Bab 4 Terang Bulan Cake

2 0 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama sejam, Bastian sampai ke bandara. Dia langsung berlari masuk setelah taksi berhenti di depan pintu masuk.

"RAHEL! RAHEL! INI KAKAK!" Panggil Bastian sambil berteriak.

Bona, Budi, dan Pak Ronny mengejar Bastian dari belakang.

"Lebih baik kita berpencar. Langsung teriak ketika sudah bertemu dengan Rahel." Instruksi pak Ronny. Bona dan Budi mengangguk setuju lalu langsung berlari mencari Rahel.

Sementara Rahel saat itu sedang ada di pintu masuk sebelum pengecekan passport. Dia tampak murung dan tertunduk melihat buku resep kakaknya di tangannya.

"Rahel, ayo cepat masuk. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat. Kita sudah terlambat." Kata Pak Edi sambil menggandeng Rahel untuk masuk ke dalam.

Rahel lalu sempat mendengar ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang namun, pintu sudah tertutup.

Pak Ronny, Budi, Bona, dan Bastian berkumpul untuk menanyakan keadaan masing-masing apakah sudah menemukan Rahel atau belum. Namun, hasilnya nihil. Budi lalu melihat papan yang berisi informasi pesawat yang akan berangkat.

"Hei! Semua coba lihat itu!" Kata Budi memanggil teman-temannya dan Pak Ronny untuk melihat papan pengumuman itu.

Papan pengumuman itu menyatakan bahwa pesawat menuju Amerika telah lepas landas beberapa menit yang lalu. Bastian syok berat dan terjatuh ke lantai karena kaki nya yang lemas. Dia seperti kehilangan semangat untuk hidup bahkan untuk berdiri Bastian tidak mampu.

Bona dan Budi lalu membantu temannya itu dan mendudukan Bastian di sebuah bangku yang tidak jauh dari situ.

"Tian, bertahan yah." Kata Bona menghibur.

"Bon, bagaimana aku bisa bertahan? Aku sendirian Bon..." Tangis Bastian pecah. Bona dan Budi lalu memeluk temannya itu. Pak Ronny hanya bisa menghela napas panjang.

"Aku di buang Bon... Bahkan Rahel juga di bawa pergi oleh ayah...Salahku apa sebenarnya?? Kenapa ayah sangat benci padaku? Kenapa?" Tanya Bastian sambil terus menangis.

"Kamu tidak salah Tian. Justru ayahmu yang salah karena membuang anak seberbakat dirimu." Kata Pak Ronny sambil berlutut di depan Bastian.

"Iya! Tenang saja kamu tidak sendirian. Kan masih ada aku dan Bona. Kami akan menjadi keluarga baru untukmu." Tambah Budi.

"Rahel tadi titip pesan dia bilang kalian pasti akan bertemu kembali dan dia sangat menyayangimu. Jadi, jangan sedih. Buktikan kalau ayahmu salah!" Kata Bona sambil terus mengusap punggung Bastian.

Bastian lalu berhenti menangis dan menyeka air mata yang tersisa di pipinya.

"Kalian benar! Akan kubuktikan kalau ayah salah! Dan akan kujemput Rahel pulang." Kata Bastian dengan lantang.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau mau menginap di rumahku?" Tanya Budi.

"Tidak perlu. Bastian bisa tinggal di kos ibu bapak. Sebelumnya dia sudah pernah tinggal di sana." Kata Pak Ronny.

Mereka berempat lalu kembali pulang ke kos Pak Ronny.

"Jadi ini kos nya Pak Ronny." Kata Budi terkesima sambil melihat ke sekeliling.

"Kalian sudah pulang? Bagaimana tadi?" Tanya ibu Pak Ronny yang baru keluar dari dapur.

Pak Ronny hanya menggelengkan kepalanya. Tanpa bertanya lebih lanjut, nenek paham akan keadaan yang di alami oleh Bastian tadi.

Slice Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang