bintangnya kak jangan lupa
-
Sean membiarkan dirinya rebah di atas tempat tidur ketika dia dengar suara tawa Kalan dan Lylac yang sedang bermain dengan anjing-anjingnya di ruang tengah.
Lima menit berlalu, Sean membiarkan suara itu mereda tanpa sedikit pun tendensi untuk bergabung bersama mereka. Selanjutnya, Sean dapati Lylac berdiri di ambang pintu dengan seutas senyum yang masih semanis biasanya.
"Kamu kalau diam begini, aku malah enggak suka."
"Bukannya kamu pernah bilang aku lebih ganteng kalau lagi diam?"
"Memang, sih. Tapi itu membuat kamu kelihatan seperti sebuah manekin enggak bernyawa, atau laki-laki brengsek yang hobinya keluar-masuk kelab lalu pulang dengan bekas lipstik di sekujur leher dan badan."
Sean terkekeh hingga pada sekon selanjutnya, dia biarkan Lylac menelusup di sampingnya dan merebahkan kepala di pahanya.
"Manja."
"Biarin."
"Jangan minta maaf lagi, udah cukup buat malam ini."
Sean nggak pernah suka mendengar kata maaf keluar dari bibir Lylac.
"Kamu tau kalau aku enggak akan pernah merasa puas sama diriku sendiri. Gara-gara aku mimpimu jadi hancur dan kata maaf rasanya nggak akan cukup buat menebus dosa-dosaku."
Namun perempuan itu akan selalu menggumamkannya tiap-tiap malam sebelum ia tertidur, dan mengecup bibir Sean secepat kilat, nyaris hanya sepersekian detik. Meski perempuan itu menyadari di kepalanya sendiri nggak ada artinya mengucap maaf pada si laki-laki.
"Bukan salah kamu kita belum punya anak."
"Ya ... kepikiran aja. Kalau istrimu bukan aku, pasti kamu udah punya bayi-bayi yang lucu."
"Kalau istriku bukan kamu, aku enggak mau. Aku bakal protes sama Tuhan. Kalau perlu sebelum kamu lahir ke dunia, aku hadang kamu di depan pintu surga, supaya kalau kamu enggak ketemu aku di kehidupan yang ini. Kamu tetap ada di sana sebagai sebuah harta paling berharga."
"Bidadari ya, maksudnya?"
"Ah, enggak. Siapa bilang? Kamu yang jadi keset welcome kalau ada di sur---"
Terlalu kesal, Lylac refleks lempar bantal dan bikin Sean ketawa habis-habisan.
Sialan! Bisa-bisanya malah ngelawak padahal suasananya udah romantis!
"Tapi beneran, kalau istriku bukan kamu, aku enggak mau."
"Ya, terserah. Kamu diam aja dari tadi kenapa?"
"Nggak papa."
"Bisa-bisanya tukang bohong spek iblis kayak kamu dapet bidadari macam aku."
"Maksudnya keset welcome?"
"Sean!"
"Oke! Jangan lempar bantal! Mukaku belum diasuransikan ini!
Setengah kesal, akhirnya Lylac menurunkan bantal yang sudah diancang-ancang bakal dia lempar,
dan Sean memulai ceritanya.
"I see my younger self in him. And just see how his empty eyes gave me a box of loneliness made me think, do I really worth for being here?"
Sean menjeda kalimatnya. Membaginya jadi dua paragraf saat dia sadar, Lylac memperhatikannya begitu lamat.
"Am I really deserve you? Or there's someone outta here better than me so he could give you everything that I couldn't. You deserve the whole world, something that you can't have when you're stuck here with me."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dainty Child - Hunsoo
RandomMay we raise children who love the unloved things---the dandelion, the worms and spiderlings. Children who sense the rose needs the thorn and run into rainswept days the same way they turn towards sun. And when they're grown and someone has to speak...