bitangnya kak jangan lupa
-
Pagi baru dimulai saat Lylac merasakan kakinya terasa berat. Membersamai bunyi alarm yang berdering kontinu, perempuan itu menggeser posisi tidur Mansyur dan Cosmos yang sepertinya telah menindih kakinya selama beberapa jam. Akibatnya pegal menjalar di seluruh kakinya.
Perempuan itu menuju ruang tengah, hanya untuk menemukan bagaimana Sean dan Kalan tertidur pulas di atas karpet dengan sekotak permainan monopoli yang belum dibereskan. Selimut yang tadi malam ia pakaikan hijrah satu meter lebih jauh dari letaknya sebelumnya. Bikin Lylac menghela napas dan menimpakannya kembali ke tubuh mereka. Perempuan itu juga turut menurunkan suhu pendingin setelah dia sadar bagaimana di sela-sela tidurnya, Sean sempat menggigil seperti anak anjing yang tak tahan dengan suhu musim dingin.
Dilihatnya Kirin dan Maspion juga tertidur bersama di atas sofa. Nyenyak sekali sampai-sampai Lylac jadi takut tubuh mungil Maspion kegencet Kirin yang proporsi badannya segede gaban.
Namun perempuan itu memutuskan buat nggak memisahkan mereka, biarlah begitu saja. Selanjutnya, tangannya membereskan permainan monopoli yang tercecer di atas karpet dengan cermat dan cekatan.
"Kamu pulas banget tidurnya."
Tangannya mengelus pelan surai Kalan yang sedikit berantakan. Bikin bocah itu sempat menggerakkan kepalanya seperti enggan disentuh, tapi Kalan juga enggak menolak. Lylac rasa, Kalan nyaman-nyaman saja, tuh.
Sembari menulis surat ijin yang tulisannya sengaja dibikin tegak bersambung supaya guru-guru yakin kalau surat ini beneran bikinan "orang tua" bukan ngadi-ngadi buat bolos semata, Lylac memilih hanyut dalam suara denting piano yang terputar dari ponsel juga aroma obat nyamuk oles yang entah bagaimana, bisa membawanya menyelam ke beberapa tahun di belakang.
Tau enggak kalau menurut Lylac aroma obat nyamuk tuh, kayak aroma rumah sakit pas pagi-pagi?
Rasanya jadi kangen sama Mama yang menjaganya waktu kena demam berdarah di rumah sakit dulu. Lylac terlambat menyadari betapa sayang perempuan itu kepadanya. Rasa cintanya baru bisa diakumulasi ketika wanita itu sudah tidak ada. Ia terlanjur menyatu dengan Bumi dan rerumputan yang sudah tidak segar lagi.
Seminggu sekali atau dua minggu sekali, Lylac akan mengunjungi makam ibunya. Matanya akan selalu memandang lamat epitaf batu nisan yang tidak luntur oleh panas dan hujan. Lalu kemudian, menangis tanpa suara.
Apa semua ibu di dunia ini memang ditakdirkan untuk tidak pernah dihormati? Atau Lylac saja yang tidak pernah pantas untuk jadi seorang anak dari orang tua yang sebaik ini?
Lylac selalu merasa ... dia tidak pernah pantas untuk jadi anak Mama.
Masih jelas di pikirannya bagaimana dia marah-marah ke Mama di pagi hari hanya karena perempuan itu tak punya cukup uang untuk membiayai lesnya di tempat yang sejatinya membutuhkan cukup banyak dana. Mama mungkin cuma mampu buat memberinya bimbel tidak terkenal yang brosurnya tidak pernah sekalipun seliweran di sekolahan. Tapi Lylac maunya beda sama Mama, soalnya teman-temannya kebanyakan les di sana, dan perempuan itu enggak mau terpisah dari mereka.
Awalnya, Lylac berpikir untuk meminta bantuan Papa. Kedua orang tuanya memang sudah bercerai, satu hal yang selalu membuat Lyl mengutuk mamanya tiap dia bangun dari tidur. Tapi ternyata Mama menyetujui permohonannya, sebagai seorang remaja egois yang terpengaruh oleh arus ibukota, hari itu Lyl tidak pernah tau bagaimana Mama mengorbankan segala hal yang dia punya untuk anak perempuannya.
Kalau Lyl bisa kembali di masa lalu, mungkin dia bakal menampar dirinya sendiri berkali-kali lalu menangis dan meminta dirinya
bersujud di depan kaki Mama dengan segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dainty Child - Hunsoo
RandomMay we raise children who love the unloved things---the dandelion, the worms and spiderlings. Children who sense the rose needs the thorn and run into rainswept days the same way they turn towards sun. And when they're grown and someone has to speak...