14. Bos Yang Menyeramkan

5 0 0
                                    

"Wah rame banget Pak!" seru Anne dengan begitu heboh ketika melihat kerumunan orang di beach club yang mereka kunjungi ini.

Mata bulatnya tidak henti henti mengedar dan memastikan kalau ia sama sekali tidak melewatkan pemandangan yang tersaji di pantai private ini. Yang pasti pemilik dan desainer tempat ini benar benar berhasil mengusung tema liburan yang sangat nyaman dan terlihat menyenangkan dengan tatanan dan peletakan area-areanya. Hingga mampu membuat mata Anne seakan-akan dimanjakan dengan pemandangan indah di hadapannya.

"Memang ini yang terbaik kalau dari pengalaman Aku mengunjungi beberapa Beach Club yang ada di Bali. Cuma karena memang harganya agak sedikit pricey jadi enggak semua orang suka buat pakai tempat ini," ujar Tian membuat Anne ber-oh ria mendengarnya.

"Memangnya mahal Pak?" tanyanya karena memang gadis itu sama sekali belum mengetahui satu hal pun mengenai beach club yang mereka kunjungi ini.

"Kalau Pak Evan biasanya ambil yang enam setengah buat sepuluh orang. Gatau deh ini dia mau ambil yang mana," balas Tian enteng, namun tidak untuk Anne yang malah melongo tidak paham.

"Enam setengah itu apa? Juta?" tanya gadis itu dengan polosnya dan wajah menuntut untuk diberitahu. Hal itu sontak saja membuat Tian terkekeh karena gadis yang sangat ekspresif ini.

"Iya lah Anne. Masa iya ribu."

"Mahal banget! Biasanya Anne kalau mau main ke pantai sama temen temen kuliah aja cuma bayar buat duit parkir doang!" ujar Anne setengah berseru karena gadis itu dilanda kekagetan sekaligus shock ketika mendengar harga yang dipatok untuk bisa menikmati hari dengan nyaman di pantai private ini.

"Ya beda dong, bocah!" ujar Tian yang malah dibuat gemas sendiri dengan penuturan anak magang satu ini.

Sedangkan Anne mengerucutkan bibirnya sebal mendengar Tian mengatainya bocah. Hey! Ia kan hanya bertanya karena ini kali pertamanya berkunjung ke pantai yang private semacam ini.

"Pak Tian mah nggak bisa santai! Selow aja gitu!" ledek Anne yang membuat Tian malah jadi semakin gemas ingin menguyel uyel bocah satu ini.

"Kak, Anneliese! Ini udah diluar jam kerja. Sudah berapa kali sih saya bilang ke kamu buat nggak panggil Pak kalau diluar jam kerja!"

"Eh! Iya hehe. Maksud Anne Kak Tian!" elak gadis itu seketika membuat Tian mendengus mendengarnya.

"Tian!" Evan berhenti berjalan dan memanggil Tian ketika mereka akhirnya sampai di lobby dan sekaligus tempat untuk memesan area yang diinginkan oleh para pengunjung.

"Iya Mas Evan?" Tanya Tian yang dengan sigap langsung maju dan berdiri di sisi Evan dengan raut wajah penuh tanya.

"Pesenin yang biasa. Cuma tempatnya minta yang lebih private," ujar Evan yang membuat Tian mengangguk mengerti dan berjalan mendekati meja resepsionis.

"Mau cari baju dulu?" tanya Evan menawarkan kepada gadis itu dan membuat Anne sontak saja menoleh dengan wajah penuh tanya.

"Kenapa harus cari baju, Pak?" Pertanyaan itu akhirnya keluar dari bibir Anne dengan wajah polos dan penuh tanya.

"Kamu memang mau bersenang senang di pantai pakai baju kaya gitu?" balas Evan sarkastik yang membuat Anne seketika melihat para dirinya sendiri yang memakai pakaian sedikit formal karena memang mereka baru saja pulang dari pekerjaan mereka.

Anne menyengir kemudian, "Saya cuma pengen lihat pantai aja Pak. Mau main takut! Soalnya dulu pernah kegulung ombak!"

"Ikut saya!" titah Evan yang kemudian melangkah terlebih dahulu dan membuat Anne kebingungan sebelum akhirnya ikut melangkah membuntuti pria itu.

"Selamat datang, selamat belanja!" seru pegawai toko pakaian yang menyapa Evan dan Anne begitu keduanya membuka pintu toko pakaian yang menjual beberapa atribut untuk berenang mulai dari yang amatir hingga profesional ini.

Anne yang tidak tahu harus membeli apa tentu saja hanya bisa melangkah tanpa suara membuntuti Evan yang langsung pergi ke bagian khusus pria.

"Pilih, Anneliese!" titah Evan yang akhirnya merasa geram sendiri karena gadis ini bukannya memilih pakaian untuknya berenang melainkan malam membuntuti dirinya.

"Saya nggak mau, Pak!" tolak Anne yang spontan membuat Evan menoleh dan menatap gadis itu dengan mata elangnya sembari berusaha mengeluarkan aura intimidasi supaya gadis itu mau menuruti perkataannya.

Anne tentu saja tidak bisa membantah dan beranjak pergi dari bagian pria itu untuk menuju ke bagian wanita. Atau mungkin lebih tepat kalau dikatakan berusaha menghindari Evan yang kini sudah memberikan tatapan mautnya kepada dirinya.

"Punya bos kok serem banget!" gumam Anne tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggerutu dan melihat-lihat ke arah pakaian wanita yang tersaji mulai dari tertutup hingga terbuka di hadapannya.

"Ini juga, baju kok terbuka semua. Orang-orang ini pada mau berenang atau pada mau mandi?" Lagi, gadis manis itu menggerutu melihat pakaian pakaian renang bermodelkan terbuka yang tersaji dan terpampang nyata didepan mata polosnya.

Tapi tatapan Anne teralihkan ke arah salah satu pakaian yang sedikit bermodel terbuka namun terlihat jauh lebih tertutup dibandingkan yang lain dan lumayan sopan, "Ini bagus!"

Anne menjulurkan tangannya untuk meraih pakaian renang tersebut dan membeli kain lembut yang digunakan sebagai bahan pakaian itu, "Bahannya bagus banget lagi. Pasti ini adem banget."

Karena merasa tertarik dengan pakaian itu membuat Anne iseng-iseng melihat price tag yang tergantung di salah satu sisi pakaian tersebut, "Astaga ketimbang baju renang aja 6 juta! Itu Anne bisa pake buat kasih SPP adek tiga bulan! Orang orang ini ada gila gilanya kasih harga baju renang mahal banget kaya gini!" gerutu Anne yang dibuat shock ketika melihat harga yang tertera untuk pakaian renang yang baru saja dilihatnya.

Bahkan saking shocknya, gadis itu tidak menyadari kalau Evan sudah selesai memilih dan sekarang sedang berjalan menuju kearah Anne yang masih terbengong sembari melihat price tag.

"Mbak, saya ambil yang dipegang gadis itu," titah Evan kepada pegawai tokoh yang memang membuntuti di belakangnya atas permintaan Evan.

"Sudah Anneliese?" tanya Evan yang membuat Anne terlonjak kaget dan menoleh serta seperti kembali dikagetkan dengan Evan yang tiba-tiba ada di belakangnya.

"Pak Evan! Saya kaget!" seru Anne spontan.

Dan hal itu membuat Evan menaikkan sebelah alisnya karena respon gadis ini yang selalu saja heboh, "Sudah mendapatkan pilihan?" Evan sekali lagi mengulang pertanyaannya yang tidak terjawab itu.

"Nggak nyari, Pak. Kan saya sudah bilang ke Bapak kalau saya nggak mau main air. Cuma mau lihat lihat saja," ujar Anne menyembunyikan fakta kalau ia baru saja kaget ketika melihat price tag yang tertera di pakaian renang yang baru saja dilihatnya.

"Bungkus yang tadi!" perintah Evan yang membuat pegawai toko pakaian itu mengangguk mengerti dan berjalan menuju ke meja kasir.

Pun dengan Evan yang mengikutinya karena pria itu tentu harus membayar belanjaannya bukan?

-14th chapter-

Kekasihku Sang Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang