Haihai, apa kabar? Semoga sehat selalu ya.
Jangan lupa untuk Vote dan Komen:)
Happy Reading♡
"Huaaa.. dunia ndak adil, Mamah."
Suara tangisan nyaring keluar dari mulut kecil Bara. Bagaimana tidak, hasil ujian pertama Bara disekolah mendapat nilai 10 di mata pelajaran menghitung, dan nilai 25 di pelajaran pengenalan waktu dan musim.
Bocil ini terus meraung meratapi nasibnya, dia sudah berusaha sekeras mungkin tapi dunia seolah sedang mengujinya dengan segala cobaan yang ada.
Kaki kecil Bara terkulai lemas di atas karpet bulu ruang tengah, air mata terus jatuh membasahi pipi mulusnya. Bara meremas erat kertas ujian tersebut sambil sesekali menggelengkan kepala.
Kedua orang tua Bara menatap jengah anak semata wayang mereka, sudah berkali-kali Nara mengingatkan Bara agar fokus saat belajar. Bahkan kedua orang tuanya menawarkan diri untuk membantu Bara tapi ditolak mentah-mentah oleh bocil itu.
"Kan Mamah udah bilang belajar yang yang bener, atau Mamah ajarin. Tapi kamu nya nggak mau." Ucap Nara malah membuat Bara tambah menangis histeris.
Kalian fikir Bara tidak belajar? Salah, Bara sudah belajar sekeras mungkin dengan Kakek kesayangannya, Kakek Fadli. Bara tidak mau menerima penawaran Mamah Papah nya dengan alasan, jika belajar dengan Nara akan sangat fokus dan serius, tapi jika dengan Zero, Papah nya itu banyak memberi contoh soal untuk mengasah kemampuan Bara, dan Bara tidak suka itu.
Bara fikir belajar dengan kakek Fadli adalah pilihan yang paling bagus dan tepat. Dimata Bara, Kakek nya itu sungguh sangat keren. Bara hanya butuh waktu 10 menit belajar bersama Kakek Fadli, delapan menit dihabiskan untuk bermain lari-larian, dan sisa dua menit terakhir Bara gunakan untuk mendengar penjelasan Kakek Fadli sambil tertidur. Sambil Tertidur!
"Cobaan ini b-belat banget, Mamah." Keluh Bara sambil sesegukan.
"Kalau Bara ngeluh gitu, berarti salah siapa?" Tanya Nara pada sang anak.
Bara diam sejenak lalu menggeleng-kan kepala, "endak-endak, bukan salah Bala."
Kedua orang tua Bara saling pandang kemudian tersenyum, anak mereka pintar sekali kalo soal beginian.
Zero menepuk sofa dan memerintahkan Bara agar duduk di tengah orang tuanya. "Kemari, duduk disini."
Bara menurut dan langsung duduk di antara Mamah Papah nya.
"Sekarang Papah tanya, kenapa nilai Bara bisa dapat segitu?"
"Bala, ndak tau, Papah." Jawab nya yang mulai tenang.
"Sebelum ujian, Bara belajar nggak?"
"Belajal, kan Papah sama Mamah liat Bala belajal sepuluh menit." Cerocos mulut kecil Bara yang membuat Zero dan Nara gemas.
"Nah waktu belajar, kamu serius nggak?"
Bara diam, dia tau bahwa ia tak serius dalam mempelajari pelajaran. Tapi walau begitu, Bara selalu saja mempunyai alasan untuk ngeles.
"Bala kan masih kecil, jadi ndak boleh selius-selius banget. Anak kecil kan dunia nya pelmainan." Lontar Bara membuat Zero cengo.
"Tau dari mana kamu bahasa kaya gitu?"
"Kemalen Bala liat dali pesbuk Kakek." Jawab Bara jujur dan polos.
Zero mengusap kasar wajahnya, sudah berkali-kali ia bilang pada Fadli agar tidak lagi memberikan handphone kepada Bara karena itu pengaruh buruk untuk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
B-Ara (On Going)
Teen Fiction[sequel of Zero:Crazy Husband] - _𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚙𝚕𝚊𝚐𝚒𝚊𝚝 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚔𝚞𝚊𝚕𝚊𝚝_ "Ara, ayo jadi pacar Bara" "No! Di wattpad nama Bara jahat semua" "Nggak kok. Bara juga baca wattpad nama Ara sering di sakitin" "Iya, Ara tau, mangkanny...