Chapter 05

289 42 10
                                    

Cedric pergi ke tempat athanasia menunggu tanpa membenarkan penampilannya, padahal nanny-nya sudah teriak-teriak rambutnya berantakan.

Dia membuka ruangan tunggu, dan Cedric bisa melihat sesosok bidadari duduk di sofa ruang tamu itu. Cedric termenung sesaat melihatnya.

'Tunggu, apa? Bidadari?'

"Pangeran."

Cedric langsung tersadar, dan memberi salam "Putri athanasia."

Ruangan menjadi hening, kedua orang itu bingung apa yang harus di lakukan.

"Apa anda ingin jalan di taman?"

"Tentu." Cedric langsung menjawab tanpa ragu.

Pria itu menghampiri athanasia dan menawarkan tangan, dengan ragu athanasia mengambil uluran tangan itu.

(Yh kurang lebih kek gitu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Yh kurang lebih kek gitu)

"Saya tidak Terlalu tahu taman sekitar. Anda bisa membawa kemana saja," ucap Cedric.

Athanasia tersenyum jahil, "Kemana saja?"

Cedric tersentak dan berdeham, "Maksud saya ke taman mana saja."

"Tentu pangeran."

Mereka berjalan ketaman, menikmati pemandangan sembari berbincang dengan santai, layaknya mereka sudah berteman lama. Sekali-kali Cedric menceritakan pengalamannya saat kecil.

"Satu hal yang paling aku ingat... Saat itu aku pertama kali belajar berkuda, aku cukup percaya diri pada awalnya. Ternyata mengendalikan kuda cukup sulit dan aku berakhir jatuh kedalam gorong-gorong."

"Eh? Apa anda baik-baik saja setelah itu?"

"Yah sedikit lecet, dan aku harus mandi berkali-kali untuk menghilangkan bau."

"Pfft.. haha maaf pangeran, itu kecelakaan untuk anda tapi..cukup lucu hahahaha." Athanasia tertawa dengan lembut.

Cedric tersenyum puas melihat gadis itu tertawa, "Tidak masalah, itu memang lucu."

Mereka berjalan sampai kesuatu tempat yang sepertinya sedang mengadakan pesta teh? Yah sayangnya kedua orang itu tidak menyadarinya.

"Eh bukankah itu pangeran Cedric? Bersama putri pertama? dia tampan sekali!"

"Benar! Itu pangeran Cedric, benar-benar rupawan sesuai rumornya, aku tidak memiliki kesempatan melihatnya saat pesta."

Perbincangan itu tentu menarik perhatian Cedric dan athanasia karna cukup berisik. Pada awalnya Cedric berpikir untuk melewati saja, tapi athanasia menahannya.

"Bukankah kita harus menyapanya?"

Cedric memasang wajah bertanya, "Haruskah?"

"Bukannya seperti itu?"

Cedric menaikkan alisnya, "Begitu? Baiklah, ayo."

Keduanya itu mendekati orang-orang yang sedang menikmati pesta teh itu dengan tangan yang masih terjalin.

Salah satu perempuan disana mulai berbisik, "Hey dia kemari!"

"Putri Zenith apa anda dekat dengan pangeran Cedric?"

"E-eh itu.."

"Tampaknya saudari anda sangat dekat dengannya."

"Selamat siang nona-nona dan juga putri Zenith." Cedric dan athanasia menyapa dengan sopan, semua orang yang duduk pun berdiri dan memberi salam kepada mereka.

Cedric hanya mengangguk dengan salam mereka dan athanasia tersenyum.

"Saya tidak tahu ada pesta teh disini." Ujar Cedric.

"Oh, putri Zenith mengundang kami, dan ini juga sambutan untuk putri Zenith, yang sudah lama hilang."

Cedric mengangkat alisnya, 'Tanpa Putri athanasia? Jelas sekali niatnya' dia melirik kearah Zenith.

"Ini sepertinya, adalah pertemuan pertama kita ya putri Zenith? Setelah pesta, itupun kita tidak bertegur sapa."

Zenith tersenyum kaku, "B-benar, apa yang anda lakukan disini dengan saudari saya pengeran?"

"Kami hanya berjalan-jalan."

Kemudian putri berambut cokelat itu menengok kearah saudarinya, "Saya tidak tahu bahwa kamu dekat dengan pangeran Cedric athanasia."

Athanasia tersenyum, "Ya.. kami hanya teman. Kami bertemu di pesta."

"Saya penasaran bagaimana anda dan pangeran bertemu! Rasanya seperti novel romansa, putri dan pangeran yang bertemu di pesta."

"Benar, putri athanasia saya akan senang jika anda mengundang saya di pesta teh anda dan memberi tahu detailnya."

Athanasia terkejut, "I-itu.."

"Benar-benar, saya juga." Seluruh bangsawan perempuan yang ada disana, perhatian mereka berubah kearah sang putri pertama, membuat salah satu orang disana iri.

"Ya, lain kali saya akan mengundang kalian." Athanasia menjawab keributan itu dengan tenang. Para bangsawan perempuan itu memekik senang, berujar tidak sabar dengan undangan athanasia.

Cedric berdeham, "Kalau begitu, bisa kita lanjut perjalanan kita putri?"

"Tentu saja."

Keduanya memberi salam perpisahan dan menjauh dari pesta itu. Keadaannya menjadi hening, tetapi Cedric bisa merasakan kekhawatiran athanasia.

"Apa yang anda khawatirkan Putri?" Tanya Cedric.

"A- itu, pesta tehnya."

"Ada apa?"

"Bagaimana jika ayah saya tidak setuju?.."

Cedric diam sebentar dan menjawab, "Tidak mungkin, dia pasti akan menyetujuinya, pesta teh putri Zenith saja dia setuju kan? Tampaknya pesta itu cukup mahal, dan jujur... Dekorasinya sedikit kekanakan."

"Mengapa anda berpikir kaisar setuju?" Tanya athanasia pelan.

"Karna dia kaisar yang adilkan? Jika dia tidak setuju, julukan kaisar yang adil tidak pantas untuknya."

"Benar... Terimakasih sudah menenangkan saya."

Cedric tersenyum dengan tulus, "Dengan senang hati."

Athanasia tiba-tiba tersentak, yang membuat cedric terkejut, "Ada apa putri?"

"Gaunnya, kebanyakan gaunku.. sedikit tidak pantas jika memakai itu di pesta teh."

Cedric mengingat pertemuan mereka dipesta, memang benar untuk ukuran putri kaisar pakaian Athanasia itu tidak pantas, terlalu kumuh.

"Kalau begitu, bagaimana kita beli sekarang?"

"????"

"Saya akan traktir, anggap saja hadiah ulang tahun untuk anda."

"Eh?"

***

𝙷𝚒𝚜 𝚕𝚘𝚟𝚎𝚕𝚢 𝚙𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎𝚜𝚜 | Wmmap x M!OcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang