Life is like a bubble gum.
Big, sweet, but can explosed easily.--
Zena benar-benar sengaja. Setidaknya itu hal yang terlintas di benak Anma sampai Jaehyun duduk tepat di sampingnya. Anna benci ini, suasana yang menjadi canggung tak karuan. Saat dimana hanya terdengar deheman jahil Zena dan lirikan si Jung sialan itu padanya.
Anna membuang pandangannya cepat. Ia meneguk minuman kaleng untuk menetralisir rasa gugupnya , ini adalah situasi yang paling ia hindari untuk kesekian kalinya. Duduk bersebelahan dengan Jaehyun itu membuat dirinya tidak sehat.
Terutama jantungnya.
"Well, Jaehyun. Sekarang apa kesibukanmu?" ucap Zena membuka pembicaraan.
"Hanya bekerja di perusahaan. Tidak ada hal khusus."
"Bagaimana denganmu di sana?" tanya Jaehyun balik.
"Menyenangkan. Banyak bertemu orang baru, terutama pria-pria tampan, haha."
Zena melipat kedua tangannya di dada dan bersandar di kursi. Gestur yang selalu dia lakukan saat akan bercerita."Bertemu saja tidak cukup, kau tahu. Setidaknya kencani salah satunya," sahut Anna dengan ketus. Hal itu mengundang Zena untuk memukul kepala gadis itu secepat kilat.
"Lihat siapa yang berbicara? Kau saja tidak pernah berkencan. Setidaknya aku punya gebetan." Anna mendelik kesal.
"Gebetan-gebetan, cuih! Pasti tidak lebih tampan dari Haechan."
Jaehyun menaikkan alis heran. Ada apa dengan selebriti yang satu itu? Mengapa Anna tiba-tiba membicarakan Lee Haechan? Apa mereka ada hubungan lebih dari rekan kerja?
Macam-macam pertanyaan bertubrukan di kepalanya saat ini. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum lega. Rasa khawatir dan herannya tadi langsung sirna saat mendengar sanggahan dari Ana dengan cepat. "Dia hanya selebriti yang bekerja denganku. Hanya rekan kerja. Lagian dia lebih muda."
"Oh, jadi kau ingin yang lebih tua?" tanya Zena dengan alis kirinya yang naik turun.
"Tentu saja. Yang lebih dewasa dan tidak plin-plan."
Oke, Ana. Tanpa sadar sedang menyindir siapa?
"Well, Jung Jaehyun. Kau tidak masuk nominasi. Silakan mundur, haha," ejek Zena yang membuat Ana kesal. Lagi-lagi Zena membawa-bawa Jaehyun. Apalagi manusianya sedang duduk di samping Ana. Wah! Malam ini akan menjadi malam menjengkelkan ternyata.
Lalu Zena kembali asik berbicara dengan Jaehyun. Dalam hatinya, Ana ingin sekali agar dua orang ini segera mengubah topik percintaan yang dibahas. Kuping Anna panas, belum lagi Zena menyangkut pautkan status single dari lahirnya Anna.
Namun, sungguh. Anna kenapa malah jadi diabaikan oleh dua makhluk ini? Padahal yang mengajak Zena ke rumahnya adalah Anna sendiri, tapi sekarang malah Jaehyun yang seolah-olah menjadi tuan rumahnya.
"Omong-omong, bagaimana hubunganmu dengan Shua?" Mendengarnya Jaehyun berdehem pelan. Matanya melirik Ana yang tampak buang muka.
"Tidak jauh berbeda. Kami sekarang bekerja di kantor yang sama," katanya yang membuat Anna tersedak kala meneguk minuman soda.
Ternyata matanya tidak rabun atau otaknya yang berhalusinasi. Postur tubuh perempuan yang ia lihat sebelum menaiki mobil itu mungkin memang benar Shua.
Pantas saja mereka tampak akrab. Sial, kenapa rasanya panas?Zena mencebik mendengar jawaban Jaehyun. "Terlalu sederhana. Kau tidak perlu malu, katakan saja yang sebenarnya. Kau dan Shua masih menjalin hubungan, kan? Akui saja."
Jaehyun mengusap lehernya ke belakang. Bingung mau menjawab apa. Kalau diceritakan, banyak orang akan mengira yang aneh-aneh. Namun, jika tidak diceritakan, Zena akan mendesak terus menerus. Tanpa berkata apa-apa, Ia mengambil kaleng minum milik Ana yang membuat empunya melotot kesal.
"Milikku!" tukasnya sembari merebut minuman dari tangan Jaehyun secara paksa. Bahkan saking kuatnya tarikan Anna, percikan soda itu tumpah ke celana milik Jaehyun.
"Milikmu juga milikku. Berikan!"
Bola mata Anna hampir keluar kala Jaheyun merampasnya kembali. Apa-apaan dia? Malah dia yang lebih galak dari yang punya minuman .Bahkan lebih parahnya Jaehyun menghabiskan isi minuman itu. "Kau tahu diri sedikit! Minumanku bukan untuk kau saja. Sudah minta, tidak tau diri," sindirnya.
Anna menatap kesal dan tajam, sedang Jaehyun hanya menatap acuh seolah berkata, 'apa? Tidak terima?'
Wah, baru kali ini Anna menemukan kembali ekspresi super menjengkelkan dari Jung Sialan Jaehyun setelah sekian lama. Wajahnya saat ini sangat bagus untuk dipukul sampai membiru. Demi apapun, Anna benar-benar ingin memukul orang yang satu ini.
"Orang tampan tidak perlu minta izin kalau mau minum." Heol! Lihat tingkah manusia yang satu ini.
Anna pun langsung beranjak dan masuk ke dalam kamarnya. Entah karena faktor datang bulan atau bagaimana, tapi Jaehyun cukup membuat emosinya naik. Melihat Anna yang mendadak pergi ke dalam, Zena mencubit lengan kanan Jaehyun yang membuatnya meringis.
"Dia kalau marah pasti lama baiknya. Sekarang kau malah memancing dia." Zena melirik lagi ke Anna yang berbaring di tempat tidur dengan posisi membelakangi.
"Biar saja. Nanti juga baik sendiri," jawabnya Sekenanya.
Zena mendelik. "Kau memang tidak berubah. Selalu saja begitu."
"Ya, hanya saja Anna yang berubah sekarang." Zena bisa menangkap rasa sedih yang tersirat dari kata-kata Jaehyun. Iatidak menampik, cara bicara Anna pada Jaehyun yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Lebih terkesan dingin, tidak suka terlibat percakapan, dan terdengar ketus.
"Kau masih belum bilang dengan Anna?"
Jaehyun menatap Zena lama. Tatapan turun menatap meja. Jarinya menggenggam erat kaleng kosong milik Anna yang ia habiskan. Napasnya terdengar berat saat dihembuskan. Membuat Zena mengerti walaupun Jaehyun tidak mengatakan apapun.
"Baiklah aku mengerti. Tapi kau tidak boleh terlalu lama memendam."
Zena membuka ponselnya untuk melihat pesan-pesan yang masuk. "Aku mungkin akan menunggu Anna bilang padaku alasannya pergi dulu, baru aku bisa membicarakan yang satu itu."
Zena berhenti mengetik di atas layar ponselnya. Ia menatap Jaehyun yang sedang menatap punggung Anna.
Kenapa mereka berdua saling tunggu-menunggu?
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Found ; J
Fiksi Penggemar(Up setiap tanggal genap) Jaehyun itu gila. Walaupun sudah lama berteman, tidak ada satupun hal dari Jaehyun yang dapat dimengerti Ana. Jaehyun yang mendominasi dan Ana yang selalu manut mengikuti. Menyuruh Ana mandiri, tapi meminta Ana bergantung...