru dia bisa kembali melanjutkan melahap semangkuk mie kuah dengan sedikit menunduk untuk menutupi wajahnya yang mungkin sudah memerah.

SempiternalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang