Happy reading🌩
"Selamat pagi anak anak!"
"Selamat pagi bu guru!"
Semua teman teman sekelas Celi berucap serempak, menyambut ceria bu Dea yang masuk untuk mengajar mereka hari ini.
"Sekarang kita akan belajar membaca!" Pembawaan bu Dea sengaja di buat bersemangat, sengaja memancing semangat anak didiknya. "Siapa disini yang sudah pintar baca?!" Lanjut bu Dea masih dengan suara cerianya.
Hening.
Semua murid diam dengan badan menegang, tidak ada yang berani bersuara bahkan bergerak, takut di tunjuk guru ke depan untuk membaca.
Bu Dea meringis, dia membuka absensi kelas. Dia lupa mengabsen murid sebelum masuk, maka dengan itu dia duduk di kursinya terlebih dahulu dan mulai memanggil.
"Dirga!" Suara lantang bu Dea menggema, para bocah itu menahan nafas, terlebih lagi anak laki laki yqng namanya di sebut. Wajahnya persis seperti orang yang sedang menahan kentut. Dia agak kesal pada orang tuanya yang membuat nama yang memiliki awalan A, Alarick Dirgara S.
Dirga berdiri dengan muka panik. "Dirga belum bisa membaca bu! Jangan Dirga, nanti kalau Dirga nangis ibu pasti langsung di marahin Mami." Anak laki laki itu malah menunjuk Celi. "Celi aja bu, dia pintar! Kemaren Dirga lihat dia membaca huruf huruf yang ada di kantin." Lanjutnya masih dengan wajah panik.
Celi mendengus, berbeda dengan bu Dea yang menepuk jidat. Sepertinya anak itu salah paham, pikirnya.
"Ibu cuma ngabsen Dirga! Kamu cukup angkat tangan dan bilang hadir bu. Ibu gak nyuruh kamu membaca." Bu Dea hanya bisa di buat geleng geleng kepala melihat Dirga yang malah ber oh ria dan duduk dengan wajah santai.
Bu Dea kembali mengabsen sampai selesai, dia kembali berdiri dan menulis sesutu di papan tulis. Kemudian dia mengambil penggaris panjang yang biasa dia gunakan untuk mengarahkan anak anak saat membaca.
"Intan! Kamu maju ke depan, ibu akan membantu kamu untuk membaca."
Intan ketar ketir, dia dengan terpaksa maju dan berdiri menghadap papan tulis, bu Dea menunjuk huruf awal dari kalimat yang akan Intan eja.
"Ru-di," Intan mulai mengeja, dia menatap bu Dea takut takut. "Pu-nya ba-ju ba-ru." Dia kembali melanjutkan setelah mendapat arahan dari bu Dea.
Suara tepuk tangan dari bu Dea membuat Intan bernapas lega, untung saja dia tidak mempunyai kesalahan saat mengeja. "Intan pintar! Jangan takut takut saat membaca ya Intan." Kepala Intan di elus dan anak itu hanya mengangguk.
Setelah Intan duduk dengan perasaan senang, bu Intan mulai menyorot setiap murid yang ada di kelasnya. Suasana hening dan tegang kembali membalut mereka, bu Dea memicing melihat Dirga yang tampak menyembunyikan kepalanya di balik buku.
"Dirga! Maju ke depan." Titah bu Dea lalu bergerak menghapus tulisan yang ada di papan dan menulis kalimat yang baru.
Setelah selesai menulis bu Dea kembali berbalik, Dirga masih betah duduk di kursinya tanpa ada niatan untuk beranjak.
"Maju Dirga... Jangan kayak anak perempuan. Kalau Dirga gak mau maju, gak boleh jadi teman Celi." Ancam Celi yang duduk di belakang kursi anak laki laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELI versi 2 [On Going]
Fantasy⚠️ BUKAN SQUEL☑️ 🍁🍁🍁 "Appa iyit." (Papa pelit.) "Serah gue dong." "Appa ahat!" (Papa jahat!) "Bodo amat." "Appa eyek!" (Papa jelek!) "Minta di gampar nih bocah." Rank: In 06 #osis 20 Februari 2022 🍁🍁🍁 Selamat datang di cerita CELI namun dalam...