“Senyummu seperti Matahari. Sama-sama memiliki 'cahaya' yang terang dan mampu menerangi hari-hariku yang sunyi.”—𝚂.𝙼𝚊𝚗𝚓𝚒𝚛𝚘𝚞
***
"Kenapa kau jahat sekali sih?!" kesal Sano Emma. Adik perempuan Sano Manjirou.
"Jahat kenapa, hah? Aku hanya meminta sosisku. Kau kan tadi sudah! Sekarang, sosis itu jatahku." balas Manjirou. Lantas, terjadilah ribut antara kedua bocah itu. Sampai, akhirnya... Abang tertua mereka, Sano Shinichiro pun melerai.
"Oi sudah hentikan! Kalian cuman gara-gara sosis saja kok ribut. Manjirou, kasih sosis itu ke Emma." Manjirou dengan raut wajah malas, dan bercampur rasa kesal langsung mengasih sosis itu kearah Emma, tentu dengan cara melemparkan sosis itu dengan kasar. Untung Emma menangkapnya dengan gesit. Coba kalau tidak...Mungkin, sosis itu sudah jadi benyek.
"Terus, saja terus! Aku yang harus selalu mengalah." gumam Manjirou kesal. Shinichiro pun terkekeh gemas melihat Manjirou.
"Sudahlah Manjirou. Jangan kesal. Ayo, kita ke warung, dan membeli sosis yang banyak." mendengar hal itu, mata hitam pekat Manjirou berbinar-binar.
"Serius?!"
"Hahah, serius. Ayo!" Manjirou pun tersenyum girang, tapi, sebelum dia pergi ke warung. Ia menjulurkan lidahnya kearah Emma, bermaksud untuk mengejek. Namun, Emma tidak peduli. Gadis kecil itu lebih memilih untuk menonton TV.
"Izana! Jaga rumah, jaga Emma. Aku mau ke warung dulu sama Manjirou."
***
"Hilih najis. Kalau tau begini, mending tadi ku tolak saja ajakannya." gumam Manjirou sangat-sangat kesal. Sepertinya, hari ini kesabarannya sedang di uji. Dia sangat geram dengan kakaknya.
Oh ayolah, tadi, kakaknya berlagak sepertinya Malaikat. Namun, sekarang? Seperti kakak yang tidak mempunyai ahlak.
"Ah, ma-masa sih? Padahal, aku tidak cantik-cantik amat Shinichiro-san." Shinichiro sedang menggoda perempuan di pasar. Yap! Mereka tidak jadi kewarung, Shinichiro membohongi Manjirou. Ia mengajak Manjirou bukan untuk kewarung, malahkan kepasar. Untuk membeli bahan-bahan masakkan. Dan Manjirou disuruh untuk memegang semua hasil belanjaan. Sialan, jadii... Seorang Sano Manjirou ditipu? Hilih.
"Cepett dong! Tadi katanya cuman mau beli tempe! Kok malah godain tante-tante?!" geram Manjirou. Yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Shinichiro.
Tante-tante itu hanya tersenyum tipis. Agak malu sih, cuman bodoamat. Kapan lagi digodain seorang Sano Shinichiro? Walaupun adiknya kaya setan, nyeremin!
"Berisik, Manjirou. Kau pergi ke taman dulu sana! Nanti aku menyusul." usir Shinichiro, merasa terganggu. Manjirou hanya memutar bola matanya malas, dia jengah.
Ah iya! Taman itu dekat dengan pasar. Saat sore, atau bahkan siang hari... Manjirou selalu pergi ke taman. Karna, taman itu sepi. Aneh ya? Padahal taman itu berlokasi dekat pasar, tapi selalu sepi. Yang rame hanya pasar saja.
Manjirou pun melangkah pergi meninggalkan sang kakak. Ia harus menahan beban dikedua tangannya, karna menenteng belanjaan yang terbilang cukup banyak. Shinichiro kayanya mau pesta-pesta deh, makanya beli bahan-bahan masakan begituuuuu banyak! Sampai Manjirou kesusahan menenteng hasil belanjaan itu.
"Awasss kauuu bangg!" geram Manjirou.
***
"Buahahahah!! Manjirou?! Kau ngapain oy? Jadi perempuan kah?" gelak tawa Keisuke Baji memasuki gendang telinga Manjirou. Sialan, dia diejek laki-laki berambut mie.
"Berisik, rambut mie! Tadi aku disuruh abangku untuk menunggu disini." kesal Manjirou. Dan Baji hanya mengangguk. Mereka berdua pun duduk dibangku yang sudah disediakan oleh taman.
"Kalau kau? Kau ngapa—"
"Bajii-san!"
"Ahh [Name]! Kau sudah datang." sapa Baji balik. Lantas, ia menoleh kearah Manjirou yang tampak kebingungan.
"Hihihi, dia Kakare [Name]. Tetangga baruku, sekaligus teman perempuan baruku." Manjirou mengangguk paham. Matanya tak bisa lepas dari [Name]. Gadis perempuan berkuncir kepang itu membuat Manjirou melayang.
"Kau sudah lama menungguku, Baji-san?" tanya [Name]. Saat sudah berada di hadapan kedua bocah laki-laki itu.
"Belum, terlalu lama. Ah iya! [Name], kenalkan ia Sano Manjirou. Dan, Manjirou kenalkan ia Kakare [Name]." [Name] tersenyum begitu manis, membuat Manjirou jadi salting, eh?
"Halooo, aku Kakare [Name]. Senang berkenalan denganmu, kak Manji." Manjirou mengangguk. Lantas ia pun juga berdiri.
"Kalau aku, Sano Manjirou. Senang juga berkenalan denganmu, [Name]-chan."
Dan mereka bertiga pun terkekeh. Lantas, duduk kembali, dengan [Name] yang berada di tengah-tengah bangku. Mereka bertiga saling mengobrol, dan saling melempar candaan.
Sampai...
"[Name]." panggil Manjirou. [Name] menoleh, menatap mata hitamnya Manjirou.
"Ya?"
"Margamu aneh dan jelek." ejeknya. "Bagaimana jika marga mu diganti saja? Jadii, marga Sano. Sano [Name], kamu cantik, tapi, aku belum menyukaimu. Gak tau kalau ntar malam."
"Idih najis."
"Haahahha."
"MANJIROU!!! AYO PULANG!!!"
***
“[Name]. Kenapa Bintang dan Bulan itu saling berdekatan terus?”
“Hmm.. Mungkin karna mereka ditakdirkan untuk terus berdekatan.”
“Kalau begitu! Ayo! Aku akan berubah menjadi Bulan, dan kau akan berubah menjadi Bintang, [Name]. Agar kau dan aku terus berdekatan di gelapnya malam dan indahnya malam!”Ⓝⓞⓣⓔ
—Haii, apakabar? Semoga sehat dan keadaan hatinya baik-baik aja yaaa, hihihi.
(-^〇^-)—Btw, mohon maaf kalau gombalan Manjirou agak cringe. Karna.. Namanya juga bocil, wkwkwk. Aku juga ngambil gombalan ini tuh, dari bocah-bocah tetangga yang sering main kalo tiap sore. Mereka kadang suka gombalin cewek lewat, cewek seusia mereka ya! Dan, emang gombalannya gitu gess. Cringe. Wakakaka
—Tapi, aku bkl usahain ke part berikutnya supaya gombalan Manjirou kgk begituu cringe. Okokk. Yaudin, itu aja. Lope youu, gess (♡´▽'♡)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐈𝐑𝐒𝐓 𝐋𝐎𝐕𝐄: S.Manjirou × Reader
Fanfic"[Name], kamu lucu! Mau gak jadi pacarku?" *** "OI MANJIROU!! JANGAN KAU APA-APAKAN ADIKKU! IA MASIH KECIL!" "Berisik, Kuro. Kau tidak mau besanan dengan ku?" "Dasar sinting. Gak abangnya, gak adeknya. Sama aja. Sama-sama bobrok." *** Ini kisah Manj...