Apa jadinya kalau kalian menaruh perasaan pada sang adik kelas?
Cahaya Kaylani. Ketua OSIS di SMA Tunas Sakti yang sebentar lagi akan lengser jabatannya. Kayla tipe orang yang super perfeksionis. Semuanya harus serba rapih. Maka dari itu dia selalu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kay, gue pulang duluan."
"Iya hati-hati." Kayla membalas ucapan Suci tanpa menoleh ke arahnya. Karena fokus pada laptop di depannya. Setelahnya, Suci langsung keluar dari ruang osis.
"Masih belum selesai, Kay?" tanya Ihan berjalan menghampiri Kayla dan berdiri di belakangnya. Melihat apa yang sedang dikerjakan oleh gadis itu. Sementara Kayla membalas dengan deheman.
"Jangan terlalu dipaksain, Kay kalo lo capek. Lo bisa lanjut besok," ujar Ihan menasihati saat melihat wajah Kayla yang kelihatan lelah.
"Ini harus selesai sekarang, Han. LDKS sebentar lagi. Gak ada waktu lagi," balas Kayla tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Ihan menghela napasnya mendengar jawaban Kayla. Memang. Gadis itu benar-benar keras kepala.
"Yaudah, kalo gitu gue balik duluan. Kalo ada apa-apa, lo telepon gue."
"Iyaa. Yaudah, hati-hati."
Setelahnya, Ihan langsung beranjak dari sana dan keluar dari ruang osis dan pergi menyusul Suci.
Kayla melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Lalu bergantian pada pintu ruangan yang tertutup rapat.
"Dia gak butuh hpnya apa?"
📌📌📌
Setelah menunggu lebih dari 30 menit, dan orang yang ditunggu Kayla tidak datang juga, ia akhirnya memutuskan untuk pulang saja. Kayla mengunci pintu ruang osis dengan raut wajah kesal. Kesal gara-gara adik kelasnya itu yang tak kunjung datang.
Namun, Kayla juga tak bisa sepenuhnya menyalahkan lelaki itu. Salahnya juga yang tidak memberitahunya untuk bertemu dimana dan jam berapa. Dan Kayla juga baru ingat kalau lelaki itu murid baru di SMA Tunas Sakti.
Kayla hanya bisa menghela napasnya. Dia benar-benar pulang terlambat. Namun, itu bukan masalah untuknya. Dia memang sudah terbiasa pulang terlambat.
Kayla berbalik setelah memasukkan kunci ke saku seragamnya, tetapi pergerakannya tiba-tiba terhenti kala di depannya sudah berdiri seorang lelaki. Dan orang itu yang ditunggu-tunggunya sejak tadi.
"Hp saya, Kak?" Dafik langsung menengadahkan tangannya bermaksud meminta ponselnya kembali. Raut wajahnya merasa tak bersalah sama sekali.
Kayla terdiam sebentar. Mengamati lelaki itu dengan tatapan yang sulit ditebak. Sedetik kemudian, mengalihkan pandangannya menatap jam tangannya.
"Udah saya kunci pintunya," ujar Kayla ringan sembari menoleh ke belakang dan menunjuknya dengan jempol.
"Tapi, kan bisa dibuka lagi, Kak. Saya liat tadi Kakak yang kunci pintunya dan kuncinya ada di Kak Kayla."
"Tapi, saya malas untuk buka pintunya lagi," balas Kayla dengan enteng.
Dafik mengerut bingung. "Terus hp saya gimana, Kak?"