dialog malam hari

0 0 0
                                    

Hari Sabtu ini Albar sudah ada dirumah Karin, kebetulan ada tugas yang sama karna sama-sama jurusan IPA.

Karin datang dengan membawakan satu gelas susu jahe.

"Ini, susu jahe. Kamu kan suka banget, diminum ya," kata Karin tersenyum hangat.

"Hah, aku gak suka susu jahe Karin, sejak kapan aku suka? Kamu tahu darimana?" Karin mengerjapkan matanya.

'Bukan ini bukan Akbar karin.' batinnya.

"Eh, maaf-maaf sebentar aku bikinin susu yang lain."

"Aku gak suka susu, air putih aja gak papa," jawab Albar, Karin hanya mengangguk.

Tak lama Karin keluar dari dapur, membawakan air minum.

"Emangnya siapa yang suka susu jahe?" tanya Albar yang masih penasaran.

"Hah engga kok, aku lagi inget Ayah aja Al, maaf ya."

Albar mengangguk, ia sudah tahu kalau orangtua Karin sudah pergi meninggalkan Karin sejak kecil.

"Oiya, kamu mau ikut nanti malam ke rumah sakit gak? Kakak cewe aku lagi dirawat, sekalian aku kenalin kamu Rin," Karin bungkam, malam ini ia harus menemani Akbar juga ke rumah sakit.

"Em.. maaf Al, aku hari ini mau nemenin Tante ke luar ikut meeting. Sekalian aku mau di traktir, maaf ya. Titip salam aja buat Kakak kamu," kata Karin berbohong, Albar hanya tersenyum mengiyakan.

'Aku harap kamu gak bohong Karin.' gumam Albar dalam hati.
______________
________

Ia sudah sampai di stasiun, tak lama Akbar menghampiri Karin dengan tangan menenteng kantung kresek yang entah isinya apa.

"Halo Karin, ayo ke rumah kamu," ujar Akbar.

"Dirumah gak ada siapa-siapa, Tante Arum lagi ada kerjaan diluar. Langsung ke rumah sakit aja takut nanti nenek kamu nungguin." kata Karin.

"Padahal aku bawain makanan,"

"Yauda buat kamu aja, ayo jalan keburu malem."

"Tapi kamu udah ijin kan?" Karin hanya mengangguk saja.

Akbar langsung memegang tangan Karin, lalu membawanya menyebrang jalan. Menunggu angkutan umum untuk mengantarkannya kerumah sakit, karna tak jauh dari stasiun.

Karin tersenyum hangat, rasanya kemana pun, sejauh apapun ia jalan berdua dengan Akbar dengan posisi tangannya yang Akbar genggam itu rasanya tak akan terasa jenuh. Jantungnya akan selalu berdebar-debar bila ia bersampingan dengan Akbar.

"Rumah sakit pelita?" tanya Karin, Akbar hanya mengangguk sebagai jawaban.

Akhirnya mereka sampai dirumah sakit, Akbar dan Karin sudah masuk kedalam ruangan neneknya Akbar. Mereka mengobrol cukup lama, dan Karin harus segera pulang sebelum Tante Arum pulang, karna itu adalah janjinya.

Saat dilorong rumah sakit menuju pulang, jantung Karin seolah berhenti sebentar. Ia berpapasan dengan Albar.

"Karin,"

"Al, aku.."

"Ini siapa?" tanya Albar, Karin melihat tatapan kecewa di mata Albar.

" Akbar mas, temen Karin."

Jantung Albar berdetak kencang sebentar, menahan rasa sakit di dadanya. Laki-laki itu yang selalu menjelma diotak Albar.

Karin menatap Albar dengan perasaan tak tega.

"Albar." jawab Albar.

"Hah! Namanya hampir sama loh," celetuk Akbar, yang juga membuat perasaan Akbar bertambah kacau. Benar, Albar tak pernah terpikiran itu.

"Karin? kok diem? Kenapa?" tanya Akbar, Karin tak mau membuat suasana menjadi panas. Lalu ia menarik paksa tangan Akbar.

Albar melihat Karin yang menarik tangan Akbar juga membuatnya kecewa, Albar terasa bukan seperti pacar Karin, tapi selingkuhan Karin.

Saat sampai didepan stasiun, mereka duduk dikursi dekat jalan.

"Kenapa tadi langsung pergi? Pacar kamu ya?" tanya Akbar.

Karin tak menjawab, ia hanya diam dengan perasaan bersalah.

Akbar menghela nafasnya, "Karin jawab aku."

Karin langsung melirik ke arah Akbar, tidak bisa jika Akbar sudah memanggil nama lengkapnya ia cuman bungkam saja.

"Iya, tapi gak papa kok aku udah kenalin kamu ke dia," jawab Karin.

"Aku gak tahu sebelumnya, maaf ya Karin. Gimana pun caranya kamu harus minta maaf sama dia, jelasin ke dia ya Karin, kalau kita gak ada apa-apa." jelas Akbar, kata-kata terakhirnya itu cukup mampu membuat hati Karin teriris sempurna.

Karin menatap Akbar sejenak, seolah ia berbicara kalau benar Akbar tidak memiliki perasaan apapun pada Karin. Setelah membuat Karin layaknya perempuan beruntung, tapi kini, kini berbeda. Karin pergi tanpa berbicara apapun, membuat Akbar menatapnya dengan nanar.

"Karin, kayaknya kamu salah mengartikan hubungan kita." ujar Akbar sebelum meninggalkan tempat itu

KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang