Empat Belas!

51 7 0
                                    

Happy reading<3

***

Di jam istirahat, terlihat di meja kantin bagian pojok dekat pintu, teman-teman Dafik sedang berkumpul di sana.

Ada Bima, Ela, dan Arza. Hubungan pertemanan mereka mulai membaik. Akhirnya Dafik bisa berkumpul dengan teman-temannya lagi.

"Ngomong-ngomong, si Bara dihukum apaan?" tanya Ela yang sedang memakan mie gorengnya.

"Dihukum bersihin aula selama seminggu," sahut Bima setelah meneguk minuman sodanya. "Biar tau rasa dia," tambahnya dengan nada kesal. Direspon oleh Ela dengan kekehan kecil dan gelengan kepala.

"Darimana kalian tau kalo pelakunya Bara?" tanya Dafik.

"Tuh, si Bima yang labrak Bara." Arza yang menjawab, seraya menunjuk Bima dengan dagunya.

"Gimana ceritanya?" tanya Dafik lagi, karena belum puas dengan jawaban Arza.

"Udahlah gak usah dibahas. Bikin orang emosi aja," balas Bima kembali meneguk minuman soda di kalengnya yang tersisa sedikit.

Dafik menoleh pada Arza dengan raut bingung, dan dibalas lelaki itu dengan mengedikkan bahunya.

"Oh ya, ngomong-ngomong nanti katanya bakal ada pencalonan osis baru loh. Siapa pun boleh daftar." Ela mengganti topik pembicaraan yang lain. Mengenai informasi yang sedang hangat di sekolah. Bahkan semuanya sedang membicarakan.

"Gimana kalo kamu ikut daftar, Fik?" Ucapan Ela membuat Dafik tersedak oleh minumannya.

Dafik menunjuk dirinya sendiri. "Saya?"

Ela mengangguk pasti. "Iya." Lalu menoleh pada lelaki lainnya.

"Kalian setuju, kan kalo Dafik ikut mencalonkan diri?" tanya Ela meminta pendapat pada Bima dan Arza.

"Gue sih setuju-setuju aja," balas Bima. "Asalkan ya, Fik, kalo misalnya nanti lo kepilih jadi ketua osis, jangan kayak kak Kayla deh."

"Emangnya kenapa?" tanya Dafik tidak mengerti. Sebegitu tidak sukanya 'kah Bima pada Kayla?

"Soalnya-"

"Eh sttt, ada kak Kayla tuh," potong Arza menghentikan ucapan Bima. Kan bisa gawat kalau Kayla tau dirinya sedang digibahi oleh adik kelasnya.

Dafik menoleh. Begitupun yang lainnya. Benar saja, ada Kayla yang baru saja memasuki pintu kantin. Gadis itu sendirian. Tumben sekali.

Kayla berhenti sejenak, mungkin sedang mencari tempat untuk ia duduk. Kayla juga sempat menatap ke arah meja Dafik dan teman-temannya. Setelah itu melanjutkan kembali langkahnya.

"Tumben kak Kayla sendiri," ujar Ela yang menyadari. "Biasanya kan berdua sama temennya."

Bima mengerti maksud dari Ela 'berdua sama temennya'. Mungkin saja yang dimaksud adalah Suci. Iya juga ya. Biasanya Kayla selalu bersama kakaknya.

"Emm ... hai."

Sibuk memikirkan ucapan Ela, tiba-tiba terdengar seseorang menyapa. Mereka semua langsung menoleh bersamaan ke arah asal suara. Lantas mengerutkan keningnya saat melihat murid dari kelas lain menghampiri meja mereka.

Oh, bukan! Lebih tepatnya menghampiri ... Dafik?

"Dafik ya? Gue ada sesuatu buat lo." Sasa-gadis yang menghampiri Dafik itu-menyodorkan sesuatu.

"Dibukanya di rumah aja ya," katanya sebelum pergi dari sana meninggalkan raut bingung di wajah Dafik dan yang lainnya.

Hening beberapa detik sebelum akhirnya Bima menyeletuk keras.

"Cieee, Dafik punya penggemar," katanya dengan heboh.

"Widih keren lo, Fik. Baru beberapa hari sekolah di sini aja udah dapat penggemar," timpal Arza sama hebohnya.

Melihat respon Bima dan Arza membuat Dafik bingung ingin berekspresi seperti apa. Dafik menatap pemberian dari Sasa dengan raut bingung. Padahal ia belum bicara apa pun, tapi gadis itu malah langsung pergi.

Berbeda dengan Bima dan Arza, Ela malah memasang wajah tidak suka.

"Eh, apaan si lo berdua. Berisik tau gak? Norak banget lo pada," tukasnya.

Bima dan Arza yang tadinya sedang menggoda-goda Dafik lantas berhenti. Menatap Ela dengan raut menyebalkan.

"Ciee-cieee apaan nih? Cemburu ceritanya?" goda Bima sambil mendekatkan wajahnya.

Mendengar ucapan Bima, membuat Ela membelalakan matanya. Refleks mencubit lengan lelaki itu.

"Aws!" keluh Bima.

"Apaan sih, gue gak cemburu. Tapi, suara kalian berdua ganggu yang lain tau gak? Liat tuh!"

Benar saja. Saat ini meja mereka menjadi pusat perhatian murid-murid yang ada di kantin karena suara keras Bima dan Arza.

Di saat semua mata mengarah pada mereka semua, Dafik tak sengaja bertatapan dengan Kayla yang duduk tak jauh dari tempatnya. Tatapan datar yang Dafik sendiri tidak tau maksud dari tatapan itu apa.

"Tapi, ngomong-ngomong ya, Fik." Suara Ela membuat Dafik mengalihkan pandangannya dari Kayla dan menatap gadis itu.

"Cewek yang ngasih lo itu." Menunjuk yang dipegang Dafik. "Adiknya Bara," lanjutnya memberitahu.

📌📌📌

Dafik mencuci tangannya setelah membuang air kecil. Sehabis dari kantin tadi, ia pergi ke kamar mandi dan berpisah dengan teman-temannya yang langsung pergi ke kelas.

Setelah mengeringkan tangannya, Dafik bergegas untuk pergi dari sana. Baru saja di ambang pintu, seseorang tak sengaja menabrak bahunya yang kebetulan ingin masuk juga.

Dafik melihat orang itu. Dafik mengenalnya. Dia Bara. Lelaki itu juga menatapnya dengan tatapan tajam dan sinis. Seolah memiliki dendam pribadi. Namun, hanya sebatas menatapnya tanpa melakukan apa pun.

Sesaat kemudian, Bara memutuskan kontak mata dengan Dafik dan masuk ke dalam dengan sengaja mendorong bahu Dafik.

Dafik mengamati punggung Bara. Tak memperdulikan, Dafik berbalik dan bergegas pergi ke kelasnya.

Saat di perjalanan, ada sesuatu yang menarik perhatian Dafik. Ia berhenti tepat di depan mading sekolah. Ada selembar kertas yang tertempel di sana berisi informasi mengenai pencalonan osis baru.

Dafik membacanya dari atas. Namun, saat membaca tulisan di bagian tengah, ia langsung mengerut kening dalam.

Di sana tertulis:

Bagi siapa pun boleh mendaftar, kecuali bagi murid yang namanya sudah masuk blacklist lebih dari tiga kali!

📌📌📌

Ketua Osis & Adik KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang