———
Banyak yang berkata kalau warna hitam itu memiliki makna suram, gelap, dan duka. Warna ini juga sering dikaitkan dengan tidak kebahagiaan, duka yang mendalam serta ketakutan. Padahal sebagian banyak orang sangat menyukai warna gelap tersebut. Termasuk seorang lelaki yang kini sedang berdiri di depan lemari besar miliknya, menatap baju-bajunya yang hampir semuanya berwarna hitam.
Bumi memandangi pemandangan gelap di hadapannya, hanya terlihat seperti bayangan, karena semua warna baju yang ia miliki berwarna hitam, paling yang berwarna hanyalah seragam sekolahnya dan kardigan pemberian Lean yang berwarna abu-abu. Tangannya mengambil salah satu hoodie dengan simbol di dada kanannya, memakainya untuk menutupi seragamnya yang berwarna biru.
Suasana hati lelaki itu ternyata sedang tidak baik, melihat dirinya langsung memakai tudung hoodie untuk menutupi bagian kepalanya dan melengos begitu saja melewati meja makan, mengabaikan seseorang yang sedang merapikan meja tersebut.
Dia keluar rumah tanpa pamit seperti biasanya, langsung menghidupkan mesin motornya untuk segera menuju sekolah. Tatapannya juga tidak menghangat setelah berkumpul dengan teman-temannya yang lain, Bumi masih bungkam dan memilih diam.
"Hei bro, kenapa?" bisik Abiel kepada Lean, yang ditanya mengedikkan bahu tanda tidak mengerti.
Mereka semua sedang duduk di salah satu meja kantin, kebiasaan setiap jam istirahat pertama yang digunakan untuk jam sarapan bagi mereka. Duduk disalah satu bangku dengan berbagai macam makanan di depan, membuat empat lelaki itu diam menikmati hidaangan yang sudah mereka beli.
Bumi diam tak berkutik saat ponselnya bergetar hebat dan terpaksa Lean menyenggol lengan sahabatnya. "Ada telfon tuh!"
Yang disenggol pun akhirnya tersadar dan mengambil ponselnya lalu segera mengangkat panggilan yang masuk dari ayahnya.
"Nanti tetap latihan seperti biasa, tidak ijin-ijin lagi."
"Pa, hari ini Bumi mesti ke makam."
"Tidak ada, besok lagi bisa,"
"Latihan besok lagi juga bisa." Setelah mengatakan hal tersebut, Bumi langsung memutuskan sambungan telepon dan kembali duduk di bangku tadi.
Teman-temannya semakin bingung kala Bumi menghempaskan begitu saja ponsel miliknya pada meja kantin.
"Lo kenapa dah?" cetus Lean yang sudah terlampau bingung dan muak dengan diamnya Bumi.
Bumi menggeleng pelan dan menundukkan kepalanya, "Hari ini peringatan kematian..."
Perkataan lelaki itu terjeda saat suara bel berbunyi, waktu istirahat mereka sudah selesai, kini saatnya mereka beranjak dan menuju kelas masing-masing untuk kembali mengikuti pelajaran selanjutnya. Lean, Abiel maupun Hegan tak mempermasalahkan kata-kata Bumi yang terpotong, mereka memahami kemana arah pmbicaraan temannya, dan mungkin lebih baik bel tersebut tepat sekali berbunyi.
Ketiga temannya sudah lebih dulu berjalan, sementara Bumi melambatkan langkahnya, ia memasuki sebuah ruangan dengan hiasan putih dan hijau, melihat empat bankar yang kosong. Lelaki itu merebahkan tubuhnya pada salah satu bankar yang paling pojok, menutup tirai yang memisahkan antar bankar satu sama lain.
Matanya terpejam sejenak, terlalu banyak hal yang berputar di kepala, tak banyak juga yang membuatnya merasa terbebani. Kejadian barusan contohnya, atau pemandangan tidak mengenakkan tadi pagi.
Tanpa sadar air matanya menetes melewati ekor matanya, memberikan noda air pada bantal dengan sarung berwarna putih tersebut. Tidak terdengar isakan walaupun matanya terus mengeluarkan cairan bening penuh luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sempiternal
De Todo"Pertemuan kita bukan suatu hal yang harus disesali," "Walaupun berbeda?" Dua insan yang berbeda dipertemukan oleh semesta, membuatnya saling mencintai dan berakhir tidak bahagia. semua foto dari beberapa sumber dan bukan hak milik saya © faye - 2022