Disclaimer!
- ini adalah Fiksi
-mpreg
-BXB
-lokal storyLee Haechan as Aidan Bhakti Bratakaya
Mark Lee as Deon Dhanurendra
---
Aidan, pemuda yang baru genap berusia 20 tahun kemarin lusa itu menatap benda panjang pendeteksi kehamilan yang berada di tangannya. Air mata yang jatuh perlahan membasahi pipi tembam nya bahkan ia hiraukan, lebih memilih menatapi benda tersebut dengan tatapan nyalang.
Kepalanya ribut, jantungnya berdegup lebih cepat daripada biasanya. Bagaimana ini? Hanya itu satu-satunya yang bisa ia tanyakan pada dirinya sendiri. Ada satu nyawa yang berada dalam dirinya sekarang, tangannya tanpa sadar ia letakkan di atas permukaan perutnya yang rata. Detik selanjutnya Aidan menangis dengan kencang, menangisi keadaan yang sebenarnya tidak ada gunanya.
Nasi sudah menjadi bubur dan sesal memang selalu datangnya belakangan. Banyak sekali beban yang ia tanggung selama ini, jadi kalau sudah begini siapa yang salah? Diri sendiri adalah jawaban yang paling pasti.
Aidan, kamu bodoh!
Satu kata yang Aidan ucapakan terus menerus di dalam hatinya. Air mata tak berhenti, sesak semakin menjadi.
Telpon berdering, Aidan berdiri, langkahnya terseok mengambil beda pipih yang bahkan tak sanggup ia ganti, layar retak, bahkan sebagian layar tak bisa di sentuh sama sekali. Handphone pemberian ayah sedari 4 tahun lalu itu Aidan jaga baik-baik jangan sampai bertambah rusak lagi.
"Aidan, kamu sudah makan nak? Demamnya sudah sembuh? Adik bilang kemarin demam?"
Aidan mati-matian tahan tangisnya saat mendengar suara lembut sang ibu. Ia tak sadar mengangguk, seolah mengiyakan, sesuatu yang sebenarnya sia-sia sebab Ibu tidak akan tahu sampai kapanpun itu.
"Nak?"
"Sudah bu, Aidan sudah sembuh."
Ibu tak langsung menjawab, mungkin beliau tengah keheranan kenapa suara anak sulungnya jadi parau begitu. "Aidan baik-baik aja?"
Pecah sudah tangisan Aidan ketika mendengar pertanyaan tersebut, ingin sekali rasanya Aidan mengatakan kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Anak sulung kebanggaan Ibu dan Ayah ini sudah merusak nama keluarga, anak sulung yang diberi banyak harapan ini sudah rusak masa depannya sendiri lewat janin yang ada di perutnya.
Karena Aidan tak kunjung menjawab, panggilan suara teralih menjadi panggilan video, Aidan dengan ragu mengangkat panggilan tersebut. Menyusun jawaban apa yang harus ia beri ketika Ibu nantinya bertanya perihal dirinya yang menangis dengan begitu hebatnya.
"Nak?"
"Ibuu.." Aiden tersedu, ia menatap sedih wajah khawatir Ibu di layar handphone miliknya. Tidak tahu bagaimana caranya meminta maaf atas apa yang sudah ia lakukan, bagaimana bisa dia menyakiti hati Ibu terbaik yang ia punya ini?
"Lho, Dan.. kamu kok nangis kejer gitu sih? Kenapa nak?" Tanya Ibu dengan nada penuh kekhawatiran. "AYAH.. KAK AIDAN NIH, NANGIS KAYAK ORANG DITINGGAL MATI!" Suara si bungsu terdengar, bertambah membuat Aidan menangis sejadi-jadinya. Bagaimana bisa dia menjadi kakak yang buruk untuk adiknya?!
"Lho anak ganteng Ayah kenapa nangis? Ada yang nakalin Idan? Mana-mana? Sini biar tak pukul.. berani-beraninya nyakitin anak ayah!"
Kalau biasanya Aidan akan tertawa kali ini tangisan semakin Aidan perdengarkan. Dipikirannya sekarang adalah bagaimana nanti kalau orang tuanya tahu tentang keadaannya saat ini?
"Apasih kak! Nangis terus, jelek tahu!"
Aidan berhenti menangis, ia menatap satu persatu wajah berharga yang ia punya dari layar handphone miliknya, mengucapkan banyak kata maaf walau hanya di dalam hati.
"Banyak tugas, capek banget."
Ibu tertawa, ternyata ini alasannya. "Kirain ibu tadi kenapa, Idan.. Idan, kalau capek ya istirahat, jangan di paksa, guyurin aja lah. Nanti juga selesai sendiri, enjoy lhooo."
Aidan mengangguk, lantas mengelap pelan sisa-sisa air mata miliknya, padahal kalau dilihat-lihat ya percuma, karena tangisannya tak mau berhenti seperti air terjun.
"Yaudah, nanti lagi ya bu.. Aidan mau lanjut tugas."
"Iya, baik-baik disana ya, nak. Jaga diri."
Panggilan terputus, Aidan kembali menangis setelahnya. Jaga diri.. katanya. Aidan telah gagal, karena sekarang dirinya sudah rusak bahkan teramat dalam.
---
"Deon!"
Hari ini Aidan putuskan untuk menemui kekasihnya. Entahlah, Aidan sendiri tak mengerti mereka ini masih sepasang kekasih atau tidak. Hubungan mereka belakangan ini tidak tahu akan dibawa kemana, tergantung, antara lepas atau dilanjutkan.
Pemuda yang di panggil namanya menoleh, setelah mengetahui siapa yang memanggil tubuh pemuda itu berbalik sepenuhnya. Alisnya terangkat, menatap Aidan dengan tatapan tanya.
"Aku mau ngomong."
"Ngomong apa? Kalau gak penting gue gak mau."
"Penting."
Deon lagi-lagi menaikan sebelah alisnya, "soal?"
Aidan tetap sabar walau di perlakukan secuek ini, "kamu ikut aku dulu aja, gak bagus di omongin di sini."
Deon terkekeh, seperti meremehkan, "apaan banget emangnya?"
"Deon, please."
"Gak deh, gue sibuk." Setelahnya pemuda itu berbalik, hendak meninggalkan Aidan dengan tatapan kesal miliknya. Karena itu Aidan sedikit berlari untuk mengejar langkah Deon yang lebar-lebar.
"Aku hamil." Ujarnya kemudian, mati-matian Aidan tahan tangisan, tangannya sudah terkepal, pandangan sudah memburam.
Harapan-harapan yang tadi Aidan ucapkan memang hanya akan menjadi sebuah harapan ketika Deon hanya menarik sudut bibirnya lalu tertawa, tawa kecil yang membuat Aidan ingin menangis sejadi-jadinya kalau ia tak ingat mereka sedang berada di mana.
"Terus?"
Aidan tak habis pikir, hanya itu yang Deon berikan sebagai jawaban. Bahkan ini tidak juga bisa di katakan sebagai jawaban atas fakta yang Aidan berikan.
"Aku hamil anak kamu, yon. Dan respon kamu cuman kayak gitu?"
"Ya terus kenapa kalo hamil anak gue? Lo pikir gue mau tanggungjawab?"
Air mata turun berlomba-lomba dari mata sembab milik Aidan, tak menyangka kalau jawaban yang diberikan Deon begitu menyakitkan.
"Tapi.. ini anak kamu." Aidan berucap dengan lirih, menatap Deon dengan tatapan nelangsa miliknya. Jujur, Aidan lelah sekali.
"Ya terserah, kalau lo mau tinggal gugurin aja. Beres." Setelah mengatakan hal itu, Deon berlalu begitu saja. Tanpa Aidan ketahui bahwa teman-teman Deon kini menatapnya dengan tatapan tak bisa terbaca.
====
Yeaayy, cerita baruuu.. semoga kalian suka yaaaa
Ohh yaa, tolong dinget loh namanyaa
See youuu 💚💚💚
![](https://img.wattpad.com/cover/315302020-288-k851718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dipaksa Dewasa | Markhyuck
FanficMenjadi dewasa memang menyenangkan, tapi di dewasakan oleh keadaan lebih terasa menyenangkan. Lika liku kehidupan seorang pemuda, dewasa sebelum waktunya. . . . Warn! 📌Cerita Homo alias BxB 📌Bahasa Lokal 📌Jangan salah lapak yaa sayyy