"Tidak ada apapun selain pohon buah dan bunga di sini." Sakura datang dengan tangan penuh buah.
Minju mendongak.
"Chaewon belum sadar, apa yang harus kita lakukan?" Ujarnya sembari menggigit bibirnya.
Sakura tampak putus asa.
Ia kembali setelah senja menjelang, Ia berputar mencari jalan atau apapun yang bisa menjadi bantuan.
Namun nihil, Ia hanya berputar-putar.
Keduanya tampak frustasi, tak tahu harus melakukan apa.
Di sisi lain...
"Hampir 24 jam, dia mati?"
"Kau kasihan padanya, Haruto?" Yoshi memandang Haruto remeh.
"Jangan munafik Tuan Kanemoto, bukankah kau mengkhawatiri salah satu dari mereka?" Balas Haruto dengan tenang namun tatapan matanya tajam.
Yoshi balas menatap adiknya tajam, "Dan seekor serigala dingin mengkhawatirkan gadis yang Ia ganggu semalam? Oh berita besar di dunia kita." Yoshi pura-pura terkejut.
Sretttt
Atensi keduanya tertuju pada Asahi yang sudah berdiri.
"Kau mau kemana, Tuan Hamada? Kau juga mengkhawatirkan gadis itu seperti si Kanemoto ini?" Tanya Haruto.
Asahi menatap keduanya datar, "Ya, aku khawatir dan aku tidak munafik seperti kalian berdua."
Haruto dan Yoshi mendengus kesal lalu berdiri, mengikuti Asahi.
"Mereka bukan orang biasa, mereka putri dari kerajaan Korea." Ucap Asahi.
"Aku tahu, hampir 500 prajurit mendekati wilayah kita, kita harus lebih waspada lagi." Sahut Haruto, mata violetnya menyorot dalam.
"Aku menyesal tidak memperhatikan bagaimana orang membuat api tanpa korek api." Sakura menghela napas.
Malam sudah kembali, dingin tanpa ampun menembus kulit, menusuk tulang.
Sudah 24 jam, Chaewon masih belum sadarkan diri, daya tahan Minju menjadi semakin melemah.
"Chaewon... sadarlah." Lirihnya.
Sakura menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan, Ia ingin menyerah.
Minju memeluk Chaewon, agar kembarannya tidak kedinginan.
Mereka memakai gaun yang bahunya sedikit terbuka.
Minju melepas pelukannya dan merobek bagian bawah gaunnya dan meletakkan robekan itu ke bahu Chaewon.
Sakura ikut merobek bagian bawah gaunnya dan menyelimutkan di bagian kaki Chaewon.
"S-Sakura... nadi Chaewon melemah."
Sakura menempelkan jarinya ke leher Chaewon.
Keduanya saling menatap.
Sakura menggeleng, "Kau harus bertahan Chaewon, kita akan keluar dari sini bersama!"
Mata Minju berkaca-kaca, tangannya gemetar, "Akan ada bantuan Chaewon... jangan membuatku panik."
10 menit berlalu menegangkan. Banyak yang kedua gadis itu lakukan supaya Chaewon sadar, namun tidak ada yang terjadi. Chaewon tak bergerak seperti mayat.
"Chaewon... kumohon bertahan, hiks, aku... aku tidak bisa melihatmu seperti ini, tetap bernapas Chaewon... seseorang akan menemukan kita, kumohon..." isak Minju merasakan denyut nadi Chaewon semakin melemah.
Sakura berusaha tak menangis, lalu menggosokkan tangannya dan menempelkannya ke leher Chaewon yang dingin. "Kau tahan dengan air sungai yang dingin Chaewon, kali ini kau harus bertahan juga."
"Kalian butuh bantuan?"
Minju dan Sakura terlonjak kaget.
"S-siapa kalian?" Tanya Sakura dengan jantung deg-deg an. Takut mereka adalah penculik.
"Sepertinya teman kalian perlu bantuan."
Minju berdiri dan mengangguk, "Saya tidak mengenal tuan, tapi saya mohon, selamatkan kembaran saya, saya akan melakukan apapun sebagai balasan.... saya mohon."
Haruto berjalan melepas melepas jubahnya dan menyelimutkan Chaewon, lalu Pria berwajah datar itu mengangkat Chaewon.
"Di luar terlalu dingin, ikuti kami."
Haruto berjalan di depan, di belakangnya ada Asahi dan Yoshi, lalu di belakangnya lagi ada Sakura dan Minju.
Sakura dan Minju saling pandang, "kau percaya mereka?" Bisik Sakura.
"Hanya mereka manusia di sini, mau tak mau, lagipula Chaewon sedang sekarat, kita pikirkan itu nanti, setidaknya ada pertolongan untuk Chaewon." Balas Minju.
"P-permisi tuan?" Minju menepuk punggung Asahi.
Yoshi dan Asahi menoleh.
"Boleh kupinjam jubah kalian? Temanku kedinginan." Ucap Minju. Sakura menggertakkan giginya. Ia tahu Minju tidak ingin dirinya kedinginan, tapi jangan tiba-tiba gitu juga mintanya.
Asahi dan Yoshi saling pandang, akhirnya Yoshi melepas jubahnya dan memberikannya pada Sakura.
"Ah, Kamsahamnida." Minju membungkuk.
Brukkk
Sebuah jubah mendarat di bahu Minju.
"Kau juga kedinginan." Ucap Asahi, lalu mereka kembali berjalan.
Minju mengerjapkan matanya lalu tanpa banyak bicara memakainya. Ia juga kedinginan, tapi Sakura lebih butuh tadi.
Mereka berjalan menyusuri hutan. 10 menit kemudian, terlihat seperti kastil tua yang 30 persennya di tutupi tanaman rambat.
Sakura menganga. Sejak kapan ada bangunan? Seharian Ia berkeliling namun tidak menemukan kastil itu!
Sejujurnya perasaan Minju sudah tidak enak sejak melihat pakaian yang dipakai Haruto, Asahi dan Yoshi.
Itu tampak seperti pakaian sangat-sangat kuno, seperti pakaian... bangsa vampire? Atau bangsa serigala? Yang pernah ia baca di perpustakaan, bukan pakaian pemburu yang biasa dalam hutan.
Di tambah dengan kastil kuno ini. Minju yakin 100% kalau mereka bukan manusia. Namun apa boleh buat? Chaewon perlu bantuan.
Minju dengan keyakinan hatinya, menggenggam tangan Sakura lalu masuk, mengikuti 3 pria tadi.
🐾🐾🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Stalk [HIATUS]
Fanfiction"Semakin kau genggam, semakin kau terluka, semakin kau bersinar, semakin besar juga bayangan hitammu." -Prince of wolf (Cerita ini terinspirasi dari vidio tiktok kak @Lian_noona) Cover by: @shafnai17