Permen jahe ( Sweetener 02)

33 9 0
                                    


Genre: Teen fiction

Aku merapihkan pakaian ku yang basah kehujanan. Sayang sekali aku melupakan payung dan meninggalkannya. Hari ini aku pulang sore, begitu banyak kegiatan yang harus dihadiri. Masa SMA adalah wadah menjadi diri yang terbaik, aku bertemu begitu banyak kepribadian di sana, membuatku penat.

Hujan semakin deras, aku terjebak di halte bersama beberapa orang asing menunggu angkutan kota. Guna mengusir rasa bosan, aku memutar lagu favoriteku menggunakan earphone.

Angin berhembus terasa lebih dingin, meskipun aku memakai hoodie, tetapi rasanya seperti menusuk ke dalam tulang tulangku. Aku menundukkan tubuhku, memeluk ransel milikku guna menghindar kehilangan barang.

Aku merasa jenuh, mengapa datang lama sekali. Aku berdecak kesal. Memainkan kakiku yang kini begitu lembab, aku yakin kaos kakiku akan membusuk nanti, juga kulitku yang mengeriput.

Hingga beberapa menit, mobil hijau dengan nomor kutuju datang, segera aku naik kesana. Fyuhh, akhirnya.

Disini, hanya ada dua penumpang. Aku dan seorang gadis yang berhadapan denganku, sepertinya seumuran. Saat mata kami tak sengaja bertemu, aku tersenyum ke arahnya, ekspresinya saat itu sedikit kaget kemudian tersenyum balik ke arahku. Dia terlihat manis, matanya seperti bulan sabit saat tersenyum, untuk beberapa detik aku tertegun.

Aku mengeluarkan permen jahe yang ku beli tadi di halte. Karena tak mau makan sendirian, aku menawarkan dua permen pada gadis di depan ku.

" Mau? Gua beli banyak. Hujan begini enaknya makan ginian supaya hangat. "

Dia berpikir sebentar, kemudian mengambil permen dari uluran tanganku. " Terimakasih. " Ucapnya, dan tersenyum ke arahku.

Lagi dan lagi aku tertegun, hatiku kini menghangat, rasanya seperti permen jahe di dalam perutku. Entah ada apa, aku bahkan belum memakan permen jahe ini.

Dia langsung memakan permen itu, " Enak, sekali lagi terimakasih. " Ucapnya sekali lagi. Aku hanya tersenyum kikuk.

" Bukan apa. " Aku menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal.

" Berhenti dimana?" Tanyaku guna menyembunyikan salah tingkah ini.

" Depan perumahan Griya kencana."

" Sudah dekat dong, ya. "

Dia menanggapinya hanya tertawa ringan. Aku mati kutu, kesunyian menerpa. Hingga gadis di depanku mengucapkan berhenti, kini mobil ini berhenti tepat depan perumahan Griya kencana. Saat gadis itu hendak turun, aku menghentikannya.

" Iya?" Responnya singkat.

Aku menarik nafas sebentar, " sampai jumpa."

" Ah, sampai jumpa juga " Ucapnya kemudian turun, lalu membayar pada supir itu. Dia mengeluarkan payungnya, mobil ini pun mulai berjalan. Namun aku mematung beberapa detik, dia menoleh ke arah ku dan melambaikan tangan.

" Sampai bertemu lagi. "

22.00 Thoughts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang