Lima!

66 13 3
                                        

"Semuanya langsung turun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semuanya langsung turun. Biar tertib!" intruksi Kayla setelah bus sampai di tujuan. "Langsung buat barisan," katanya lagi.

Semuanya mengangguk paham. Mereka bersiap untuk turun. Sedangkan panitia terus memantau mereka. Hingga orang-orang yang ada di bus dua dan tiga pun sudah berkumpul di bawah sana.

Mereka semua dikumpulkan terlebih dahulu untuk dibentuk kelompok, dan panitia sudah mempersiapkannya. Semuanya terdiri dari lima kelompok, dan masing-masingnya terdapat 6-7 orang.

"Kelompok sudah dibagikan. Sekarang, silakan masuk ke dalam asrama masing-masing yang nantinya akan dituntun oleh masing-masing koordinator kelompok kalian," perintah Kayla. "Paham?"

"Paham, Kak." Semuanya menjawab dengan kompak.

📌📌📌

Kayla tidak pernah kelihatan semarah ini. Karena ulah salah satu peserta, kegiatan selanjutnya terpaksa harus ditunda. Semuanya dikumpulkan di aula dengan suasana tegang. Di depan sana, Kayla terlihat sedang marah. Bahkan siapa pun tidak berani menatap matanya.

"Jawab yang jujur! Siapa yang berani bawa ini?!" tanya Kayla dengan nada tegas seraya mengangkat tinggi sebuah bungkus rokok.

Semua peserta tercengang melihatnya. Saling menoleh ke kanan kiri, bertanya-tanya siapa yang sudah berani membawa benda itu.

Tadi, saat semua peserta sudah turun dari bus, salah satu panitia menemukan benda itu ada di dalam bus satu. Ia pun langsung memberitahu hal itu pada Kayla.

"JAWAB!" bentak Kayla. Semuanya tersentak. Menunduk tak berani menatap Ketua OSIS itu.

"Ayok, jujur aja!" timpal Ihan dengan nada yang lebih ringan.

Kayla berjalan ke barisan Bima dan teman-temannya. "Barang ini ditemuin di bis satu, di bangku tengah dekat ukulele." Bima yang tadinya menunduk langsung mendongak dengan raut takut. Lelaki itu memang meninggalkan ukulelenya di sana.

"Jadi, pertanyaannya, ukulele itu punya siapa?" Kayla bertanya dengan santai namun menusuk.

Dafik yang berdiri di samping Bima menatap temannya itu yang kelihatan gemetar. Dafik tau kalau ukulele itu milik Bima. Tapi, apa Bima mau mengaku?

"Gak ada yang mau jawab juga?" desak Kayla. Semuanya mengalihkan atensi mereka pada Bima.

"Punya saya." Seseorang menjawab sambil mengangkat tangannya. Tidak. Yang menjawab bukan Bima. Melainkan Dafik.

Kayla langsung mengalihkan pandangannya ke samping dan sedikit mendongak. Bergeser satu langkah ke samping.

"Tapi, rokok itu bukan punya saya," tambahnya dengan jujur. Kayla menatap Dafik lama dengan tatapan datar.

Tak lama kemudian, Kayla kembali ke tempatnya petama tadi. "Oke kalo gak ada yang mau ngaku. Saya anggap, salah satu salah semua. Sebagai hukumannya, malam ini tidak ada makan malam."

Ketua Osis & Adik KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang