"Deon!!"
Deon terlonjak kaget, bahkan pemuda itu langsung berdiri dari tidurnya karena teriakan kesal yang kekasihnya itu suarakan. Kepalanya sedikit pusing, tapi sebisa mungkin ia dahulukan Aidan yang menatapnya dengan tatapan kelewat tajam. Deon jadi takut sendiri sekarang, dia takut cintanya ini marah.
"Iya, Ai? Apa sayangku?" Tanyanya dengan senyum semanis mungkin, walau ia tidak tahu alasan pasti kenapa Aidan menatapnya horor seperti ini, ia harus tetap tersenyum di tengah luapan amarah sang kekasih.
"Astaga! Kamu kelupaan sesuatu gak?"
Pertanyaan Aidan jelas membuat Deon berpikir dengan kritis, apa yang dia lupakan? Deon rasa sih tidak ada, dia tadi hanya bermain game di handphone miliknya sambil merebahkan diri di karpet ruang tamu kosan Aidan, lalu setelahnya ia tertidur.
"Gak tuh, Ai. Emang apaan?"
Aidan menepuk keningnya pelan, pusing sekali dia dengan kekasihnya ini. Tangannya ia letakkan di atas pinggang, lalu layangkan tatapan lelah miliknya.
"Coba di inget-inget, tadi aku minta tolong buat apa?"
Lagi, Deon berpikir untuk yang kedua kalinya, alisnya mengkerut menandakan bahwa Deon memang tengah berpikir keras sekali, maklum.. baru bangun tidur jadi nyawanya belum kumpul.
"ASTAGA AIII! YA AMPUN MAAP-MAAP!" Detik selanjutnya Deon sudah berlari dengan cepat menuju dapur, dia lupa kalau dia sedang memasak air untuk membuat susu tadinya. Meninggalkan Aidan yang hanya menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan tingkah kekasihnya.
Tak lama Deon sudah kembali, dengan napas yang beraturan menatap protes ke arah Aidan. "Kompornya udah mati."
"Ya iya udah mati, kalo masih hidup kebarakan ini kostan. Semua gara-gara siapa? Kamu!"
Aduhh.. sepertinya niatan Deon untuk protes adalah sebuah kesalahan, sebab apa yang di katakan Aidan memang benar adanya. Lagi pula ini memang murni kesalahannya, dan seharusnya Deon bersyukur sebab Aidan datang dan mematikan kompor tersebut, kalau tidak bisa saja terjadi hal yang buruk kedepannya.
"Airnya gimana?"
"Ya habis! Pancinya aja udah hampir gosong."
"Maaf."
Hanya itu yang dapat Deon sampaikan, karena Aidan dengan kemarahannya adalah hal yang tak bisa Deon lawan. Ngeri! Aidan kalau marah sebelas dua belas dengan sang mama soalnya.
Sedangkan Aidan yang melihat Deon menundukkan kepalanya kini menghela napas panjang miliknya. "Iya, di maafin. Masak lagi sana."
Dengan cepat Deon mengangguk, lalu sehera berjalan cepat menuju dapur, kembali memasak air serta mematri dalam ingatannya agar tidak lupa kembali.
"Laper. Makan apa ya yang enak?" Pertanyaan random yang keluar dari mulut kekasihnya Deon tanggapi sembari mendudukkan diri kembali.
"Liat-liat aja dulu, Ai, siapa tau ada yang suka."
"Gak pengen gofood, lagi pengen masak."
Deon mengangguk, matanya menatap ke atas sekolah berpikir makanan apa yang sekiranya enak untuk mereka buat juga makan menjelang sore ini.
"Yang simple aja, gak usah yang ribet, Ai. Nanti kamu capek."
Aidan memutar bola matanya malas, ia terkadang suka heran dengan kekasihnya ini, padahal dirinya kan hanya memasak, apalagi hanya untuk dua orang saja, jadi masalah capek atau tidaknya tidak akan Aidan rasakan. Apalagi ketika melihat bagaimana ekspresi yang Deon tunjukkan setiap melahap makanan yang ia buatkan menambah kesan tersendiri bagi Aidan.
![](https://img.wattpad.com/cover/315302020-288-k851718.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dipaksa Dewasa | Markhyuck
FanfictionMenjadi dewasa memang menyenangkan, tapi di dewasakan oleh keadaan lebih terasa menyenangkan. Lika liku kehidupan seorang pemuda, dewasa sebelum waktunya. . . . Warn! 📌Cerita Homo alias BxB 📌Bahasa Lokal 📌Jangan salah lapak yaa sayyy