Tok tok tok ...
Ketukan itu bukan berasal dari pintu depan, melainkan jendela kaca kamar Albar.
Albar mengerjapkan matanya, pagi ini hari Minggu dan ia bebas bangun jam berapa saja.
Ia membuka jendela luar kamarnya, tak ada siapapun. Namun...
Meong.. meong...
Albar langsung melihat ke bawah, itu adalah kucing yang baru saja Karin adopsi.
"Cil! Lo ngapain disitu!" Albar langsung keluar kamar, membuat sang pelaku tersenyum puas.
Saat membukakan pintu depan, Karin sudah berdiri dan sambil membawa kucingnya. Albar menghela nafasnya, rasa marahnya muncul lagi setelah melihat Karin. Rasanya memang sangat tidak adil, ia bahkan tidak bisa marah pada Karin.
Karin tersenyum, "Pagi."
Albar membalas dengan senyuman lagi.
"Pagi, masuk Rin.""Mama kamu mana?" tanya Karin.
"Lagi ke pasar, bentar lagi pulang kok. Aku mandi dulu bentar," ujar Albar.
"Al," Albar menoleh, mengerutkan halisnya seolah menjawab.
"Aku mau jelasin soal semalem, aku gak..."
"Karin," ucapan Karin langsung terpotong oleh Albar.
Albar mendekati Karin, lalu menaruh tangannya dikepala Karin.
"Lupain ya, rasa sayang aku ke kamu itu lebih besar dibanding rasa marah aku kemarin. Aku gak mau kamu terus-terusan merasa bersalah, udah ya Lupain, Karin," kata Albar sambil mengelus rambut Karin lembut.
Karin tersenyum hangat, "Makasih Al." Albar langsung mengangguk sambil tersenyum.
"Kesini sama siapa?" tanya Albar.
"Gojek," Albar hanya mengangguk.
"Aku mandi dulu bentar ya," Karin langsung mengerucutkan bibirnya.
"Masa ditinggal," Albar tersenyum, lalu mengacak rambut Karin gemas.
"Cuman sebentar Karin," Karin hanya tersenyum pasrah, Albar yang melihat Karin tak tega.
"Yaudah gak jadi mandi, nanti aja," mendengar itu, Karin tersenyum senang.
Karin mendekat, mengendus-endus tubuh Albar yang membuat dirinya kebingungan.
"Kenapa? Mau cosplay jadi kucing?" Karin menggeleng.
"Enggak bau kok, jadi gak usah mandi," Albar terkekeh, dengan jail ia menarik tubuh Karin ke dalam pelukannya, tak lama kepala Karin Albar selipkan di ketiaknya. Membuat Karin menjerit pengap.
"ALBAR!!" Karin mengerucutkan bibirnya, sedangkan Albar tertawa puas.
"Bau tau gak, bau asem," ejek Karin, Albar langsung mengendus-endus ketiaknya.
"Engga deh, penciuman kamu lagi gak normal kali," Karin tersenyum jahil.
"Becanda, boleh peluk lagi gak?" Albar terkekeh, langsung menarik Karin kedalam pelukannya. Menenggelamkan Karin didada bidangnya. Rasa marah dan kesal itu lenyap setelah Karin memeluknya erat, seolah pelukan itu adalah pelukan permintaan maaf dari Karin.
Jantung Albar menghangat seketika, ia tak henti-hentinya tersenyum sambil memeluk Karin erat, pelukan itu lah yang Albar nanti-nantikan setelah sekian lama.