7. Kembali Ke Kantor

4 0 0
                                    

"Terima kasih banyak atas segala jenis presentasi yang sudah diberikan oleh jajaran ketua divisi dari perusahaan ini! Selanjutnya untuk pemberkasan bisa dikirimkan secara langsung ke email yang tertera di masing-masing lampiran yang sudah saya bagikan tadi. Untuk masalah revitalisasi kantor dan juga mutasi pegawai akan segera diurus dan sesuai dengan klasifikasi serta ketentuan dari perusahaan pusat. Akan ada perombakan besar-besaran nantinya dan diharapkan ketua divisi mampu memberikan kabar ini kepada masing-masing anak buahnya supaya mempersiapkan diri atas perombakan itu nantinya. Rapat diakhiri!" ujar Tian dengan begitu cekatan mewakili Evan yang masih sibuk dengan layar iPad nya.

Atau mungkin tidak bisa dikatakan mewakili karena dia selalu melakukan itu setiap kali ada rapat yang dilakukan oleh atasannya ini. Bisa dikatakan Tian adalah asisten pribadi sekaligus juru bicara dari pria itu ketika Evan tidak sedang dalam mood untuk berkata panjang.

"Terima kasih, Pak Evan! Pak Victor!" ujar para ketua divisi tersebut dengan sangat terpaksa sebelum akhirnya menundukkan kepala mereka masing-masing dan dengan sopan keluar dari ruang meeting meninggalkan 4 orang tersisa di dalamnya.

"Kita kembali ke rumah, Pak Evan?" tanya Tian yang membuat Evan spontan menoleh dan diam sejenak sebelum akhirnya menggelengkan kepala, "Kantor."

Jawaban singkat itu sudah lebih dari cukup untuk Tian hingga membuat asisten pribadinya tersebut mengangguk.

Victor yang mendengarnya tentu saja mengerutkan keningnya, "Kenapa nggak balik? Kata Tian kemarin kan juga nggak ada schedule apa apa yang bikin lo harus tetap di kantor. Pulang ke rumah enak kali ah, Evan. Atau main ke rumah gue kek siapa tahu nanti anak-anak bakalan senang lihat lo tiba-tiba main padahal bukan weekend."

"Nggak bisa. Lain kali. Adek balik dulu!" ujar Evan dengan sangat irit dan memberikan pelukan singkat kepada Kokohnya sebelum akhirnya memberikan kode kepada Tian dengan melenggang pergi begitu saja meninggalkan ruang meeting hingga menyisakan Victor dan asisten pribadinya.

"Hish, anak itu!" gerutu Victor sebelum akhirnya pria itu turun beranjak dari ruang meeting yang tentu saja diikuti oleh Bibi.

-7th chapter-

"Pak Tian!" panggil sekretaris pribadi Evan yang lain, Laurent ketika melihat Tian hendak memasuki ruangan yang memang menjadi ruang kerjanya.

"Ya Laurent?" tanyanya membuat pria itu kembali buka suara.

"Tadi pagi resepsionis dibawah mengantarkan mahasiswi magang yang berada di bawah bimbingan Pak Tian secara langsung," lapor Laurent yang membuat dia mengangguk mengerti sebelum matanya mengedar mencari keberadaan anak magang tersebut.

"Terus dia dimana sekarang?" tanya Tian ketika dirinya tidak juga mendapati keberadaan anak magang yang dimaksud oleh Laurent.

"Dikarenakan belum ada perintah untuk perombakan ruangan sejak anak magang tersebut diterima, maka untuk sementara waktu tadi saya menyuruh anak magang itu untuk diam di ruang tunggu dan memberikan dia beberapa pekerjaan setelah dibimbing sebentar. Maaf kalau saya lancang, Pak Tian!" ujar Laurent merasa tidak enak karena itu sama sekali bukan kewenangan dan juga haknya karena anak magang ini berada di bawah bimbingan Tian.

"Tidak apa apa, Laurent. Sekarang tolong kamu panggilkan anak magang tersebut dan suruh untuk masuk ke ruangan saya," ujar Tian yang bisa ketika membuat Lauren mengangguk paham dan beranjak dari kursinya.

Tian yang melihat itu kembali melanjutkan langkahnya untuk memasuki ruang kerjanya. Memutuskan untuk menunggu anak magang yang dimaksud oleh Lauren di dalam saja sekaligus mempersiapkan tugas-tugas yang akan dilakukan dan diajarkannya kepada anak magang tersebut.

Tok tok

"Masuk!" seru Tian karena tahu ada dua kemungkinan orang yang mengetuk pintunya. Antara itu adalah Lauren yang mengantarkan anak magang itu ke ruangannya, atau anak magang itu sendiri yang mengatur pintunya.

"Permisi, Pak. Saya diperintahkan oleh sekretaris Laurent untuk menghadap Bapak di ruangan secara langsung tadi," ujar Anne sembari sedikit merasa gugup ketika melihat ekspresi datar pria yang akan menjadi atasannya ini.

"Kamu?"

"Ah, saya Anneliese Vivienne Carly, Pak. Mahasiswa dari Universitas Binus yang ditugaskan untuk magang di sini 4 bulan kedepan," ujar Anne yang bahkan sampai bisa bisanya malah melupakan esensi awal yang seharusnya dilakukan olehnya sedaritadi. Memperkenalkan diri terhadap pria yang akan menjadi atasannya.

"Anne, ya. Tentu saya yakin kalau kamu memiliki kualifikasi yang sangat menakjubkan hingga bisa diterima magang terlebih di mendapatkan posisi hingga menjadi asisten dari sekretaris utama pemilik perusahaan. Maka dari itu saya tidak perlu meragukan kemampuan ataupun kecepatan kamu dalam menangkap sesuatu hal yang saya ajarkan karena saya yakin kamu bisa menghandle hal itu.

Tapi di sini yang saya akan tekankan yaitu, sama sekali tidak ada perbedaan antara pegawai magang dengan pegawai tetap. Secara penghasilan saya yakin kamu sudah mendapatkan kertas kontrak dari sekretaris Laurent mengenai rincian dan berbagai hal terkait dengan gaji kamu nantinya. Namun saya ingin kamu untuk memahami kalau kamu harus bisa bertahan dengan segala jenis tekanan yang didapatkan di dunia kerja seperti sekarang ini," ujar Tian tanpa sama sekali melepaskan pandangannya dari anak magang yang tengah mendengarkan perkataannya dengan seksama ini.

"Saya mengerti Pak!" ujar Anne yang membuat Tian mengangguk puas sebelum akhirnya pria itu kembali buka suara.

"Untuk hal itu, Saya ingin memberitahukan beberapa hal yang Tentu saya tidak ingin kamu lakukan ketika menjalankan pekerjaan atau tugas dari saya dalam hal apapun. Yang pertama, saya tidak memberikan toleransi dalam hal apapun. Saya harap kamu bisa lebih teliti dan tidak sembrono dalam mengerjakan berbagai laporan serta berkas yang nantinya saya akan ajarkan kepada kamu secara langsung.

Yang kedua saya selalu memberikan tugas dengan waktu dan durasi yang masuk akal karena saya sendiri sudah pernah mengerjakan berkas-berkas serupa. Sehingga saya harap nanti dengan durasi yang sudah saya tentukan kamu bisa menyelesaikannya tepat waktu atau akan lebih baik kalau bisa sebelum tenggat waktu yang saya berikan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari atasan atau bisa dibilang CEO perusahaan yang tidak suka dengan yang namanya keterlambatan.

Dan yang terakhir, jam kerja kamu sama dengan jam kerja saya. Dan karena saya sangat sering keluar untuk menangani survei lapangan bersama dengan Tuan CEO secara langsung, maka kamu diharuskan untuk menyediakan keperluan tambahan untuk hal itu nantinya. Dan saya harap kamu selalu siap karena survei lapangan akan dilakukan sewaktu-waktu nantinya ataupun sudah ada schedule." sambung Tian yang lagi lagi di dengarkan dengan teliti oleh Anne dan membuat gadis manis itu mengangguk setelahnya.

"Baik Pak!" ujar Anne mantap yang membuat ia mengangguk puas melihat kecepatan anak magang itu dalam menangkap instruksi-instruksi yang diberikannya.

"Oke. Mulai besok saya akan ajarkan kamu secara langsung sistematika dan cara-cara pemberkasan perusahaan yang sesuai dengan kriteria perusahaan ini. Dan tolong katakan pada sekretaris Laurent untuk menghubungi bagian administrasi serta keuangan untuk menyediakan dana dan menyediakan ruang kerja untuk kamu!" ujar Tian yang kembali membuat Anne mengangguk mantap.

"Baik Pak. Saya akan sampaikan kepada Pak Laurent!"

Tian lagi lagi dibuat puas dan tersenyum tipis melihatnya, "Kamu boleh kembali dan melanjutkan pekerjaan yang diberikan oleh sekretaris Laurent tadi."

-7th chapter-

Kekasihku Sang Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang