prelude: hutang sembilan ratus ribu

805 73 3
                                    

bintangnya kak jangan lupa

*

Kalau Kalandra disuruh memilih opsi antara tidur di luar atau dipukul Ayah karena nggak sengaja memecahkan piring, Kalan lebih suka sama pilihan pertama. Sejujurnya, enggak benar-benar suka. Tapi sejak pipinya selalu kelihatan membiru dan bekas luka nggak memudar semudah menimpa tipek di kertas ulangan, kedinginan jauh lebih baik daripada harus ditanya guru pada keesokan paginya, Kalan habis tawuran ya? He, tawuran apanya? Menatap mata nyalang Ayah saja Kalan tidak berani.

"Sini kamu! Sini!"

Ayah selalu menariknya ke depan jendela kalau sedang marah atau Kalan tidak sengaja buat salah. Lalu secepat cahaya matahari yang memantul ke cermin, secepat itu pula kemarahan Ayah dirensonasikan dengan sabetan sabuk dan satu-dua tamparan yang nggak pernah gagal bikin Kalan meringis kesakitan.

Rasanya sudah seperti berada di dalam camp penyiksaan. Bahkan mungkin lebih baik kalau sekalian Kalan jadi tahanan perang yang dipenggal keesokan paginya. Siapa tau setelah itu, tidurnya nggak akan terganggu dengan suara adu argumen Ayah dan Bunda. Perlu diketahui, kalau sudah jadi rahasia umum para tetangga, rumah nomor 42 itu langganannya ditegur Pak RT karena berisiknya sudah sampai level menganggu ketenteraman umum.

Bunda masih sibuk menyusui adiknya yang rewel. Jelas perempuan itu nggak akan peduli, memang sejak kapan Bunda pernah menaruh atensi selain pada barang-barang lucu dan pernak-pernik bayi?

Delapan menit berlalu sejak Ayah menghukum Kalan. Cowok itu mati-matian menahan air matanya agar nggak pecah lalu turun membasahi pipi. Hal itu membikin matanya jadi kelihatan sembab dan memerah. Info lain yang nggak penting-penting amat, sebenarnya kalau Ayah lihat anaknya menangis, Kalan sadar betul akan resiko terbangun di rumah sakit lalu diberi titel oleh berita lokal sebagai korban kekerasan. Buat Kalan, itu terdengar memalukan.

*

Sean menepikan mobil ke bahu jalan sewaktu ponselnya ting tang ting tung karena spam chat yang masuk. Waktu liat dari pop up notifikasi kalau istrinya menimbun belasan pesan, Sean segera berdoa semoga dompetnya enggak kurusan bulan ini karena duitnya dipakai buat nonton cowok K-pop yang konsernya sering menjamur akhir-akhir ini.

<3
sayangggg
yangggg
ayanggg
p
p
p
p
hehhh
dompet kamu ketinggalan lagi
di atas meja
ayooo balik
seannnn
jangan dikacangin dulu ihhh

hah?
perasaan udah aku bawa
eh?
loh iya di celana nggak ada
GIMANA INI

<3
YA PULANG
DIAMBIL
kamu kira dompet punya kaki bisa jalan sendiri???

aih udah setengah jalan
tanggung 😟
bentar aku ada ide

Sebenarnya ide yang satu ini sama aja dengan bunuh diri, soalnya dari cerita-cerita yang sering seliweran di dunia maya, nagih utang itu bisa beresiko kematian kalau yang ditagih otaknya pernah kecemplung di lubang kloset lalu masuk ke tempat sampah dan dipungut lagi karena ternyata di dunia ini nggak ada yang jual otak serep, jadi mau nggak mau ya terpaksa dipakai ulang.

Sebelum membelokkan mobilnya ke sebuah gerbang kompleks, Sean berdoa supaya sehabis ini nyawanya masih menempel di raga, kalau amit-amit aja dia mati muda, kasian Lylac jadi janda.

Di malam hari, kompleks ini kelihatan sepi. Meski sebenarnya kalau siang nggak seramai itu juga, Sean sih waspada aja kalau misalnya nanti dia dibacok kan bisa minta tolong tuh sama tetangga. AH NETHINK MULU BAPAK ANAK TIGA INI!

Dainty Child - HunsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang