bintangnya kak jangan lupa
-
Sore hari ketika langit disepuh oleh cahaya jingga kemerahan saat matahari sudah hampir tenggelam, Kalan terduduk di kursi penumpang bagian belakang dengan kepala yang jatuh lemas membentur jendela mobil. Matanya menatap nanar sewaktu Lylac bicara pada Bunda, perempuan itu memang menampilkan raut wajah sedikit terkejut tapi Bunda kelihatan nggak tertarik untuk bertanya lebih lanjut. Sudah bisa ditebak, soalnya Bunda enggak pernah kelihatan peduli sama sekali.
Ayah, wajahnya kelihatan sedikit berang. Pada awalnya, laki-laki itu seperti enggak mau memberi ijin. Tapi entah apa yang dibicarakan Lylac sampai wajah Ayah jadi melunak hingga berubah lebih kalut dari biasanya. Mungkin perempuan itu menyangkut-pautkan tetek bengek soal hukum dan sesuatu yang berhubungan dengan kepolisian. Setelah pembicaraan tidak mengenakan antar kedua belah pihak yang seringnya didominasi oleh Lylac, ijin berakhir diberikan tanpa harus menimbulkan adanya perseteruan.
Walaupun harus disertai dengan hela napas kasar dan kata-kata yang tidak terlalu ramah buat didengar, Lylac bersyukur dia bisa membawa Kalan pulang. Setidaknya, bocah itu aman sekarang.
Saat netra Kalan nggak sengaja menatap wajah Sean dari spion dalam mobil, ada nyeri yang merambat di ulu hatinya. Dia tidak mengerti mengapa air mata jatuh begitu saja dari ujung matanya, seperti ada sesuatu yang membakar dadanya dan itu menyebabkan likuid bening meleleh dari kenari warna cokelatnya. Mobil tidak berhenti, tapi pertanyaan bertubi dari Lylac mengapa Kalan menangis membuatnya berasa lagi terbaring di padang rumput hangat dan enggak mau terbangun meski dibakar matahari.
Lylac terus bertanya kenapa bocah itu menangis. Sean juga nampak sedikit khawatir, namun laki-laki itu bungkam. Selama perjalanan, Kalan juga memilih diam. Kepalanya terasa berat, tapi langkahnya begitu ringan ketika keluar dari mobil. Seolah-olah mulai dari sekarang, beban berat di pundaknya telah diangkat.
Rasanya ... sedikit lebih baik dari sebelum-sebelumnya.
Kenapa ya meninggalkan rumah bisa sebahagia ini rasanya?
Mengapa tidak dari dulu saja Kalan melakukannya.
Kalan tau ini kalimat mainstream, tetapi rasanya ... seperti hidup untuk pertama kali. Rasanya ... seolah-olah lahir kembali dan jadi seseorang yang belum genap berada di dunia barang sehari.
"Kal, Tante Lyl aja yang bawain."
Sewaktu Lylac mengambil alih tasnya, atau berjongkok di depan Kalan seraya membersihkan sisa-sisa air mata. Bocah itu kehilangan oksigen di paru-parunya. Hal ajaib baru dimulai ketika Lylac menyuarakan kalimat, Kalan seolah lupa bagaimana caranya bernapas.
"Anak baik nggak boleh sedih. Anak baik kayak Kalan harus terus bahagja, ya? Senyumnya mana dong."
Kalimat Lylac membawa Kalan untuk menelusuri tahun-tahun di belakang. Apa pernah seseorang mengatakan hal itu padanya? Apa pernah seseorang menyuruhnya untuk jadi bahagia? Sepertinya tidak. Lyl yang pertama mengucapkan kalimat itu padanya. Dan Kalan bahagia, Lyl jadi yang pertama mengucap kalimat itu untuknya.
Tangannya diselimuti kehangatan saat Lylac menggandengnya, seusai dari basement perempuan itu juga tak melepas tangannya barang sedetik. Pun saat berada di depan sebuah lift yang sedang dalam masa perbaikan dan tidak bisa digunakan, Lylac tidak melepas. Tidak juga ingin memutus hangat.
"Yah, masa naik tangga? Sewa buroq aja yuk biar cepet."
"Tangga doang loh, Lyl. Emangnya kamu mau aku gendong?"
Kalimat Sean membawa decakan keluar dari bibir Lylac. Ya kali digendong, yang ada sebelum sampai ke lantai di mana unit mereka berada, Sean sudah lebih dulu pulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Perempuan itu lalu bertanya kepada Kalan, apakah dia mau naik tangga atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dainty Child - Hunsoo
RandomMay we raise children who love the unloved things---the dandelion, the worms and spiderlings. Children who sense the rose needs the thorn and run into rainswept days the same way they turn towards sun. And when they're grown and someone has to speak...