Berita soal Marcus kecelakaan sudah menyebar ke seluruh sekolah bahkan berita itu sampai ke telinga Vernon ataupun Ethan. Tampak Mario berlari seperti kecolongan, menghiraukan orang-orang yang menatapnya aneh dia terus berlari menuju tempat teman-temannya berkumpul.
"Woi gue punya berita penting !" Ucap Mario terengah-engah.
"Soal Marcus?" Tanya Vernon.
Mario mengangguk, semua orang mendelik malas. Bahkan satu kota pun tau berita viral ini. "Kalian tau siapa yang udah bikin dia kaya gitu?"
"Aliva." Semua orang langsung terdiam menatap Mario dengan tatapan serius.
"Maksud lo apaan bawa-bawa dia?" Ujar Vernon marah tidak terima jika gadis itu di bawa-bawa dalam masalah ini.
Mario memberikan beberapa lembar poto kepada mereka. Di poto tersebut mereka melihat Marcus yang tengah duduk bareng dengan Aliva di depan sebuah minimarket, lantas kecurigaan pun terjadi.
"Selama ini Aliva udah sekomplotan sama si Marcus buat nyelakai Elina. Kalian tau siapa dalang dari kejadian kemaren? Ya Aliva!" Jelas Mario.
Valentino berdiri dari duduknya. "Kalau mereka sekomplotan kenapa Aliva bikin Marcus kecelakaan? Gak masuk akal bro." Ucapnya masih tak percaya.
"Lo liat poto ini baik-baik! Kalau mereka gak saling kenal kenapa jalan bareng? Kenapa makan bareng?" Jawabnya kesal. Mario melirik Vernon yang sudah mengepalkan tangannya, dia jelas tau kalau lelaki itu sudah tersulut emosi. Lalu tatapannya beralih kearah Valentino. "Gue berasumsi mungkin Marcus gagal jalani perintah nya jadi dia bikin Marcus kecelakaan." Tutur Mario.
Tanpa menunggu lebih lama Vernon bangkit dari duduknya lalu berjalan tergesa entah kemana, mereka yakin kalau Vernon tidak akan diam saja kepada Arena.
Sedangkan di sisi lain Arena tengah tiduran di kursi taman belakang tempat favoritnya jika sedang suntuk, tidur di kelas hanya akan membuatnya pusing karena berisik jadi dia memilih mencari tempat sepi. Pikirannya menerawang kepada seseorang yang dia temui malam itu, Marcus. Entah kenapa setelah di lihat dari dekat wajahnya merasa tak asing.
"Perasaan dulu waktu pertama kali lihat dia kayak nya biasa aja deh, tapi kenapa sekarang wajahnya gak asing?" Gumamnya berpikir.
"ALIVA!!"
Arena terlonjak kaget mendengar suara menggelar itu, dia menolehkan pandangannya mencari sesosok yang sudah berteriak kepadanya. Terlihat seorang princess dengan ke-enam pengawalnya. Berjalan mendekat ke arahnya, dia menebak pasti akan ada masalah yang menyangkut dirinya.
"Gawat nih pasti ada masalah lagi."
Arena menghela nafas berat. "Ada ap.."
"Wey gak kena!"
Tamparan super sakti itu melesat kala Arena memundurkan wajahnya, dirinya sudah bersiaga sebelum para jemaat ini mendekatinya karena pasti akan ada kekerasan yang menimpanya. Matanya melihat puas seseorang di depannya terlihat menahan marah sekaligus malu secara bersamaan.
"Aku salah apa kak Aliva? Kenapa kakak benci sama aku?" Tanya Elina berlinang air mata dengan tangan yang bergetar.
Arena mengerjap bingung celingak-celinguk melihat sekitarnya. Sedangkan ke empat lelaki itu masih diam, membiakkan Elina meluapkan semuanya. "Kenapa kak Aliva terobsesi buat nyelakai aku? Apa salah aku kak? Bilang sama aku!" Ucap Elina mendorong tubuh Aliva.
"Gue? Emnganya gue ngapain?" Tanyanya menunjuk dirinya.
"Aku hampir celaka kemarin gara-gara Marcus," Jawab Elina.
"Terus kenapa nyalahin gue? Yang nyelakain lo itu si Marcus bukan gue.
Gue gak ikutan soal masalah ini!" Ujarnya Arena tak mengerti."Lo jangan munafik anjing!" Ucap Mario menggerutu, karena sedari awal hebohnya berita ini dia lah yang menunjukkan sikap gak sukanya kepada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIK
Humor⚠️Transmigrasi area Arena seorang gadis biasa, prik dan tak ada sesuatu yang hebat dari dirinya entahlah apa yang harus di banggakan? Tapi mungkin satu hal ini bisa menjadi kebanggaannya. Di usianya yang masih remaja ia bekerja paruh waktu untuk me...