Chapter 20 Jangan Pergi

213 30 9
                                    

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

Ricky sudah bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat, walau masih tertatih-tatih. Ia sudah berniat dan berjanji pada diri sendiri tidak mau menyusahkan orang lain.

"Den Iky," panggil Pak Joko.

"Ada apa Pak Joko?" tanya Ricky yang tengah duduk di ruang tamu.

Pak Joko melangkah pelan ke tempat Ricky berada. Ia tersenyum lebar melihat perkembangan anak majikannya yang sudah di anggap seperti anak sendiri.

"Den Iky, ayo ke meja makan. Bi Inah sudah memasak kesukaan aden." Pak Joko menjawab.

"Wahh... dalam rangka apa Pak, Bi Inah masak kesukaan Iky," balas Ricky senang.

"Merayakan Den Iky sudah bisa sehat dan bisa berjalan lagi," jawab Pak Joko tersenyum.

"Alhamdulillah... terimakasih Pak Joko dan Bi Inah," ucap Ricky tersenyum bahagia.

Ricky pun dibantu Pak Joko berjalan pergi menuju ke meja makan. Ia sungguh bahagia memiliki orang-orang baik di sekitarnya.

__08__

Setelah Farhan bertemu dengan sang Kakak kandung bernama Tian, Farhan memilih untuk kembali ke ruangan Zweitson di rawat. Kondisi Zweitson menurut dokter masih dalam keadaan kritis.

"Han, gue berharap sahabat lo cepat sembuh," ucap Tian menepuk bahu kanan Farhan pelan.

"Makasih ya Bang. Ini semua salah gue, andai waktu itu gue nggak tinggalin Zweitson sendiri di taman. Mungkin saat ini dia bisa kumpul bareng kita dalam keadaan sehat," balas Farhan lirih. Ia sampai menitihkan air mata sedih.

"Lo nggak boleh salahin diri sendiri. Ini mungkin sudah takdir dari Tuhan dan lo harus kuat serta tabah menjalani cobaan ini. Gue yakin lo pasti kuat!"

Perkataan dari Tian membuat Farhan merasa bersalah. Ia mengepal kedua tangan erat menahan kesedihan dan penyesalan menjadi satu.

"Han... gue dulu juga pernah mengalami satu kesalahan yang sangat fatal. Gue harus kehilangan orang yang tulus dan mencintai gue karena kebodohan yang menjerumus diri ini ke lubang penyesalan," ucap Tian. Ia mengelus punggung Farhan pelan menyalurkan kehangatan.

"Makasih ya Bang Tian. Setelah masalah ini kelar, gue berjanji bakal melindung orang-orang yang gue cintai." Farhan tersenyum tipis.

Tian memeluk pelan tubuh Farhan. Ia percaya bahwa di setiap penyesalan akan ada jalan terbaik ke depannya.

"Uthe... maafin gue." Tian membatin.

Tiba-tiba layar monitor Zweitson berbunyi dan menyala kemerahan kedap-kedip. Farhan dan Tian langsung memanggil dokter jaga ICU dengan menekan bel di sebelah tempat tidur Zweitson terbaring lemah.

Tak lama datanglah sang dokter serta beberapa perawat. Salah satu perawat menyuruh Farhan dan Tian untuk menunggu di luar.

"Maaf ya Mas, kalian tunggu di luar. Kami akan menangani pasien secepatnya."

Perawat bernama Andini berkata dengan sopan. Awalnya Farhan ingin tetap di dalam, namun Tian langsung mencegah hal itu terjadi.

"Sus! Apa yang terjadi dengan Zweitson?!" tanya Farhan penuh rasa takut. Ia tak ingin kejadian Ricky beberapa bulan lalu terulang kembali.

"Saat ini pasien dalam kondisi kritis. Mas Farhan tolong doakan yang terbaik untuk kesembuhan pasien. Saya permisi dulu," jawab Suster Andini lembut tanpa menunggu jawaban dari Farhan.

E.I.G.H.T 3 (Mystíria Pazl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang