Happy reading🤸
Jangan lupa tandain kalau ada typo🗿
🦋🦋🦋
"Gak pake dasi, lari keliling lapangan sepuluh kali!"
"Telat tiga menit, hormat didepan tiang bendera sampai jam pertama selesai!"
"Tali pinggang Lo mana?" Rion bertanya dengan mata memicing.
Gadis cantik yang tengah di tanyai Rion tercengir. "Gak enak pake tali pinggang beib." Alibinya dengan nada centil.
Rion mendengus, malas sekali sebenarnya berurusan dengan gadis modelan didepannya ini. "Keliling lapangan sebelas kali!"
Gadis bernama Cici itu melotot, ia menatap tak terima kepada Rion.
"Gak bisa gitu dong! Dia aja yang gak pake dasi bebeb suruh lari sepuluh kali! Kok aku yang berstatus sebagai pacar kamu di hukum lari sebelas kali?! Menurut peraturan sekolah, murid yang gak make atribut lengkap di suruh lari sepuluh kali! Kenapa kamu nyuruh aku lari keliling sebanyak sebelas kali?! Dasar tidak berprikepacaran!" Oceh Cici sewot, dia bahkan berbicara sepanjang itu dalam satu kali tarikan nafas.
Rion memutar bola mata malas. Ia mengusap kasar wajah Cici. "Gak usah halu deh Lo! Sejak kapan gue jadi pacar Lo?! Ogah banget!"
"Sejak lima menit yang lalu." Balas Cici dengan senyum.
"Kalau gitu sekarang juga kita putus! Lari Lo sana! Sebelas kali! Awas aja kalau Lo gak bener larinya, gue kurangin poin Lo sepuluh!" Ancam Rion tak main main, di tangannya sudah ada buku kasus dan bersiap siap untuk menuliskan sesuatu di sana.
Cici buru buru mencegah, dia menahan tangan kanan Rion yang hendak menulis dan berdecak.
"Oke. Aku bakal lari kalau hukumannya harus sama kayak cowok itu." Tunjuk Cici kepada cowok yang tidak memakai dasi, cowok itu terlihat sibuk menyelesaikan hukumannya.
Rion melirik cowok itu yang melaksanakan hukumannya tanpa banyak protes seperti gadis rempong di depannya ini. "Lo udah ngegodain gue, jadi gue tambah satu." Sambar cowok itu santai.
Cici menganga, tak menyangka alasan di balik bertambahnya hukuman miliknya hanya karena dia menggoda ketua OSIS yang selalu di idam idamkan siswi SMA Arya.
"Walupun kamu ganteng dan aku suka. Tapi itu gak bisa jadi alasan untuk aku ngalah sama kamu. Lagian gak ada peraturan yang menyatakan kalau ngegodain ketua OSIS itu di larang." Balas Cici geleng geleng tak terima, ia bersedekap dada memandang songong pada Rion.
Cowok itu tersenyum miring, dia menyerahkan buku peraturan yang kebetulan di bawanya kemana mana jika sedang berburu siswa yang nakal. Tapi sebelum itu tangannya sempat membuka buku itu hingga ke halaman yang terakhir.
"Peraturan nomor tiga puluh. bagi siapapun yang ngegodain gue, dia bakal terkena hukuman. Hukumannya gue yang nentuin. Jadi, sebelum gue berubah pikiran...." Rion tersenyum manis. "CEPAT LAKSANAIN HUKUMAN LO!!" Sentak cowok itu selanjutnya.
Cici lari terbirit-birit untuk melaksanakan hukumannya, selama ia berkeliling lapangan, tak henti hentinya ia menggerutu.
Rion menggeleng pelan. Ia mengambil ponselnya yang bergetar di saku almameternya, ia menyerngit ketika melihat nama yang tertera disana.
Bocah sebleng🐷
Buru buru Rion mengangkat panggilan itu setelah agak menjauh dari lapangan.
"Alo Appa!" (Halo Papa!)
Teriakan cempreng gadis kecil di sebrang sana membuat terlingannya berdengung. Dia mengusap telinga dan berdecak sebal.
"Ngapain nelpon nelpon? Gue lagi di sekolah, jangan ganggu."
"Ih! Atu ukan au anggu Appa, atu mau inta oly. Ia inggal di obil Appa." (Ih! Aku bukan mau ganggu Papa, aku mau minta Moly. Dia tinggal di mobil Papa.) Sungut gadis kecil yang tak lain Celi itu dengan sebal.
"Kan Lo yang ninggalin! Ngapain Lo minta minta ke gue?!" Sahut Rion sewot.
"Tan oly inggal di obil Appa. Akanya atu inta te Appa!" (Kan Moly tinggal di mobil Papa. Makanya aku minta ke Papa.)
Rion merotasikan mata, sudah menebak kemana tujuan pembicaraan ini.
"Jadi Lo nyuruh gue buat nganterin kesana?"
"Iya Appa! Tok Appa au?!" (Iya Papa! Kok Papa tau?!)
"Ogah!" Sahut Rion cepat. "Gue lagi sekolah! Gak mungkin balik lagi kesana cuma buat ngenterin boneka beruang butut Lo itu."
"Appa ahat! Teli ndak uka elay!" (Papa jahat! Celi gak suka gelay!)
"Suka suka gue dong! Udah ah, Lo ganggu gue aja!"
Tut.
Rion mematikan sambungan telepon dengan sepihak, kakinya berjalan menuju parkiran dan membuka pintu penumpang belakang mobilnya. Dan benar saja, dia menemukan boneka coklat yang sudah terlihat usang teronggok di atas kursi.
Jarinya mendial nomor salah satu bodyguard yang bekerja di rumah orang tuanya.
"Datang kesini dan jemput boneka anak gue! Sepuluh menit!" Lagi lagi Rion mematikan sambungan telepon dengan sepihak.
"Yon!"
Mendengar namanya di panggil, Rion menoleh dan mengangkat satu alisnya bertanya.
"Si Cici udah stop. Dia gak sanggup lagi buat lanjutin hukuman katanya." Ucap cowok berkulit putih dengan lesung pipi yang terlihat jika dia tersenyum.
Rion mendengus. "Ganti hukuman, suruh dia ngebersihin toilet cewek."
Cowok yang tak lain bernama Vano itu menggeleng. Tak habis pikir dengan satu sahabatnya ini, benar benar tak punya belas kasihan sama sekali.
"Oke." Walupun begitu, Vano tak berniat menegur. Ikuti sajalah.
Mereka berjalan beriringan menuju lapangan, tempat di mana anak anak yang tidak taat aturan sedang berkumpul. Tidak, tidak! Lebih tepatnya di kumpulkan oleh anak OSIS untuk di beri hukuman atau sangsi.
"Oh iya, Yon. Gue nanti kerumah Lo ya? Udah kangen sama anak gue." Ucap Vano di sela sela langkah mereka, tak menyadari rawut wajah Rion yang sudah berubah datar.
"Anak gue itu ya, imutnya kebangetan! Kan jadi gak bisa jauh jauh terlalu lama."
"Anak gue! Kalau Lo mau, buat sendiri!"
🦋🦋🦋
Jangan lupa vote dan komen ya🤗
Bye👋
KAMU SEDANG MEMBACA
CELI versi 2 [On Going]
Fantasy⚠️ BUKAN SQUEL☑️ 🍁🍁🍁 "Appa iyit." (Papa pelit.) "Serah gue dong." "Appa ahat!" (Papa jahat!) "Bodo amat." "Appa eyek!" (Papa jelek!) "Minta di gampar nih bocah." Rank: In 06 #osis 20 Februari 2022 🍁🍁🍁 Selamat datang di cerita CELI namun dalam...