16. Hancur

1.7K 122 21
                                    

"Pulang, dan. Kamu gak bisa kayak gini terus, makin lama makin besar perutmu." Tegur Raffa setelah Aidan selesai telponan dengan keluarganya.

Aidan gelengkan kepala atas respon yang ia berikan mengenai perkataan yang Raffa lontarkan. Ia belum siap, masih terlalu takut untuk jujur mengenai kondisinya yang tengah berbadan dua.

"Terus kamu mau gimana? Tetep disini terus sampe bayi nya lahir? Atau mau ngerantau jauh lagi biar orang tua mu gak tahu kalau mereka mau punya cucu?"

Aidan menoleh dengan mata berkaca-kaca miliknya, "kamu gak tahu raf gimana jadi aku! Kamu gak ngerasain gimana jadi aku! Jadi stop cecar aku buat ngaku sama orang tua, aku beneran pusing dengernya!" Jawab Aidan menggebu, buat Raffa yang mendengarnya menunduk, hati nya sedikit sesak mendengarnya.

Mungkin memang saran darinya terlalu terkesan terpaksa bagi Aidan, dan Aidan benar ia tidak berada di posisi yang Aidan rasakan sekarang. Tapi ia tahu betul apa yang Aidan rasakan, takut, gelisah, dan kecewa pada diri sendiri.

Bagaimana tidak? Siapa sih yang tidak merasa takut dan resah ketika mengetahui dirinya tengah mengandung, apalagi bayi yang hadir dalam perut sahabatnya ini merupakan hasil dari kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan.

Mau tidak mau Aidan dipaksa untuk menjadi orang tua sebelum waktu yang Aidan sendiri inginkan, lalu dipatahkan pula dengan Deon yang tak mau pertanggung jawabkan apa yang seharusnya laki-laki itu perbuat bersama dengan Aidan.

Tapi kalau tidak jujur sedari awal, rasa kecewa yang orang tua Aidan akan dapatkan akan lebih besar nantinya. Kalaupun nanti setelah Aidan berbicara dan orang tua Aidan tidak terima apa yang terjadi dengan anaknya dan minta sebuah pertanggung jawaban, mereka bisa menikah sebelum perut Aidan terlalu besar nantinya.

Setelah cukup lama diam, Raffa akhirnya mendongak dan tatap sahabatnya lalu katakan apa yang menurutnya benar.

"Maaf, dan. Tapi aku ngelakuin ini semua karena rasa sayang aku sama kamu. Aku ini sahabat kamu, dan, aku gak bisa diem aja ngeliat kamu kayak gini, jalan satu-satunya ya cuman jujur sama orang tua mu. Karena mau gimanapun kita ujungnya akan tetap balik ke keluarga, terlebih orang tua. Jangan takut mereka marah dan gak nerima keadaan kamu yang sudah akan jadi orang tua. Karena mau gimanapun kamu tetap anaknya, mau sebesar apapun kesalahan apapun yang kamu perbuat orang tua pasti tetap nerima kamu dengan lapang dada dan tangan terbuka lebar." Raffa hentikan ucapannya karena tahan tangisnya, sedang Aidan sudah menangis sedaritadi.

"Bahkan rasa malu yang diterima akan mereka tanggung atau bahkan hiraukan, dan. Gapapa, ayo pulang, kalau perlu aku anter kamu biar ibu sama ayah mu gak terlalu marah nantinya." Lanjut Raffa kembali, ia kini sudah elus punggung Aidan dengan pelan. Berikan kekuatan pada sahabatnya ini.

"Raffa, maaf." Ucap Aidan, ia lalu tarik lembut Raffa kedalam pelukannya. Sungguh Aidan merasa bersalah pada Raffa karena telah membentak sahabatnya itu yang selalu mendukungnya sedari awal ia katakan bahwa dirinya tengah mengandung. Yang selalu menemaninya sampai sekarang juga yang telah memberikan banyak dukungan berupa nasihat, saran dan segala macam bentuk yang Aidan sangat amat syukuri.

---

Menginjak usia kandungan yang akan memasuki 4 bulan, Aidan putuskan untuk benar-benar pulang dan jujur atas kondisinya kepada Ibu dan Ayah. Karena benar apa yang Raffa katakan padanya mengenai semuanya.

Disinilah Aidan berada, di dalam bus menuju kampung halamannya. Ia pergi sendiri padahal Raffa tadi sudah niat ingin menemani, tapi Aidan bilang bahwa ia bisa sendiri, alasan yang paling besarnya adalah karena ia tahu betul bagaimana kelapangan hati kedua orang tuanya, jadi Aidan putuskan untuk hadapi semuanya sendiri.

[END] Dipaksa Dewasa | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang